Anda di halaman 1dari 24

TUGAS THERMODINAMIKA TEKNIK

DISUSUN OLEH:
TEZI VIA BOAN PUTRA
180101023
TEKNIK MESIN OTOMOTIF

DOSEN:
ZIKRI, S.Pd,M.Pd.T

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU


A. THERMODINAMIKA

Pengertian Termodinamika
Jadi, ilmu ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi
yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya.
Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan
kespontanan proses.

Selain itu, Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang


ilmu Fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja,
sistem pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan Termodinamika bisa
terjadi pada tubuh manusia, peristiwa meniup kopi panas, perkakas elektronik,
Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan industri, adalah peristiwa
Termodinamika yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Prinsip-Prinsip Termodinamika

Penerapan prinsip-prinsip termodinamika yang meliputi Mekanika, Panas dan


Kalkulus Diferensial pada ilmu pengetahuan lain ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 2 menunjukkan bahwa penyelesaian suatu masalah/problema secara
termodinamika dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

 Formulasi problem ke dalam besaran & bentuk termodinamika. Hal ini yang
dikatakan sebagai mengubah bahasa dalam problem ke dalam bahasa
termodinamika, kemudian merumuskannya dengan menggunakan besaran-
besaran termodinamika.
 Evaluasi sifat dan fungsi termodinamika, berarti melakukan analisis terhadap
formulasi yang telah disusun pada langkah pertama (1). Tahap ini
membutuhkan pemahaman pengetahuan termodinamika yang memadai agar
tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap arah atau tujuan problema tersebut.
 Penyelesaian problem termodinamika. Pada tahap ini dibutuhkan dukungan
pengetahuan matematika/kalkulus (deferensial, integral) sehingga dapat
diperoleh jawaban yang valid atau bisa dipertanggungjawabkan.
Ketiga langkah penyelesaian termodinamika tersebut harus berpijak pada
dalil-dalil atau kaidah-kaidah dalam termodinamika.
Intinya, prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
termodinamika direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk
mekanisme yang bisa membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi
termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu
termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan
pendekatan makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media
pembawa energi.

Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah
batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang
disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas
sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan
lingkungan.

Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan
lingkungan:

 Sistem tertutup

Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran
benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di
mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan
lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau
keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:

 Pembatas Adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas

 Pembatas Rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

 Sistem terisolasi
Tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari
sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
 Sistem terbuka

Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan


lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan pertukaran benda
disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.

Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan,
karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit
penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem
sama dengan energi yang keluar dari sistem.

Keadaan Termodinamika
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut
dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem).

Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan.


Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk
keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam
seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan.

Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan


dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang
berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.

Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan


dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

Hukum Dasar Termodinamika


Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:

 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum awal menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang


dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan
lainnya. Hukum ini dimasukkan setelah hukum pertama.
 Hukum Pertama Termodinamika

Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika
tertutup, sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam
sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum ini dapat diuraikan
menjadi beberapa proses, yaitu proses dengan Isokhorik, Isotermik, Isobarik,
dan juga adiabatik.

 Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk
hukum kedua termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan
eksperimental yang dikeluarkan oleh kelvin-plank dan clausius.
Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja
sedemikian rupa sehingga hasil satu-satunya adalah perpindahan energi
sebagai panas dari sistem dengan temperatur tertentu ke sistem dengan
temperatur yang lebih tinggi.
Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu sistem beroperasi dalam
siklus termodinamika dan memberikan sejumlah netto kerja kesekeliling
sambil menerima energi panas dari satu reservoir termal.(sumber
Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. –
6th ed. – 2007 – Wiley) Bab5).
Total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya hal ini disebut dengan prinsip kenaikan entropi” merupakan
korolari dari kedua pernyataan diatas (analisis Hukum kedua termodinamika
untuk proses dengan menggunakan sifat entropi)(sumber Fundamentals of
engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. – 6th ed. – 2007 –
Wiley) Bab6).

 Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum


ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol
absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur
kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

B. KARAKTERISTIK GAS IDEAL


Karakteristik termodinamika gas ideal dapat dijelaskan dengan 2
persamaan: Persamaan keadaan gas ideal adalah hukum gas ideal
Persamaan ini diturunkan dari Hukum Boyle:  (pada n dan T konstan); Hukum
Charles:  (pada P dan n konstan); dan Hukum Avogadro:  (pada P dan T
konstan). Dengan menggabungkan ketiga hukum tersebut, maka menjadi  yang
artinya .
Pada kondisi ideal,  ; maka, .
Energi dalam gas ideal dinyatakan dengan::
dengan
  tekanan
  volume
  jumlah substansi gas dalam mol
  konstanta gas
  temperatur mutlak
  konstanta Hukum Boyle
  konstanta proporsional, sama dengan 
  konstanta proporsional, sama dengan 
  energi dalam
  kapasitas panas spesifik pada volume konstan, ≈ 3/2 untuk gas
monoatom, 5/2 untuk gas diatom dan 3 untuk molekul lain yang lebih
kompleks. Untuk mengubah dari besaran makroskopik ke mikroskopik.
  adalah jumlah partikel gas
  adalah konstanta Boltzmann (1.381×10−23J·K−1).
Kemungkinan distribusi partikel dari kecepatan atau energi dapat
menggunakan distribusi kecepatan Maxwell.
Hukum ideal gas adalah lanjutan dari hukum gas yang ditemukan
secara percobaan. Fluida nyata pada densitas rendah
dan temperatur tinggi hampir mengikuti hukum gas ideal. Namun,
pada temperatur rendah atau densitas tinggi, fluida nyata mengalami
penyimpangan jauh dari sifat gas ideal, terutama
karena terkondensasi menjadi liquid atau terdeposisi menjadi padat.
Penyimpangan ini dinyatakan dalam faktor kompresibilitas.
Model gas ideal mengikuti asumsi berikut ini:
 Molekul gas tidak dibedakan, berukuran kecil, dan berbentuk bola
 Semua tabrakan antar gas bersifat elastis dan semua gerakannya tanpa
friksi (tidak ada energi hilang pada gerakan atau tabrakan)
 Menggunakan hukum Newton
 Jarak rata-rata antar molekul jauh lebih besar daripada ukuran molekul
 Molekul secara konstan bergerak pada arah acak dengan distribusi
kecepatan
 Tidak ada gaya atraktif atau repulsif antara molekul atau sekitarnya

C. PROSES PERUBAHAN THERMODINAMIKA

1. Proses tekanan konstan (isobarik)

Pada proses tekanan konstan, tekanan awal proses sama dengan tekanan
akhir proses atau p1= p2 . Bila p = C maka dp = 0. Pada diagram p-V dapat
digambar sebagai berikut.
Kerja akibat ekspansi atau kompresi gas pada tekanan konstan dapat dihitung
sebagai berikut :

Perubahan energi dalam pada proses isobarik dapat


dihitung :

Perubahan kalor pada proses isobarik dapat dihitung :


Dari persamaan gas ideal didapat : daN

Sehingga :

Entalpi pada proses isobar :

2. Proses volume konstan (isokhorik)

Pada proses isokhorik, volume awal akan sama dengan volume akhir gas
atau V1 = V2. Bila V1 = V2 maka dV = 0.
Pada diagram p-V dapat digambar sebagai breikut :

Pada proses isokhorik atau volume konstan, tidak ada kerja yang diberikan atau
dihasilkan sistem, karena volume awal dan akhir proses sama sehingga perubahan
volume (dV) adalah 0. Pada proses isokhorik semua kalor yang diberikan diubah
menjadi energi dalam sistem.

Perubahan energi dalam pada


proses isokhorik :

Kalor pada proses isokhorik :


Dimana dV = 0 sehingga dQ = dU = m.cv.(T2 – T1)
Entalpi pada proses isokhorik :

3. Proses temperatur konstan (isotermal)

Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur
akhir proses atau T1 = T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga
perubahan energi dalam sistem (dU) = 0.

Kerja pada proses isotermal dapat dihitung :


Dari hukum gas ideal :

Karena T = konstan maka p.V = konstan (C). sehingga


maka

m, R dan T konstan maka :

Didapat:

Perubahan energi dalam pada proses isotermal adalah 0 sehingga besar perubahan
kalor akan sama dengan kerja pada proses isotermal.

Perubahan entalpi pada proses isotermal :


4. Proses Isentropis (adiabatis reversibel)

Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik
(reversibel) artinya tidak ada hambatan atau gesekan. Pada kenyataannya proses ini
tidak ada di alam, tetapi penyederhaan yang demikian dapat mempermudah untuk
menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat digambarkan sebagai berikut.

Karena tidak ada kalor yang dapat masuk dan keluar dari sistem, maka tidak ada
perubahan kalor atau dQ = 0. Sehingga kerja yang diberikan atau dilakukan oleh
sistem akan mengubah energi dalam sistem. Proses ini berlangsung pada kondisi
p.Vk = konstan. Dimana k adalah rasio panas jenis pada tekanan konstan dengan
panas jenis pada volume konstan atau sering disebut juga sebagai index isentropis.
Kerja pada proses adiabatis reversibel dapat dihitung sebagai berikut :

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vk = C ,

maka: sehingga :

Perubahan energi dalam sistem adiabatis reversibel :

Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem sehingga :


Entalpi pada proses adiabatis reversibel :

Entalpi proses adiabatis reversibel  adalah massa dikali panas jenis tekanan konstan
dan dikali dengan delta temperatur. Dari mana asalnya coba turunin sendiri.
Petunjuk dQ = 0 untuk proses ini.

5. Proses polytropis

Proses polytropis adalah proses termodinamika dengan index isentropis k = n


dimana n > 1 atau p.Vn = C. Proses ini sama dengan proses adiabatis reversibel
hanya dibedakan jika pada proses adiabatis, kalor tidak dapat keluar atau masuk ke
sistem, tetapi pada proses ini kalor dapat berubah (dapat keluar – masuk sistem). p
– V diagram untuk proses politropis sama dengan p-V diagram proses adiabatis.

Kerja pada proses politropis adalah sama dengan kerja pada proses adiabatis
reversibel, hanya k diganti dengan n dimana n > 1.

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vn = C

maka sehingga :
Perubahan energi dalam sistem politropis :

Perubahan kalor dalam sistem politropis :

 Bilan pada proses politropis sama dengan 1 maka proses akan berjalan mengikuti
proses isotermal, sedangkan bila besar harga n = k, maka proses akan berjalan
berdasarkan proses adiabatis reversibel dan bila n sama dengan 0, maka harga vn
akan sama dengan 1 sehingga proses akan mengikuti proses tekanan konstan.
D. SIKLUS MESIN DIESEL DAN OTTO

1. Siklus Diesel Ideal

Siklus Diesel Ideal


Diesel Cycle : The Ideal Cycle for Compression-Ignition Engines

 Siklus Diesel adalah siklus ideal untuk mesin torak pengapian-kompresi yang
pertama kali dinyatakan oleh Rudolph Diesel tahun 1890. Prinsip kerjanya sama
halnya dengan mesin torak pengapian-nyala, yang dinyatakan oleh Nikolaus A.
Otto tahun 1876, hanya perbedaan utamanya dalam hal metode inisiasi
pembakarannya. Pada mesin torak pengapian-nyala (disebut juga mesin bensin)
campuran udara-bahan bakar dikompresi ke temperatur di bawah temperatur
pembakaran-sendiri (auto-ignition) dari bahan bakarnya, kemudian proses
pembakarannya diinisiasi oleh percikan bunga api dari busi. Sedangkan pada mesin
torak pengapian kompresi (disebut juga mesin diesel), udara dikompresi ke
temperatur di atas temperatur auto-igniton dari bahan bakarnya, kemudian
pembakaran dimulai saat bahan bakar yang diinjeksikan kontak dengan udara
panas tersebut. Jadi, pada mesin diesel, busi dan karburator digantikan oleh
peranan penginjeksi bahan bakar (fuel-injector).

 Siklus diesel ideal menggunakan asumsi berikut: (1) fluida kerja udara-standar
yang berprilaku seperti gas ideal; (2) penambahan kalor berlangsung pada proses
tekanan konstan yang dimulai saat piston berada pada titik mati atas. Siklusnya
sendiri seperti terlihat pada diagram P-v dan T-s di samping. Siklus tersebut terdiri
dari empat buah proses berantai yang reversibel secara internal. Proses 1-2
kompresi isentropik, Proses 2-3 penambahan kalor, pada siklus Otto kalor
dipindahkan ke fluida kerja pada volume konstan, sedangkan pada siklus diesel,
kalor dipindahkan ke fluida kerja pada tekanan konstan. Proses 3-4 ekspansi
isentropik, dan Proses 4-1 pelepasan kalor pada volume konstan, di mana kalor
keluar dari udara ketika piston berada pada titik mati bawah.
Efisiensi siklus Diesel berbeda dengan effisiensi siklus Otto, di mana nth,Otto >
nth,Diesel. Ini berlaku untuk siklus yang keduanya beroperasi pada rasio kompresi
yang sama. Seperti terlihat pada diagram nth,Diesel-r di samping, semakin tinggi rasio
kompresi maka efisiensi akan semakin tinggi pula. Effisiensi siklus Diesel
tergantung dari besarnya rasio cut-off, di mana bila rasio cut-off turun, maka
efisiensi siklus Diesel akan naik. Efisiensi siklus Diesel dan Otto akan identik
bila rasio cut-off sama dengan 1 (rc =

 Mesin Diesel bekerja pada rasio kompresi yang lebih tinggi daripada mesin bensin
tetapi lebih efisien. Ini dikarenakan pada mesin Diesel bahan bakar terbakar
seluruhnya walaupun bekerja pada putaran mesin yang rendah sekalipun. Karena
lebih efisien dan rendahnya pemakaian bahan bakar (irit BBM), mesin Diesel
dipilih untuk aplikasi kendaraan berat (mesin yang membutuhkan daya yang besar)
seperti mesin kereta api (locomotive), unit pembangkit daya (generator-set), kapal
laut pengangkut, truk/trailer berat, dll
2. Siklus Otto Ideal

Siklus Otto Ideal


Otto Cycle: The Ideal Cycle for Spark-ignition Engines

 Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga
api.Pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan
bakar dan udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari busi. Piston
bergerak dalam empat langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam silinder,
sedangkan poros engkol berputar dua kali untuk setiap siklus termodinamika.
Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal empat langkah. Skema berikut
memperlihatkan setiap langkah piston dan pernyataan prosesnya pada diagram P-
v untuk kondisi aktual mesin pengapian-nyala empat langkah,
Dari skema di atas tersebut, kondisi awal kedua katup hisap dan buang dalam
keadaan tertutup sedangkan piston pada posisi terendahnya yaitu pada titik mati
bawah (Bottom Dead Center/BDC). Selama langkah kompresi, piston bergerak ke
atas, di mana campuran udara-bahan bakar dikompresi. Sesaat sebelum piston
mencapai posisi tertingginya yaitu titik mati atas (Top Dead Center/TDC),
percikan bunga api ditimbulkan oleh busi sehingga membakar campuran, yang
kemudian menaikkan tekanan dan temperatur sistem. Tekanan gas yang tinggi
tersebut mendorong piston ke bawah sehingga menyebabkan poros engkol
berputar, selama langkah usaha (langkah ekspansi) ini dihasilkan kerja keluaran
yang bermanfaat. Pada ujung langkah ini, piston pada posisi terendahnya untuk
menyelesaikan siklus yang pertama (mesin satu siklus), sehingga isi silindernya
berupa sisa pembakaran.
Piston bergerak kembali ke atas membersihkan gas buang melalui katup buang
(langkah pembuangan), kemudian piston turun kembali ke bawah mengambil
campuran udara-bahan bakar yang baru melalui katup hisap (langkah hisap).
Sebagai catatan bahwa tekanan dalam silinder di atas tekanan lingkungan saat
langkah buang dan berada di bawah tekanan lingkungan saat langkah hisap.
Analisis termodinamika untuk kondisi aktual tersebut dapat disederhanakan bila
digunakan asumsi udara-standar yang berlaku sebagai gas-ideal. Karenaitu, siklus
untuk kondisi aktual dimodifikasi menjadi sistem tertutup yang disebut sebagai
siklus Otto ideal. Skema dan pernyataan prosesnya pada diagram P-v dan T-s
seperti terlihat pada gambar berikut,

 Siklus Otto ideal terdiri dari empat proses reversibel internal, yaitu proses 1-2
kompresi isentropik, proses 2-3 penambahan kalor pada volume tetap, proses 3-4
ekspansi isentropik, dan proses 4-1 pelepasan kalor pada volume tetap. Karena
siklus Otto ideal ini merupakan sistem tertutup, maka ada beberapa asumsi yang
digunakan yaitu (1) mengabaikan perubahan energi kinetik dan potensial, dan (2)
tidak ada kerja yang timbul selama proses perpindahan kalor.
Efisiensi termal siklus Otto ideal ini tergantung dari besarnya rasio kompresi mesin
dan rasio kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus akan naik bila rasio
kompresi dan rasio kalor spesifik semakin besar seperti pada diagram di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai