Anda di halaman 1dari 1

Richard David

1710611183
Hukum Perorangan dan Perkawinan kelas C

Video itu menceritakan tentang Arifin dan Ira, sepasang anak berumur 14
tahun dari Kalimantan Selatan yang memutuskan untuk menikah dan akhirnya
dinikahkan oleh nenek Arifin yaitu Janariah. Tentunya kisah ini menghebohkan
banyak pihak mengingat usia keduanya yang masih sangat muda. Keduanya
dikabarkan telah diminta untuk menyelesaikan sekolah terlebih dahulu sebelum
menikah, namun karena keduanya yang “tidak bisa dipisahkan” serta Janariah yang
akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan cucunya tersebut agar “keduanya
terhindar dari zinah”. Kedua pasangan juga dikatakan tidak mau lagi melanjutkan
sekolah. Arifin kini telah membuka toko kelontong di depan rumah neneknya agar
dapat menafkahi Ira yang dikatakan sudah dapat mengurusi urusan rumah tangga.
Pernikahan ini sendiri belum dicatatkan oleh KUA sehingga belum memiliki
kekuatan hukum yang kuat. Hal ini mengingat revisi UU no. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan yang menentukan batas minimal usia untuk menikah adalah 19 tahun.
Pihak kedua belah orang tua sendiri mengatakan bahwa mau ‘membimbing’
keduanya selama 3 tahun dahulu yang lalu akan dinikahkan kembali secara resmi di
mata hukum apabila waktu tersebut telah berlalu. Dari pernyataan tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh Ira dan Arifin merupakan
pernikahan yang hanya dianggap sah oleh hukum agama yang dianut oleh keduanya.
Secara hukum, pernikahan ini bisa saja dianggap sah sebab UU Perkawinan
menyatakan bahwa perkawinan itu sah apabila memenuhi syarat dalam agama
masing-masing. Namun keduanya belum mencapai batas usia minimum untuk
menikah berarti perkawinan dapat diajukan pembatalannya. Namun, pasal 7 ayat (2)
UU Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan di bawah umur dapat dianggap sah
apabila mendapat dispensasi dari Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh
kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita. Sehingga, di mata hukum sendiri
perkawinan ini bisa saja dianggap sah apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan itu sendiri. Akan tetapi, mengingat perkawinan ini yang tidak dicatat
oleh KUA berarti perkawinan ini tidak memiliki bukti hukum yang kuat dan sah.
Tidak hanya itu, dari aspek non hukum sendiri hal ini tentunya tidaklah baik
dikarenakan keduanya yang belum bisa dianggap sebagai dua manusia yang cakap
dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tentunya sebagai dua anak yang
masih berusia 14 tahun mereka tentunya belum siap untuk melaksanakan perkawinan
secara baik. Memang betul bisa saja pernikahan ini dapat berlangsung hingga ajal
menjemput salah satu atau keduanya. Contohnya saja Pemda Bangka Belitung yang
berkata bahwa angka perceraian pernikahan dini itu tinggi. Pernikahan bukan saja
untuk melampiaskan hawa nafsu, namun juga merupakan perikatan antar kedua belah
manusia bersama dengan Tuhan yang harus dilaksanakan dengan penuh kedewasaan
agar dapat diwujudkannya keluarga yang hidup secara baik dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai