1
Macam-macam Sambungan Kabel Pada Instalasi Penerangan
Keterangan : Gambar yang di tunjukkan di bawah adalah instalasi setelah
kotak sekring.
2
3
BAB II
INSTALASI PENERANGAN SISTEM KAMAR HOTEL
UNIT P-3
4
Gambar 2.1 Simbol dan bentuk fisik saklar tukar
Lampu Flurosen sering disebut lampu TL. Pada dasarnya lampu
flurosen termasuk dalam kelompok pada lampu merkuri tekanan rendah.
Hal ini disebabkan keadaan tabung lampu flurosen dimasukkan merkuri,
dan tekanan gas didalam tabung pada saat lampu bekerja adalah rendah,
hanya kira-kira 0,0039 atm. Sedangkan tekanan gas pada tabung lampu
merkuri kira-kira 10 atm.
Lampu flurosen tidak bekerja berdasarakan pada pijar filament
seperti halnya dalam lampu pijar. Tetapi hanya lampu flurosen
menghasilkan cahaya berdasarkan terjadi pelepasan electron dalam lampu
tabung.
Pajang lampu tabung bervariasi tertgantung besar daya, mulai dari
panjang 35 cm untuk 10w sampai dengan panjang 150 cm untuk 65w.
pada kedua ujung tabung dipasang filament tungsten yang dilapisi suatu
bahan yang dapat beremisi, biasanya terdiri dari barium, strontium, dan
kalsium. Untuk lampu tabung filament ini dosebut juga elektroda, karena
salah satu dari filamen harus sebagai katoda dan yang lainnyaanoda.
Kedalam tabung dimasukkan merjkuri dan gas argon, dimana merkuri
berfungsi untuk menghasilkan radiasi ultraviolet sedangkan gas argon
untuk keperluan start.
5
Gambar 2.2 Rangkaian lampu TL
6
melalui uap merkuri akan membangkitkan radiasi ultraviolet. Radiasi
ultraviolet ini akan menjadi sebuah cahaya tampak oleh lapisan furosen.
Pengamatan :
1. Pengukurabn tahanan isolasi
2. Pengukuran tahanan tegangan jala-jala
3. Pengukuran tegangan lampu
2.3 Langkah Percobaan
1. Membuat skema rangkaian, diagram rangkaian dan gambar
pelaksanaannya.
2. Memasang pipa PVC pada papan tombol.
3. Menarik hantaran kedalam pipa.
4. Menarik kawat pada kotak sambung.
5. Memasang saklar tukar.
6. Menyambung kawat pada kotak sambung
7. Mengukur tahanan isolasi, apabila tahanan isolasi boleh diberi aliran
listrik, maka
8. Menyambung dengan PHB.
9. Menyambung instalasi ke sumber listrik.
10. Melakukan pengujian instalasi,
11. Melakukan pengukuran instalasi sesuai dengan lembar kerja ynag
telah tersedia.
7
BAB III
INSTALASI PENERANGAN SISTEM DIM
UNIT P-4
8
Keteranagan :
SK1 : saklar tunggal
SK2 : saklarn ganda
L1-L0 : lampu pijar 25w
9
3. Mengukur tegangan dengan keadaan beban atau lampu dipasang.
4. Melakukan pengamatan lampu-lampu
5. Mengukur hambatan isolasi.
6. Melepas instalasi yang sudah selesai pengamatan.
BAB IV
INSTALASI PENERANGAN SISTEM HUBUNG PERIKSA
LENGKAP DENGAN KWH METER
UNIT P-5
10
2. Agar paraktikan memahami dan dapat mempraktekan hubungan
terserbut.
4.2 Teori Singkat
Pada hubungan ini menggunakan penghantar bantu dan lampu
periksa asalah lampu periksa yang diletakkan pada ruang khusus.
Saklar periksa akan bekerja bila pda suatu tempat ada lampu yang
menyala, ini disebabkan karena sumber tegangan atau arus listrik
yang masukkesaklar periksa didapat dari output saklar yang berada
di tempat lain.
Dengan adanya hubungan ini, kita dapat menyelidiki apakah
disuatu tempat atau ruangan akan menjadi hantaran fse bila ada
lampu disuatu tempat yang menyala. Hubungan ini banyak digunkan
digedung besar.
KWH Meter
11
Alat ukur watt jam tidask sering kali digunakan dilaboratorium
dimana banyak digunakan untuk mengukur energy listrik komersial.
Kenyataannya adalah jelas bahwa disemua tempat dimanapun
perusahan listrik menyalurkan energy listrik ke industry dan pemakai
setrmpat domestic.
Kumparan arus dihubungkan seri denga hantaran dan kumparan
tegangan dihubunkan parallel. Kedua kumparan yang dililitkan pada
sebuah kerangaka logam dan melengkapi 2 rangkaian magnet,
sebuah piringan alumunium ringan digantungkan didalam sepanjang
udara medan kumparan arus yang menyebabkan arus pusar mengalir
kedalam piringan. Reaksi arus dan medan kumparan tegangan
membangkitkan sebuah torsi terhadap piringan yang menyebabkan
berputar. Torsi yang dibangkitkan sebanding dengan kuat medan
kumparan tegangan arus pusar dan didalam piringan yang bertururt
adalah kuat medan magnet kumparan arus. Berarti jumlah putaran
piringan sebading dengan energy yang telah dipakai oleh beban
dalam selang waktu tertentu dan diukur didalam kilowatt jam. Poros
yang menopang piringan alaumunium dihubungkan melalui susunan
roda gigi kemekanisme jam dipanel alat ukur, melengkapi
pembacaan KWH terkalibrasdi dalam decimal.
Gamabar 4.3
Rangkaian KWH meter 1 fasa
12
4.3 Langakah Percobaan
1. Memasukkan kabel kedalam pipa sesuai dengan pada jumlah
gambar pengawatan.
2. Menyambung kasbel titik percabangan.
3. Menyambung ujung kabel dengan fitting lampu dan saklar.
4. Mengukur hambatan isolasi antar fase-netral, fase-hantaran, fase-
ground, netral-hantaran, netral-ground, dan hantaran-ground pada
posisi saklar yang berbeda sesuai dengan lembar data.
BAB V
INSTALASI MOTOR LISTRIK SISTEM PENGENDALIAN
JARAK JAUH DENGAN MENGGUNAKAN SAKLAR
PEMBALIK PUTARAN
UNIT T-3
13
Dalam percobaan hubungan ini, digunakan 1 buah motorn listrik 3
fasa, 2 buah konduktor magnet, 1 buah saklar termis, 2 saklar N.O dan 1
buah saklar N.C serta kabel NYA 1x1,5 mm atauy kabel NYA 1x2,5 mm.
Kontaktor magnetis :
Kontaktor magnetis merupakan saklar yang bekerja karena adanya
medan listrik dalam kumparan.
14
Gambar 5.2 Diagram leader / diagram satu garis kontaktor
15
Gambar 5.3 N.C (normaly close)
Tombol N.O
Tombol N.O digunakan untuk menghidupkan motor listrik.
Tombol ini dalam keadaan normal seperti pada gambar di bawah, titik 1-2
tidak terhubung, bila tombol diletakkan maka titik 1-2 terhubung. Setelah
ditekan maka kembali pada posisi semula yaitu 1-2 tidak terhubung.
16
Gambar 5.5 Diagram leader / diagram satu garis
Keteranagan :
MCB : MCB / sekring
OFF : saklar off
ON : saklar on
K1 K2 : koil
K1 : kontaktor 1
K2 : kontaktor 2
K1@ON1 : N.O
K2@ON2 : N.C
17
Gambar 5.6 Pengawatan instalasi motor listrik system pengendalian jarak jauh
dengan menggunakan saklar pembalik putaran
18
BAB VI
INSTALASI MOTOR LISTRIK SISTEM PENGENDALIAN
JARAK JAUH DENGAN MENGGUNAKAN SAKLAR
BINTANG SEGITIGA LENGKAP DENGAN TDR
UNIT T-4
19
berputar, setelah kontaktor 1 dn 2 bekerja serta motor beputar,
maka untuk menghtikannya menggunakan saklar N.C.
TDR (saklar penunda waktu)]
Untuk klasifikasi ini, relay penundas waktu / TDR
digunakan untuk memperoleh periode waktu yang dapat distel
menurut kebutuhan. Setelah distel TDR tidak bolehdiubah lagi
sampai pada saatnya posisinya berubah pada sendirinya.
TDR dapat digunakan untuk instalasi otomatis :
1. Merubah hubungan dari delta ke segitiga secara baik.
2. Merubah putaran motor secara otomatis.
3. Merubah kecepatan putaran motor secara otomatis.
20
21
Pengawatan motor listrik pengendali jarak jauh dengan menggunakan delta
dengan TDR
22
6.3 Langkah Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan serta perencanaan intalasi untuk
praktikum.
2. Memasang pengawatan instalasi pada papan percobaan.
3. Memeriksa peralatan yang digunakan apakah masih dapat
digunkan atau tidak.
4. Menghubungkan hantaran dengan alat percobaan.
5. Mnelaporkan pada asisten setelah selesai dicobakan.
6. Melakukan pengamatan sesuai dengan lembar cobaan yang
duisediakan.
7. Melakukan pengamatan dengan mengukur tahanan masing-
masing motor.
8. Mengukur hambatan isolasi belitan motor dengan bodi.
9. Mengukur hambatan isolasi da instalasi.
10. Mengukurb sumber tegangan, arus pada motor dalam hubungan
delta-bintang.
11. Merapikan semua instalasi dan membersihkan tempat
prsktikum.
23
BAB VII
INSTALASI 3 BUAH MOTOR LISTRIK YANG BISA
DIHIDUPKAN SENDIRI-SENDIRTI MAUPUN SERENTAK
DENGAN SISTEM PENGENDALI JARAK JAUH
UNIT P-5
24
25
26
7.3 Langkah Percobaan
1. Membuat instalasi motor listrik sesuai dengan gambar
rangkaian.
2. Menghubungkan tegangan jala ke KWH meter lalu ke sekring,
lalu konektor magnetic dan trakhir ke saklar N.O / N.C
3. Melakuakan pengukuran sesuai dengan lembar data percobaan.
4. Memutuskan hubungan dengan jala sebelum adanya
pengukuran tahanan isolasi.
5. Mencatat data nomor 1-3.
6. Membersihkan panel percobaan.
27