Anda di halaman 1dari 21

Al Islam dan Kemuhammadiyahan IV

Disusun Oleh:

Eva Andari (33178K18010)

Semester IV A

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2020
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM
DALAM BIDANG IPTEK

 Zaman Kejayaan Islam Dalam Bidang IPTEK


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah diraih oleh umat Islam
tidak telepas dari motivasi Al-Qur’an. Karena al-Qur’an merupakan sumber inspirasi
umat Islam di seluruh dunia untuk menggali ilmu pengetahuan lebih mendalam. Pesan-
pesan Al-Qur’an mendorong lahirnya  banyak karya-karya di bidang sains dan teknologi.
Seperti ayat yang pertama turun memerintahkan untuk ber-iqra’ karena Kata  Iqra’ bukan
maknanya hanya terbatas pada kata membaca saja. Namun memiliki cakupan makna
luas, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, terambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun, lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan objek yang harus dibaca, karena Al-Qur’an
menghendaki umatnya membaca apa saja selama  bacaan tersebut Bismi Rabbik , dalam
arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Beberapa masa kejayaan peradaban Islam yang
kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Dan periodesasi peradaban Islam tersebut,
secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode, (Samsul Munir Amin, 2009: 20-45) yang
antara lain :
 Periode klasik
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum
wafatnya Nabi Muhammad saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke
bahwah kekuasaan Islam, yang kemudian dilanjutkan dengan ekspansi keluar Arabia
pada masa khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq, hingga berlanjut pada kekhalifahan
berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini terbukti dengan dikuasainya Irak
pada tahun 634 M, yang kemudian meluas hingga Suria, selain kekuasaan Islam dapat
diperluas, pada masa itu juga kondisi sosial mayarakat menjadi stabil, kondusif dan
dapat mengamankan tanah Arab dari pembangkang serta penyelewengan seperti orang
murtad, para nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Dan keadaan
kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi beribadah kepada Allah.
Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di luar
Madinah terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang dicapai
adalah munculnya ide Pembukuan Al-Qur’an.
Kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus
(635 M) dan tentara Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk
(636 M), selanjutnya menjatuhkan Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan
tembok Babilonnya pada masa itu. Dan kekuasaan Islampun meluas hingga Palestina,
Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Selain itu, perkembangan dan kemajuan yang diraih pada
masa Khalifah Umar adalah : Pemberlakuan Ijtihad, Menghapuskan zakat bagi Muallaf,
Menghapuskan hukum mut’ah, Lahirnya ilmu Qira’at, Penyebaran Ilmu Hadits,
Menempa mata uang dan menciptakan tahun Hijriah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan Ciprus pun tertaklukkan.
Adapun kemajuan dan perkembangan yang di raih pada masa ini di antaranya:
Penaskahan Al-Qur’an, Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Didirikannya
masjid Al-Atiq di utara benteng Babylon, Membangun Pengadilan, Membentuk
Angkatan Laut, Membentuk Departemen: Dewan kemiliteran, Baitul Mal, Jawatan Pajak,
Jawatan Pengadilan.
Pada masa Ali bin Abi Thalib, walaupun masa ini terjadi keguncangan politik
hingga dia wafat. Adapun perkembangan dan kemajuan yang di peroleh antara lain:
Terciptanya ilmu bahasa/nahwu (Aqidah nahwiyah), Berkembangnya ilmu Khatt al-
Qur’an, serta ilmu Sastra.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, pada masa ini kekuasaan
Islam semakin meluas, diawali dari Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya
itu, perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke
kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol.
Pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria,
Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan,
Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor
keemasannya. Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada
kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru muncul, antara lain perubahan bahasa
administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa
Arab menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari, hingga mendorong Imam Sibawaih
menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam,
dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis
oleh Qais al-Mulawwah. Adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah,
bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd
al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan
pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan masjid-masjid di Damaskus,
Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds
(Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-Sakhr, juga pembangunan
istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah runtuh, beralih kendali pemerintahan ketangan
Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, tidak menyurutkan perkembangan dunia Islam,
peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian
mengalami peningkatan dengan konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi,
penambangan emas, perak, tembaga terus ditingkatkan produksinya.Dengan dibukanya
jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat, Basrah sebagai pelabuhan utama
menjadikan siklus perekonomian terus membaik.
Masa selanjutnya pemerintahan Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi
lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga
Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun
yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan
buku-buku  kebudayaan Yunani dan Sangsekerta ( Marshal G.S Hodgson, 2002: 236).
Didirikan Baitul-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya, disusul berdirinya Universitas
Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini
dikatakan sebagai the golden age.
Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari
dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang
mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim
yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang
telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi
(abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu
Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX),
Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali
Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X),  Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus
seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang
filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi
yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang
keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan
Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan
teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-
Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-
Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan
Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam,
yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Pada masa bani Abbasyiah tidak hanya berkembang dalam keilmuan namun di
bidang senipun mengalami Kemajuan yang signifikan contohnya di bidang Seni
Bangunan/ Arsitektur: pembangunan kota-kota baru seperti di Bagdad, Mesir, Cairio.
Bidang Seni Rupa, mengalami kemajuan dibidang seni pahat, seni ukir, seni sulam dan
seni lukis. Seni ukir pada mesjid, gedung-gedung, taman dan tempat rekreasi, perhiasan
dan perabotan rumah tangga. Seni sulam dipakai pada kerajinan tangan/ industri rumah
tangga (permadani, sajadah). Seni lukis mengalami kemajuan ditandai lahirnya seorang
pelukis terkenal bernama Abdul Karim Mansur (Firdausi) menerbitkan buku bergambar
para raja dan pahlawan nasional. Bidang Seni suara, seni musik, seni tari: pada masa
Abbasiyah mengalami kemajuan, dengan didirikannya sekolah musik, pabrik-pabrik
produksi alat musik. Bidang Seni bahasa: kemajuan seni bahasa ditandai dengan lahirnya
para penyair terkenal, banyak novel asli, terjemahan, seni drama dan cerita panggung.
 Periode Pertengahan
Pada periode ini terjadi kemunduran Islam (1250-1500 M). Yang mana satu demi
satu kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu
ditaklukkan oleh  raja-raja Kristen yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol
berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800 M. Di sana
terdapat 3 kerajaan besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban Islam yang ke-2.
Kerajaan besar tersebut adalah Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan
Kerajaan Mughal di India.
Namun disayangkan Zahirudin Babur kurang respek terhadap, ilmu pengetahuan,
perhatiannya terhadap seni dalam berbagai bentuk lebih diprioritaskan, sehingga kerajaan
Usmani mendapatkan julukan the patron of art.. Ketiga kerajaan besar tersebut lebih
banyak memperhatikan bidang politik dan ekonomi. Sedangkan di Barat, mulai menuai
kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan
mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai
maju di bawah Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani mengalami
kekalahan. Dan Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang mempunyai
perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India pecah dikarenakan terjadi pemberontakan
dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasai dataran india pada tahun 1857
M.
 Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan
berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan
kemunduruan dan kelemahannya disisi lain Islam menyaksikan kemajuan dan kekuasaan
Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk
mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan umat
Islam.( Samsul Munir Amin, 2009: 45) Sebab Islam yang pernah berjaya pada masa
klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa-bangsa barat menjadi lebih maju dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang
disebut dengan modernisasi dalam Islam. Para tokoh pembaharu Islam telah
mengeluarkan buah pikirannya guna membuat umat Islam kembali maju sebagaimana
pada periode klasik. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Muhammad bin Abdul Wahab di
Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir,
Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud
II dan Musthafa Kamal di Turki, dan masih banyak lagi yang lainnya.
 Sebab-sebab kemajuan umat islam di bidang iptek
 Intern :
1. Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam
Konsistensi dan Istiqomah merupakan sikap teguh pendirian tidak mudah goyah pada
keputusan yang telah ia tentukan atau pendiriaannya tidak mudah berubah walaupun
dipengaruhi oleh orang lain. seseorang harus mempunyai sikap teguh berpegang terhadap
sesuatu yang diyakini kebenarannya, dan tidak akan merubahnya dalam keadaan
bagaimanapun, baik dalam keadaan susah ataupun senang, dalam keadaan sendiri
maupun dalam keadaan dengan orang lain. Sikap istiqomah akan mewarnai sikap seorang
muslim, pendiriannya tidak mudah goyah, dan tidak mudah berubah. Orang yang
berpegang kepada Sikap istiqomah menyebabkan seseorang disegani dan dihormati
orang lain. Dengan cara istiqomah kepada ajaran Islam, umat Islam dapat terdorong
untuk menuju kemajuan umat yang gemilang. Hal inilah yang dilakukan para tokoh Islam
dahulu bahwa mereka selalu beristiqomah menjalankan ajaran Islam mereka tidak
terpengaruh terhadap apa yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Hakikatnya adalah sikap istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam. artinya tetap,
kukuh, dan kuat kepada keyakinan. Tetap teguh menjalankan konsekuensi ajaran islam.
Orang yang istiqomah atau konsisten menjalankan ajaran agama, akan dapat
mengalahkan setiap godaan untuk berbuat maksiat, syirik, nifak, atau mengabaikan
syariat Islam. Hawa nafsu duniawi dan bujuk-rayu setan, termasuk godaan kekuasaan,
akan selalu mengintai kaum Mukmin agar mereka berpaling dari ajaran Allah. Orang
yang tidak istiqomah ialah mereka yang mudah goyah keimanannya. Hawa nafsu
duniawi, mengejar kesenangan duniawi, menjadi pilihannya dengan mengabaikan
keimanannya. Ini bukan berarti mengejar kesenangan duniawi dilarang, tetapi seyogianya
orang beriman yang teguh dengan keimanannya akan mengejar kesenangan duniawi itu
dengan tetap berpedoman kepada aturan Allah, berstandar halal-haram, dan madharat.
Karena itulah manusia yang menginginkan untuk memperoleh kebahagiaan yang di
inginkan maka hendaknya memperhatikan masalah keistiqomahanya dengan porsi
perhatian yang besar, baik dari sisi ilmu maupun pengamalannya.
2. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju.
Agama Islam adalah sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
mendorong dan memotivasi pemeluknya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat
mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Iptek hanya
untuk kepentingan duniawi yang ’matrialis’ dan sekularis, maka Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah SWT sebagai ujud mengemban amanat Khalifatullah (wakil/mandataris
Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala
alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron: 190-191)

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (QS. Mujadillah: 11 )
Bagi umat Islam, kedua ayat tersebuth merupakan ayat Ke Maha Kuasaan dan
Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan), seperti kitab-kitab
suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat
kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari,
diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu/akal) akan semakin
mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala
eksistensi. Jadi Agama dan Ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain.
Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi pokok yang sama pentingnya. Keduanya
saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik
dan integratif. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-
prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut.
3. Islam sebagai rahmat seluruh alam.
Keterangan Tentang apa arti Islam, berasal dari kata kerja aslama, yang berarti
“menyerahkan diri” itu, sebenarnya cukup banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri.
(Prof. M. Damwan Raharjo, 1996: 141) jadi, orang Islam atau di sebut dengan muslim
adalah orang yang selalu menyerahkan diri kepada robnya dan siap patuh dan tunduk
kepada ajarannya. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 berikut:

dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (Qs. Al-Anbiya: 107)
Islam diturunkan untuk membawa kebaikan, kedamaian dan keselamatan bagi
seluruh penduduk bumi. Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad
SAW sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya. Allah menjelaskan dalam Al
Quran, bahwasannya barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali
tidak akan diterima agama tersebut, sebab segala kesempurnaan agama telah ada pada
Islam itu sendiri.( ayat )
Islam adalah agama yang cinta damai dan memberi kebaikan atas segala
permasalahan di muka bumi. Islam memberi solusi, Islam memberi perubahan dan
kemuliaan atas kehidupan makhluk di muka bumi. Inilah yang menjadi alasan mengapa
Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Beberapa fakta yang menjelaskan bahwa Islam
adalah rahmat bagi semesta alam adalah sebagai berikut:
 Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi salah satunya adalah sebagai khalifah yang
memakmurkan bumi. Melalui pengamalan ajaran agama Islam yang benar maka manusia
akan bijaksana dalam mengelola bumi, memanfaatkan bumi serta menjadi pemimpin atas
bumi dan segala isinya.
 Kesalahan dari tingkah laku manusia dalam mengelola bumi dan alam semesta akan
berdampak pada bencana yang disebabkan oleh ulah tangan manusia itu sendiri. Inilah
salah satu ajaran dalam Islam yang jarang dipahami oleh ummat Islam itu sendiri.
 Islam adalah agama yang cinta damai, mengutamakan keadilan yang berujung pada
kesejahteraan. Inilah ajaran agama yang telah ditunaikan oleh Rasulullah dan juga pada
masa kekhalifahan, sehingga betul-betul terbukti Islam adalah rahmat bagi semesta
alam.Islam menjadi solusi atas segala persoalan makhluk di muka bumi. Islam adalah
agama yang komprehensif. Mengatur segala macam permasalahan kehidupan.Tak ada
agama yang sangat detail mengurusi semua permasalahan pemeluknya kecuali Islam.
Islam menjadi satu-satunya solusi bagi kehidupan. Barang siapa yang memilih Islam
sebagai solusi dalam kehidupan mereka, maka mereka orang-orang yang selamat atas
segala bahaya dunia dan bahaya akhirat.Islam sebagai agama dakwah sekaligus
keseimbangan dalam menggapai kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sejak diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul, beliau menanamkan, menata dan
memperbaiki umat saat itu dengan ajaran Islam, hingga kerusakan akidah dan moral umat
saat itu berubah pada kemulian. Dakwah Rasulullah SAW tersebut diteruskan oleh para
sahabat (Khulafaurrasyidin). Mulai pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Islam telah
berkembang sampai ke Persia, Syam dan Maroko. Masyarakat muslim saat itu benar-
benar merasakan keadilan Islam. Islam semakin berkembang setelah itu, yaitu di bawah
naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah yang kemudian diteruskan oleh Khilafah
Turki Utsmani. Di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah Islam mencapai
puncak kejayaan, wilayah Islam yang terbentang dari Arab, Persia, Romawi, Eropa dan
daratan Asia di bawah naungan Islam selama empat abad. Islam saat itu benar-benar
tergambarkan di seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam tegak, kehidupan masyarakat
tertata rapi, bangunan mesjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-
mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Kebutuhan hidup rakyat,
misalnya pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biaya ditanggung oleh
Khalifah Islam saat itu. Rasulullah adalah manusia pilihan Allah yang diberi tugas untuk
menyampaikan wahyu yang telah disampaikan padanya. Rasul berusaha untuk
menyelamatkan manusia dari dzulumat menuju nur. Ketika misi kerasulullan sudah
berhenti (tidak ada lagi), maka yang mengemban tugas dakwah adalah umat Islam, misi
dakwah tersebut menghantar penganutnya mencapai predikat Khair Ummah (umat
terbaik). Sehingga dakwah Islam menjangkau seluruh penjuru dunia dan berlanjut sampai
akhir zaman. Yang akhirnya Islam dapat mewujud sebagai rahmat li’ alamin. Dakwah
merupakan ruh kehidupan agama Islam. Islam tidak akan tegak melainkan dengan
dakwah, Mengaktualisasikan ajaran Islam, seperti. Keadilan, perdamaian adalah
keniscayaan untuk mencapai kejayaan Islam.. Begitu juga dengan kemunkaran tidak akan
lenyap dari kehidupan masyarakat apabila tidak ada dakwah. Dakwah Islam yang
membawa misi rahmatan lil ’alamiin, bukan hanya untuk umat muslim tetapi juga
sebagai limpahan rahmat untuk seluruh alam. Untuk mendapatkan limpahan rahmat
tersebut tentunya harus dimulai dari umat Islam itu sendiri dengan cara melakukan
introspeksi dan membenahi diri sebagai bentuk keteladanan (khair ummah), dengan
menyebarluaskan ajaran dan pemahaman Islam yang membangun, yang berbudaya luhur,
berperadaban tinggi dan bertanggung jawab dengan cara-cara yang bijaksana yang
berdasarkan Al-Quran dan Hadits bukan dengan cara-cara radikalisme atau anarkisme.
Islam sebagai agama dakwah disebarluaskan oleh para nabi dan rasul kepada umat
manusia melalui kegiatan dakwah tidak melalui kekerasan atau pun kekuatan senjata.
Islam tidak membenarkan kepada pemeluknya untuk melakukan pemaksaan kepada umat
manusia, agar mereka mau memeluk agama Islam dan sekaligus tidak membenarkan
mereka menghalangi kegiatan dakwah Islam sebab masuknya hidayah ke kalbu manusia
merupakan hidayah dari Allah SWT.
 Ekstern :
1. Berpindahnya para ilmuwan dari orang non Arab (Persia, Yunani, dan lain-lain) ke
Baqdad untuk menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab.
Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju. Sehingga
pada masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Karena kaum muslim sudah sampai
pada puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan
lebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun
pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal
ini dikarenakan antara lain :
a) Penerjemahan buku berbahasa asing. Seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan lain-
lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.
b) Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.. Buku-buku
yang diterjemahkan antara lain : Ilmu kedokteran, Kimia, Ilmu Alam, Mantiq (logika),
Filsafat, Al Jabar, Ilmu Falaq, Matematika, Seni dan lain-lain. Penerjemahan dan
penelitian tersebut pada umumnya dilakukan pada masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun
ar Rosyid – Al Makmum dan Mahdi. Lebih-lebih pada masa pemerintahan Harun Ar
Rosyid. Beliau sangat serius dalam memajukan pengetahuan tersebut, sehingga
didirikanlah lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “Baitul Hikmah”.
i) Sebagai pusat penerjemahan penelitian dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga
pendidikan
l) (Perguruan Tinggi).
p)
2. Penguasa (khalifah) memberikan peluang kepada orang-orang non Arab untuk
menduduki jabatan.
Sikap khalifah memberikan peluang kepada orang non arab untuk ikut andil dalam
pemerintahannya merupakan suatu bentuk kebajikan bagi khalifah bahwa tidak ada beda
antara orang arab dan non araab. Misalnya pada masa pemerintahan abbasiyah orang
non-arab  mendapat fasilitas dan menduduki jabatan strategis.
3. Stabilitas politik yang kondusif
Stabilitas politik atau bisa disebut juga dengan keseimbangan politik adalah menjadi
titik pusat bagaimana suatu bangsa atau negara mengalami kemajuan. Indikasinya bahwa
suatu negara mengalami kemajuan setidaknya mempunyai pertumbuhan ekonomi yang
stabil, tingkat partisipasi yang tinggi serta kelembagaan politik yang didukung sepenuh
hati. Pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadi implikasi atas pembangunan ekonomi
yang sesuai dengan karakter negara yang bersangkutan, hal ini tentu saja bersinggungan
dengan bagaimana politik mengatur perekonomian negara tersebut. Dengan demikian jika
dalam politik telah stabil, dengan sendirinya baik pembangunan dalam bidang ekonomi
juga akan baik sehingga bisa mendukung sektor-sektor lainnya. Apabila suatu negara
telah mencapai stabilitas politik maka negara tersebut telah mencapai stabilitas dalam
pemerintahan dan juga stabilitas dalam kehidupan yang demokratis. Stabilitas
pemerintahan sendiri ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik,
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Inilah yang dilakukan oleh umat
islam dahulu dengan menciptakan kesetabilan politik. sehingga pada saat itu islam
mengalami kemajuan.
4. Kemajuan ekonomi, munculnya industri-industri dan perdagangan sampai ke dunia luar.
Ekonomi memiliki peranan yang signifikan dalam menopang peradaban Islam itu
sendiri, umpamanya pada masa Dinasti Abbasyiah, banyak dibangun industri-industri
baik pertambangan maupun pengolahan untuk memperkuat bidang perekonomian.
Banyak kota yang dibangun sebagai pusat–pusat industri. Contohnya, Basrah sebagai
pusat industri gelas dan sabun; Kufah sebagai industri tekstil; Khazakstan sebagai
industri sutera; Damaskussebagai industri pakaian jadi dari sutra bersulam; dan Syam
sebagai pusat industri keramik dan gelas berukir. Akan tetapi, ketika Dinasti Abbasiyah
tidak dapat mempertahankan kekuasaan yang berujung pada keruntuhan dinasti,
peradaban Islam menjadi redup bak ditelan zaman termasuk umat Islam mengalami
banyak sekali kerugian seperti aset berharga di bidang ilmu pengetahuan. Kemunculan
kerajaan-kerajaan Islam pasca keruntuhan Dinasti Abbasiyah pada abad pertengahan
memberikan udara segar untuk dunia Islam, karena kerajaan-kerajaan tersebut mampu
mewakili kemajuan Islam pada masa itu. Banyak aspek yang telah berhasil didongkrak
yang kemudian membawa kembali nama Islam melambung tinggi sebagaimana pada
masa rasulullah maupun Dinasti Abbasiyah, salah satunya adalah pada bidang ekonomi.
Sebagaimana yang dilakukan kerajaan Mughal di India pada masa itu yang mampu
menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran mencapai Eropa.
 Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam Dalam Iptek
Dr. Yusuf Qardhawi merincikan 9 kegagalan sepanjang abad ke-20 yang merupakan
faktor internal yang inheren terhadap kemunduran umat Islam saat ini. 9 faktor (Dr.
Yusuf Qardhawi 2001: 167) tersebut adalah sebagai berikut :
 Hancurnya ke khalifahan
 Kekalahan melawan proyek Zionisme
 Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
 Kegagalan dalam Usaha Membebaskan Diri dari Dependensi Barat
 Kegagalan dalam Syura, kebebasan Publik, dan Hak Asasi Manusia
 Kegagalan dalam mempersatukan Umat
 Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan social
 Kegagalan dalam Masalah Perempuan
 Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat
Dari kesembilan faktor kegagalan umat Islam saat ini di atas, akan dititik tekankan
beberapa faktor saja, di antaranya adalah:
 Hancurnya ke khalifahan
Khalifah Islamiah berawal setelah Rasulullah saw wafat, yaitu sejak pemerintahan
Khulafaurrasyidin, dilanjutkan pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, serta
beberapa kerajaan lain sebelum runtuhnya kerajaan Islam yang terakhir, yaitu keraj,aan
Turki Utsmaniyyah. Khilafah Islamiyyah merupakan kekuatan umat Islam yang amat
menggetarkan pihak Barat. Khalifah adalah pengganti Rasulullah saw dalam mentadbir
dan memerintah negara Islam, sekaligus sebagai pemimpin bagi umat Islam secara
keseluruhan. Setelah beberapa abad menguasai dua pertiga dunia dan dapat mengukir
sejarah beradaban dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai saat itu,
yang kemudian sistim kekhalifahan secara resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924 M
bertepatan dengan 27 Rajab 1342 H oleh Mustafa Kemal Atartuk. Kerajaan Islam
terakhir yang mampu bertahan sehingga jatuhnya Khilafah Islamiyyah ini adalah
Kerajaan Utsmaniyyah. Runtuhnya khalifahan inilah merupakan menjadi salah satu
penyebab runtuhnya kemajuan umat islam.
 Kekalahan melawan proyek Zionisme
Zionis merupakan nama bagi siapa saja yang menjadi penganut atau pendukung
dari gerakan kembalinya kaum yahudi ke bukit sion atau zion di Palestina. Zion
merupkan sebuah nama bukit yang terletak di sbelah barat yerusalem. Dalam sejarah
disebutkan nama zionis merupakan sebutan lain dari orang yahudi yang bersifat netral.
Pada 1 mei 1776, Nathan Bernbaum menamakan gerakan politiknya dengan nama Zionis.
Kemudian Zionis ini menjadi nama suatu gerakan yang dibentuk dan dicetuskan oleh
Nathan Bernbaum dan orang-orang Yahudi Sekuler untuk merebut Palestina dan
mendirikan sebuah negara Israel di sana dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Gerakan
Kaum zionis inilah yang berupaya dengan berbagai macam cara untuk mengancurkan
Islam, dari berbagai macam tipu daya yang mereka gerakkan seperti,  embargo senjata
dan ekonomi, perdagangan bebas, menerapkan politik devide et impera (politik belah
bambu), seperti menghembuskan isu Sunni-Syiah, menanam spionase di setiap organisasi
Islam, membangkitkan radikalisme, hingga meracuni umat dengan pemikiran liberal,
termasuk merusak generasi muda Islam dengan narkoba dan pornografi. Itulah sebagian
cara yang ditempuh Zionis Internasional dalam menghancurkan isalam. Dengan kekuatan
terselubung dan tak tersentuh, seperti menggunakan banyak “baju” untuk mengelabui
atau berkedok dewa penolong, tak tahunya langsung menikam ke jantung kekuatan umat
Islam. Karana itu bagi umat Islam, waspadailah gerakan meraka terutama pemuda-
pemuda Islam. Selama ini umat islam kalah dengan tipu daya mereka (orang-orang
zionis).
 Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
Pembangunan dan pertumbuhan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah
dan berencanaan melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat. pembangunan dan pertumbuhan secara sederhana diartikan
sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan
tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi ekonomi, politik dan hukum, sementara
perubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam perubahan itu. Kegagalan
umat islam dalam pembangunan baik di bidang ekonomi, sosil, politik dan hukum sangat
berpengaruh sekali terhadap kemajuan umat islam.
 Kegagalan dalam mempersatukan Umat
Salah satu tantangan umat islam terbesar adalah mepersatukan umat Islam,
persatuan umat Islam selama ini sepertinya sulit di wujudkan, penyakit ini selalu ada
seiring dengan perjalanan umat manusia di muka bumi sebagai hasil dari pemahaman
yang keliru, sifat egois, mengikuti hawa nafsu, pandangan yang picik, tidak membedakan
antara hal terpenting dengan hal penting, dan faktor-faktor lainnya. Fenomena pepecahan
telah mencapai puncaknya pada zaman ini, dimana perbedaan pemikiran berubah menjadi
medan pertempuran berdarah yang memecah umat terpisah menjadi serpihan-serpihan
kecil. Kaum Muslim mengkafirkan satu sama lain, semua berjalan dalam koridor parsial
dan hal-hal sepele, sementara isu-isu yang jauh lebih penting dan persoalan yang
berkaitan dengan nasib umat islam dan masa depannya berubah menjadi urusan yang
terpinggirkan. Sehingga Sering ummat Islam ribut dan bertengkar karena masalah
furu’iyah/cabang akhirnya terpecah-belah dan mudah ditaklukkan musuh. umat Islam
tidak bersatu tapi berpecah-belah. Padahal ummat Islam diperintahkan untuk bersatu.
Allah sudah mengingatkan dalam ayatnya bahwa umat islam dilarang untuk berpecah
belah sebagai mana tertera dalam QS. Ali Imran : 103. Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.
 Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keadilan tampak dalam berbagai bentuknya.
Keadilan berarti menghukum orang sesuai dengan kesalahannya, atau memberi ganjaran
sesuai perbuatan baiknya. Orang yang adil adalah yang tidak berbuat curang untuk
kpentingan sediri. Keadilan berarti juga pembagian hasil sesui dengan kebutuhan dan
sumbangannya dalam perposes sosial. Keadilan tampak dalam sikap hakim yang
memutuskan perkara berdasarkan hukum dan kebenaran. Dan keadilan atau kezaliman
bisa sangat tampak pada perilaku pemimpin dan pemerintahan yaang mengambil
keputusan yang menyangkut kepentingan dan hak-hak masyarakat banyak. Keadilan
sangat tampak dalam permasalahan pemenuhan atau pelanggaran hak-hak asasi maneusia
atau dalam pemeliharaan atau perusakan lingkungan hidup. (Prof. M. Damwan Raharjo,
1996: 389-390).
Keadilan tentu tidak terlepas dari hukum karena hubungan antara keadilan dan
hukum sangatlah erat. Keadilan bisa ditegakkan disebabkan adanya kukum. jika hukum
tidak ada, keadilan tidak akan bisa diwujudkan. Hukum sebagai suatu instrumen yang
keberadaannya sangat dibutuhkan dan melekat pada setiap kehidupan sosial masyarakat.
Hukum diperlukan untuk mewujudkan dan menjaga tatanan kehidupan bersama yang
harmonis. Tanpa adanya aturan hukum, maka kehidupan masyarakat akan tercerai-berai
dan tidak dapat lagi disebut sebagai satu kesatuan kehidupan sosial yang harmonis.
Norma hukum dapat berupa sebagai suatu perintah ataupun larangan yang bertujuan agar
setiap individu anggota masyarakat dalam melakukan sesuatu tindakan yang diperlukan
untuk menjaga harmoni kehidupan bersama atau sebaliknya agar masyarakat tidak
melakukan suatu tindakan yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Jika tindakan yang diperintahkan itu tidak dilakukan atau dengan kata lain suatu larangan
dilanggar maka keseimbangan harmoni masyarakat akan terganggu.
Karakteristik hukum sebagai norma atau kaidah selalu dinyatakan berlaku secara
umum dan universal yang dikenal dengan asas equality before the law persamaan di
depan hukum untuk siapa saja dan dimana saja dalam wilayah negara tanpa membeda-
bedakan dari segi dan sisi apapun atau tidak berlaku secara diskriminatif kecuali jika
dalam pelaksanaannya ada oknum aparat penegak hukum dalam struktur hukum telah
memberlakukan hukum itu sendiri secara diskriminatif.
Kedamaian tersebut dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban antar
pribadi yang bersifat eksteren dan dilain pihak terdapat ketentraman pribadi interen.
Demi tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk
memberikan jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh setiap orang
lain. Jika kepentingan itu terganggu maka hukum harus melindunginya serta setiap ada
pelanggaran hukum. Oleh karenanya hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakan tanpa
membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara diskriminatif.
Dengan demikian, dalam upaya untuk menjaga ketertiban kehidupan
bermasyarakat maka hukum harus ditegakan ditandai bahwa setiap kejahatan dan
pelanggaran terhadap hukum harus mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat kejahatan
dan pelanggaran itu sendiri. Sanksi terdiri atas berbagai macam bentuk yang bertujuan
memberikan keadilan tidak saja kepada korban tetapi juga sebagai tata nilai yang
merekatkan tatanan kehidupan bermasyarakat.
Selain keadilan, tujuan lain dari hukum yaitu adanya kepastian hukum dan
kemanfaatan. Namun keadilan adalah tujuan yang tertinggi dari hukum. Kepastian hukum
adalah bagian dan dibutuhkan sebagai upaya menegakkan keadilan. Dengan kepastian
hukum setiap perbuatan yang terjadi dalam kondisi yang sama akan mendapatkan sanksi.
Adapun kemanfaatan dilekatkan pada hukum sebagai alat untuk mengarahkan
masyarakat yang tentu saja tidak boleh melanggar keadilan.
Dalam praktek penegakan hukum yang sedang berlangsung saat ini, pengutamaan
nilai kepastian hukum lebih menonjol dibanding dengan rasa keadilan dan
kemanfaatannya. Dengan demikian apabila hukum lebih mengutamakan kepastian hukum
maka dengan sendirinya penegakannya akan menggeser nilai-nilai keadilan dan
kemanfaatan hukum demikian pula sebaliknya. Sehingga dalam penerapannya banyak
terjadi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan masalah penegakan hukum
dimana masyarakat merasa kecewa dengan adanya suatu putusan yang dinilai mencederai
rasa keadilan masyarakat dan hanya mementingkan penegakan hukum secara prosedural
semata..
 Kegagalan dalam Masalah Perempuan
Posisi perempuan pada masa setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW berbeda
dengan sebelum diutusnya yaitu pada masa jahiliyah dimana pada waktu itu kedudukan
perempuan sangatlah hina, pada umumnya perempuan tertindas dan terkungkung
khususnya di lingkungan bangsa Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini
menimpa di seluruh belahan dunia. Bentuk penindasan ini dimulai sejak kelahiran sang
bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega
menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah
dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli waris. Allah
subhanahu wata’ala berfirman :

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. ia Menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa
yang mereka tetapkan itu.” (An - Nahl: 58-59)
Agama Islam sebagai rahmatal lil’alamin, menghapus seluruh bentuk
kezhaliman-kezhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai
martabat manusiawi. Dewasa ini, Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan
tanggung jawab antara pria dan wanita telah semarak di panggung modernisasi. Sebagai
peluang dan jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis
perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat. “Pemberdayaan
perempuan”, “kesetaraan gender”, “kungkungan budaya patriarkhi” adalah sebagai
propaganda yang tiada henti dijejalkan di benak-benak wanita Islam. Dikesankan wanita-
wanita muslimah yang menjaga kehormatannya dan kesuciannya dengan tinggal di rumah
adalah wanita-wanita pengangguran dan terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau
kerudung atau menegakkan hijab (pembatas) kepada yang bukan mahramnya,
direklamekan sebagai tindakan jumud (kaku) dan penghambat kemajuan budaya.
Sehingga teropinikan wanita muslimah itu tak lebih dari sekedar calon ibu rumah tangga
yang tahunya hanya dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju,
harus direposisi ke ruang rubrik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya,
berkomunikasi dan berinteraksi dengan cara apapun seperti halnya kaum lelaki di masa
moderen ini.
 Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat
Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang
mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk memagari manusia dari
melakukan perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada baik
itu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan berkarakter moral adalah
kunci untuk perbaikan sosial dan kemajuan peradaban bangsa yang menjunjung tinggi
integritas nilai dan kemanusiaan. Harapan dari pendidikan berkarakter moral adalah
tercapainya keseimbangan antara pengetahuan dan moral. Model pendidikan moral
adalah cara berpikir mengenai proses caring, judging dan acting dalam konteks
pendidikan. Suatu model meliputi teori atau sudut pandang mengenai bagaimana manusia
berkembang secara moral dan mengenai sejumlah strategi atau prinsip untuk membantu
perkembangan moral. Dengan demikian suatu model dapat membantu untuk memahami
dan melakukan pendidikan moral. Kegagalan umat islam mendidik moral merupakan
salah satu penyebab mundurnya kemajuan islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam Dalam Bidang Iptek
Penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci kemajuan. Semakin
baik kualitas iptek suatu bangsa atau negara, maka akan semakin baik pula kualitas
kehidupan bangsa atau negara tersebut. Sebaliknya semakin buruk kewalitas keilmuan
suatu bangsa maupun negara maka semaki buruk pula kehidupan bangsa maupun negara,
begitu pula yang sedang di hadapi kaum muslim saat ini, setelah beberapa abad silam
telah mewarnai umat islam dengan kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi yang kini
direbut oleh negara-negara kaum kuffar. Kini kaum muslimin jauh tertinggal dari mereka
tapi berlahan-lahan umat islam mau bangkit kebali dengan banyak cara atau jalan yang
mereka perbuat untuk kemajuan umat islam suapaya tidak jauh tertinggal dari mereka.
Prof. Baiquni dalam bukunya Al Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
menguraikan, ”Diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan
teknologi adalah:  Pertama, adanya dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin
tidak begitu memahami atau salah faham terhadap buah fikiran Imam Al Ghazali,
sehingga mereka memisahkan ilmu-ilmu agama dari sains dan teknologi. Selain itu para
ulama terdahulu, mereka adalah pakar dalam  bidang agama, dan juga sains. Adapun para
ulama agama sekarang tidak begitu menguasai sains, sehingga mereka mencoba
menjauhkan pengikut-pengikutnya dari pengaruh ahli ilmu kauniyah. Hal ini mereka buat
agar terbebas dari pertanyaan-pertanyaan krtitis murid-murid mereka, sedangkan mereka
tidak dapat menjawabnya. Kedua, embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-
negara maju terhadap negara-negara berkembang, lebih-lebih lagi negara umat Islam, 
sehingga jumlah pakar sains di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di
negara-negara bukan Islam, Institusi pendidikan sains dan teknologi di negara-negara
Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam.” (Baiquni,
Achmad, 1994).
Untuk tercapainya cita-cita membentuk peradaban dan membangkitkan kembali
kejayaan umat Islam yang pernah diraihnya membutuhkan waktu yang lama, bahkan
beberapa generasi. Namun bagaimanapun hal itu harus dimulai sejak sekarang. Dan
selain waktu yang lama juga dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan intelektual
muslim yang berkualitas. Karenanya upaya ini harus senantiasa dikontinukan dan harus
ada pewarisan ide dan langkah kerja.
Intelektualitas muslim tidak cuma diartikan dengan munculnya muslim
berkualitas tinggi. Tapi juga membutuhkan kuantitas yang tidak sedikit. Kuantitas
intelektual ini terkait pada lapangan kerja dan tenaga ahli. Kurangnya tenaga ahli muslim
terkadang memaksa untuk tetap saja mengimpor sumber daya dari luar sedangkan orang
pribumi hanyalah menjadi penonton dinegeri sendiri.

 Konsep IPTEKS dan peradaban muslim


 Integrasi Amal, Ilmu, Amal dan Definisi IPTEKS
Istilah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sering diterjemahkan menjadi
science and technology. Namun sesungguhnya, menurut perspektif filsafat ilmu dan
pengetahuan memiliki makna yang berbeda. Pengetahuan yang dalam bahasa inggris
disebut dengan knowledge, adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
tahapan panca indra, intuisi, dan firasat. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, diorganisasi,disistemasitisasi, dan diinterpretasi, sehingga menghasilkan
kebenaran yang objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah
(webter’s dictionary science). Menurut pandangan dunia Timur (Arab) yang dalam hal ini
diwakili Al-Gazali, ilmu didefinisikan sebagai cahaya dalam hati (Al – ilmu Nurun fil
Qulbi). Dalam surat al- Rahman 1-13 mendefinisikan ilmu sebagai rangkaian keteranagn
teratur dari Allah menurut Sunah Rasul yang menerangkan semesta kehidupan yang
tergantung kepada Allah. Dala sejarah islam, tercatat banyak sekali ilmuwan muslim
yang ahli dalam berbagai bidang kajian ilmu. Beberapa yang bisa disebut antara lain Ibnu
Rusyid, Ibnu Sina, Al –Razi, Al-Khwarizmi dan lain-lain, adalah sosok yang disamping
sebagai filosof, mereka juga ahli kedokteran, astronomi, metematika, fisika dan
sebagainya. Jika teknologi diimbangi dengan ilmu, maka sesungguhnya ia merupakan
aktivitas atau produk dari iman, yaitu hasil amaliyah bil arkan. Seni adalah ungkapan akal
dan budi manusia dengan segala prosesnya. Menurut Sabda Nabi, “Innallaha jamilun wa
yuhibbul Jamaal”, Allah itu indah dan menyukai keindahan.
 Syarat-syarat ilmu
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dari pengetahuan. Suatu pengetahuan
dapat dikatagorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok, yaitu:
 Ontologi, yaitu suatu bidang study yang memiliki objek study yang jelas. Subjek
studi tersebut harus dapat diindentifikasikan, diberi batasan, diuraikan, dan sifat-
sifatnya essensial. Objek studi sebuah ilmu ada dua, yaitu objek material dan objek
formal.
 Askiologi, yaitu suatu bidang studi yang memiliki nilai guna atau kemanfaatan. Ia
dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan
umum, konsep-konsep, dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren.
Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat kerancuan dan kesemerawutan
pikiran atau kopntradiksi antara yang satu dengan yang lain.
 Epistimologi, yaitu uatu bidang studi yang memiliki metode kerja yang jelas. Ada
dua metode kerja suatu bidang studi, yaitu deduksi dan induksi.
 Dalam pemikiran sekuler, sains memiliki tiga karakteristik, yaitu objektif, netral, dan
bebas nilai. Sedangkan dalam pemikiran islam, sains tidak boleh bebas dari nilai-
nilai, baik nilai local maupun nilai universal. Ia harus dikembangkan dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebahagiaan manusia dan kelestariamn
ekologis untuk tujuan rahmatan lil ‘alamin (Q.S al Anbiya 107).
 Sumber Ilmu Pengetahuan
Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu wahyu dan akal. Islam sendiri
menegaskan bahwa, ad-dinu huwa al-‘alq wa laa diina liman laa ‘ aqla lahu (agama
adalah akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal)
 Keutaman Orang Berilmu
Manusia adalah satu-satunya mahluk Allah yang diberi anugrah akal oleh Allah.
Oleh karena itu sudah sepantasnya jika manusia berkewajiban untukmengagungkan dan
mengoptimalkan potensi dengan sebaik-baiknya.
Al-Qur’an bahkan membedakan orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu (QS. 39:9). Ayat tersebut mengatakan: katakanlah, adakah sama orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah
orang yang dapat menerima pelajaran. Demikian juga Al-Qur’an yang menegaskan
bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu apabila orang orang tersebut
beriman. (QS 58:11)
Di samping itu, Rasulullah SAW banyak memberikan perumpamaan tentang
keutamaan orang yang berilmu dengan sabdanya, bahwa: mereka adalah pewaris para
nabi, pada hari kiamat darah mereka ditimbang dengan darah syuhada, dan darah orang
yang berilmu dilebihkan Darah darah syuhada. Nabi juga menyarankan umatnya untuk
tidak berhenti mencari ilmu kapan dan dimanapun mereka berada, lewat sabdanya :
Carilah ilmu walaupun di negeri China, mencari ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan
perempuan sejak dari ayunan sampai ke liang lahat. Bagi orang berilmu, yang
melandaskan keilmuannya dengan keimanan , pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK
dan seni tidaklah ditunjukan sebagai tuntunan hidup semata, tetapi juga merupakan
refleksi dari ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, hasil-hasil kemajuan IPTEK akan
dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan Rahmatan lil alamin.
(QS.21:107)
 Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam dan Lingkungan
Proses dehumanisasi dan terancamnya keseimbangan ekologi dan kelestarian
alam,merupakan imbas negatif dari kemajuan IPTEKS. Dalam QS. Ar-Rum 45
disebutkan : telah timbul kerusakan di daratan dan dilautan karena ulah tangan manusia.
Oleh karena itu, ilmuwan tidak cukup hanya dengan ilmu saja,tetapi harus dibekal
dengan iman dan takwa. Ilmuwan yang beriman dan bertakwa akan memanfaatkan
kemajuan IPTEK untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan kelangsungan hidup
manusia dan keseimbangan ekologi dan bukan untuk fasad fil ardhi.
 Hubungan antara ilmu, agama, dan budaya
 Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana
modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.
Dahulu Ratu Isabella (Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi
tradisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amerika oleh Columbus. Tapi di
sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan
kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di
Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara,
dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan
berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet
sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk
mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian (Ahmed, 1999 )
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak
iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin
(Ahmed, 1999).
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:
a)    berseberangan atau bertentangan,
b)    bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,
c)    tidak bertentangan satu sama lain,
d)    saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.
 Hubungan Agama dengan Kebudayaan
Sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan universal yang mengandung
kepercayaan dan perilaku yang berkaitan dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural.
Sistem religi ada pada setiap masyarakat sebagai pemeliharaan kontrol sosial (Sutardi,
2007).
Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang universal, religi dan kepercayaan
terdapat di hamper semua kebudayaan masyarakat. Religi meliputi kepercayaan terhadap
kekuatan gaib yang lebih tinggi kedudukannya daripada manusia dan mencangkup
kegiatan- kegiatan yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan
dengan kekuatan- kekuatan gaib tersebut. Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi
kuno yang dianut oleh manusia sampai masa munculnya agama- agama. Istilah agama
maupun religi menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan kekuatan gaib di luar
kekuasaan manusia, berdasarkan keyakinan dan kepercayaan menurut paham atau ajaran
agama (Sutardi, 2007).
Mengenai soal agama, Pater Jan Bakker menyatakan bahwa filsafat kebudayaan
tidak menanggapi agama sebagai kategori insane semata-mata, karena bagi filsafat ini
agama merupakan keyakinan hidup rohani pemeluknya; merupakan jawab manusia
kepada panggilan ilahi dan di sini terkandung apa yang disebut iman. Iman tidak berasal
dari suatu tempat ataupun pemberian makhluk lain. Iman ini asalnya dari Tuhan,
sehingga nilai-nilai yang mincul dari daya iman ini tidak dapat disamakan dengan karya-
karya kebudayaan yang lain, sebab karya tersebut berasal dari Tuhan. Agama sebagai
sistem objektif terkandung unsur-unsur kebudayaan (Bakker, 1984).
Yang jelas dalam ilmu antropologi memang agama menjadi salah satu unsur kebudayaan.
Dalam hal ini para ahli antropologi tidak berbicara soal iman, sebab secara empiris iman
tidak dapat dilihat (Bakker, 1984).
Agama memiliki posisi yang cukup signifikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Negara mengakui keberadaan agama dan melindungi kebebasan masyarakat dalam
melaksanakan ajaran agamanya (Sutardi, 2007).
Pada saat ini, adanya kebebasan dan keterbukaan memberikan ruang yang besar bagi
masyarakat untuk mengamalkan ajarana agama sebaik mungkin. Semangat otonomi
daerah yang memberikan keleluasan dan berpartisipasi dalam mengurus daerahnya
masing- masing memberi peluang untuk mengangkat ajaran agama sebagai ruh
pengelolaan pemerintahan. Ajaran agama dikemas sebagai dasar pengaturan
pemerintahan yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai yang diangkat
merupakan nilai-nilai kebaikan universal yang juga diakui oleh agama lain (Sutardi,
2007).
Ajaran agama ketika disandingkan dengan nilai-nilai budaya lokal di era
desentralisasi dapat diserap untuk dijadikan pengangan kehidupan bermasyarakat. Hal ini
dapat dilihat dengan diberikannya otonomi khusus kepada Aceh yang dikenal dengan
Nanggroe Aceh Daussalam. Agama dan budaya di NAD sudah melebur dan tidak bisa
dipisahkan sejak dahulu, ketika kerajaan Islam masih ada di wilayah tersebut. Dengan
otonomi khusus ini hokum pidana Islam kembali dihidupkan sehingga masyarakat
merasakan keadilan sesuai dengan keyakinannya. Hal ini menjadi awal yang baik dalam
menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan mengangkat agama dan budaya yang ada
di masyarakat tersebut (Sutardi, 2007).
Pada masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi leluhurnya, perilaku
keagamaan juga memberikan dampak yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat pada
masyarakat Suku Toraja di Sulawesi Selatan. Masyarakat Suku Toraja mempercayai
bahwa kematian merupakan awal menuju kehidupan yang kekal. Itu sebabnya dalam
budaya Toraja dikenal pemeo ‘hidup manusia adalah untuk mati’. Artinya, setelah mati,
manusia akan menuju kehidupan yang kekal di nirwana. Untuk mencapai nirwana,
seseorang yang meninggal harus membawa bekal harta sebanyak-banyaknya. Nyawa
orang yang meninggal juga akan diantar ke surge dengan pesta yang semarak. Semakin
banyak benda yang dibawa si mayat, semakin bahagia hidupnya di alam baka (Sutardi,
2007).
 Hukum sunnatullah
Sunnatullah, di dunia moden yang sekular dipanggil law of nature bermacam-
macam persepsi dari kalangan  manusia,  muslim atau non muslim terhadap hukum yang
berlaku kepada alam dan isi kandunganya, ini menggambarkan begitu dangkal akal  yang
tidak  mendapat petunjuk Ilahy mengenal pencipta alam ini dan undang-undang yang
berlaku didalamnya. Al-Qur'an memberikan mesej yang jelas, bahawa hukum yang
berlaku di alam ini diatur oleh Allah s.w.t yang dipanggil sunnatullah dan ia bukan dari
anggapan sebahagian manusia  sebagai hukum semula jadi yang tiada penghujungnya itu.
Hukum-hukum Allah pada makhluknya ada dua jenis yang bertulis dan tidak tertulis.
Hukum Allah yang tertulis itu yang diwahyukannya kepada para Nabi dan Rasul
terhimpun dalam kitab -kitab suci yang empat dan yang terakhir ialah Al Qur'an. Ciri-ciri
khas hukum Allah tertulis ini reaksi waktunya ( time response) lebih panjang, mungkin
lebih panjang dari usia manusia dan tidak dapat diketahui secara ekperimen menurut
persayaratan ilmu. Umpamanya orang yang beriman, beribadah dan yang bertaqwa
dijanjikan kehidupan yang baik, sejahtera dan kebahagiaan, disebaliknya orang yang
zalim, munafiq, fasiq dan kufur (kafir) diancam dengan hukuman kehinaan dan
kebinasaan (azab dan seksa yang amat pedih). Hukum Tuhan pasti berlaku terhadap
kebaikan seseorang yang taat kepada Tuhan dan kehinaan keatas mereka yang durhaka
kepada Tuhan. Maka yang dimaksudkan reaksi waktunya lebih  panjang dari umur
manusia kerana tidak dapat dibuktikan oleh pengamatan akal yang bersifat manusiawi
dan dengan ekperimen.

Anda mungkin juga menyukai