MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
HUKUM PERBANKAN SYARIAH
Oleh:
NUR FITRIAH
SITI MARFUAH
SEMIKE ARDILA
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
sebagai evaluai terhadap proses pengembangan kami. Selebihnya, terima kasih.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
3. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance?
4. Etika Bisnis dan Penerapan Good Corporate Governance ?
5. Penerapan GCG di Indonesia ?
6. Penerapan good corporate governance Di Perbankan Syariah ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1 Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture Sebagai Inti Good Corporate Governance, PT. Elex
Media Computindo, Jakarta, 2005, hlm. 27.
2 Mas Achmad Daniri , Good corporate governance: konsep dan penerapannya dalam konteks
6
kumpulan dari hukum, regulasi dan peraturan yang mengisi dan mendorong kinerja
sumber daya perusahaan agar berfungsi secara efisien.
Sementara itu, menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No:
KEP/117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance
(GCG) pada badan usaha milik Negara maka ditetapkan bahwa GCG adalah suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya (Sedarmayanti:2007)
Lantas bagaimana dengan definsi GCG di Indonesia? Di tanah air, secara
harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai ‘pengaturan’. Adapun dalam konteks
GCG, governance sering juga disebut ‘tata pamong’ atau penadbiran – yang terakhir
ini, bagi orang awam masih terdengar janggal di telinga. Maklum, istilah itu berasal
dari Melayu. Namun tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG
diartikan tata kelola perusahaan, meskipun masih rancu dalam terminologi manajemen.
Masih diperlukan kajian untuk mencari istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia yang
benar.
Kemudian, GCG ini didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem dan
proses yang digunakan oleh organisasi perusahaan (BOD, BOC, RUPS) guna
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan dan norma yang berlaku.
Dari definisi tentang Corporate Governance diatas, maka dapat diketahui
adanya aspek-aspek penting dari Corporate Governance yang perlu dipahami oleh
perusahaan agar dapat bersaing dalam dunia bisnis adalah:
1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan diantaranya yaitu
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan Direksi.
2. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam
masyarakat kepada seluruh stakeholder.
3. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan benar
pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan.
7
4. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan informasi yang
materiil dan relevan.
8
beberapa negara muslim antara lain menggunakan prinsip syariah yang lebih
menekankan pada aspek harmoni. Prinsip syariah erat hubungannya dengan
GCG, karena lebih menekankan pada bagi hasil (profit sharing) yang berarti
lebih menonjolkan aspek win-win solution, sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan dalam berbisnis. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di
lembaga keuangan islam perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan yang
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku secara spesifik di suatu negara maupun
nilai-nilai GCG yang berlaku umum didalam mejaga stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan.
3 Hasanuddin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Proper Test, Pustaka Widyatama, Yogyakarta,
2004, hlm. 60.
9
perundangan yang berlaku. Prinsip ini sangat dianggap sebagai suatu
perbuatan yang baik dalam islam, sehingga setiap individu dalam perusahaan
harus memiliki rasa pertanggungjawaban yang tinggi dalam pekerjaan mereka
sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an Surat Al Anfal ayat 27
yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(Q.S. Al Anfaal:27)
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku. Dalam Al-Qur’an, prinsip fairness
ini dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 58 yang artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisaa:58)
10
macam korelasi antara implementasi prinsip-prinsip GCG didalam suatu perusahaan
dengan kepentingan para pemegang saham, kreditor, manajemen perusahaan,
karyawan perusahaan, dan tentunya para anggota masyarakat, merupakan indikator
tercapainya keseimbangan kepentingan.
11
Good Governance merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di
negara kita.
Esensi Good Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas
manajemen terhadap shareholder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003). Disamping hal
tersebut Corporate Governance juga mempunyai manfaat. Menurut FCGI (2001)
manfaat dari penerapan GCG adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murahsehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Manfaat Good Corporate Governance (GCG) ini bukan hanya untuk saat
ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh
kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global.
12
ekonomi perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius,
bahkan dapat termasuk kategori yang melanggar hukum.
- Informasi rahasia
Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai
perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak
lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum
apabila informasi tersebut berharga bagi pihak lain dan pemiliknya
melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya. Beberapa kode
etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus melindungi informasi
rahasia perusahaan dan termasuk Hak Kekayaaan Intelektual (HKI) serta
harus member respek terhadap hak yang sama dari pihak lain.
- Conflict of Interest
Seluruh karyawan dan pimpina perusahaan harus dapat menjaga kondisi
yang bebas dari suatu benturan kepentingan dengan perusahaan. Suatu
benturan kepentingan dapat timbul bila karyawan dan pimpinan perusahaan
memiliki, secara langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi
didalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya
diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan
perusahaan.
- Sanksi
Setiap karyawan dan pemimpin perusahaan yang melanggar ketentuan dan
kode etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan
13
ketentuan atau peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan
disipliner termasuk sanksi pemecatan. Beberapa tindakan karyawan dan
pimpinan perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran terhadap kode
etik, antara lain mendapatkan, memakai atau menyalahkan asset milik
perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, secara fisik
mengubah atau merusak asset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan
menghilangkan asset perusahaan.
1. Tahap Persiapan
14
dapat diambil untuk mewujudkannya. GCG manual building, adalah langkah
berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat
kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan
manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual
dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan
manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek
seperti:
Kebijakan GCG perusahaan
Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan
Pedoman perilaku
Audit commitee charter
Kebijakan disclosure dan transparansi
Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
Roadmap implementasi
2. Tahap Implementasi
15
c. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi
mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses
bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini
dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau
sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar benar tercermin
dalam seluruh aktivitas perusahaan.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu
ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan
dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas
praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan
jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan
scoring. Evaluasi dalam bentukassessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan
secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi
dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan perbaikan-
perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
16
Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset para konglomerat, yang
berakibat pada penurunan iklim berusaha (Bakrie,2003).
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)
menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia.
Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya
fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi
mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu
tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak memadainya
pengawasan oleh para kreditor. Tantangan terkini yang dihadapi masih belum
dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh
komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas
internasional masih menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi
GCG sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers,
Moody`s Morgan, and Calper`s.
Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat
dengan kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :
1. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
3. Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei
2000 Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance (GCG)
dalam Perusahaan Perseroan.
4. Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara.
5. Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M-PM.PBUMN/2000 tanggal
17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik di
semua BUMN.
6. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No.
37a/M-PAN/2002 tanggal 28 Februari 2002 perihal Intensifikasi dan
Percepatan Pemberantasan KKN.
17
7. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal 2
Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan Tim
Perumus Panduan Penerapan GCG.
8. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Perseroo) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal
2 Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT
Pos Indonesia (Persero) No. 81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang
Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP (Bersih, Transparan dan Profesional).
18
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai
kewajiban Bank untuk menyampaikan Laporan Pelaksanaan GCG kepada Bank
Indonesia (BI) dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam melaksanakan GCG, Bank Muamalat tidak hanya berpedoman
pada ketentuan dan peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan GCG
sebagaimana disebutkan di atas, namun juga berpedoman pada ketentuan
internal dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku lainnya.
19
KESIMPULAN
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997, disebabkan antara
lain oleh belum diterapkannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh pelaku
ekonomi nasional.
Sejalan dengan era globaalisasi, maka prinsip-prinsip Good Corporate
Governance menempati posisi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan
penilaian dan keputusan-keputusan investasinya.
Dengan diterapkannya prinsip Good Corporate Governance maka akan
menambah kepercayaan dan keyakinan dari pemegang saham, seluruh stakeholder dan
investor terhadap perusahaan serta melindungi Direksi/Komisaris/Dewan
Pengawas/Manajer/Karyawan dari tuntutan hokum dan dari campur tangan pihak-
pihak tertentu diluar mekanisme korporasi, karena segala sesuatunya dilaksanakan
sesuai dengan aturan (step by rule).
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance merupakan sarana
untuk memperbaiki citra buruk Indonesia, oleh karena itu kita harus berperan serta
dalam mengubah wajah bangsa, mengembalikan martabat yang telah lama hilang,
yaitu melalui penerapan Good Corporate Governance secara nyata dan konsisten.
Dengan banyaknya manfaat penerapan GCG dalam Industri Perbankan Syariah
dan sudah cukupnya regulasi yang mengatur pelaksanaan GCG Industri Perbankan
Syariah, sudah selayaknya Pelaku Perbankan Syariah secara serius dan penuh
komitmen mengimplementasikan konsep tersebut sebagai bagian dari strategi
pembangunan Perbankan Syariah. Bank Indonesia sebagai regulator juga dapat
menggunakan otoritas pengawasannya untuk dapat memberikan akselerasi penerapan
GCG demi kepentingan Stakeholders Industri Perbankan Syariah
20
DAFTAR PUSTAKA
21