Anda di halaman 1dari 21

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI

PERBANKAN SYARIAH DAN LANDASAN


YURIDISNYA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
HUKUM PERBANKAN SYARIAH

Yang dibina Oleh Bapak Mushafi Miftah

Oleh:
NUR FITRIAH
SITI MARFUAH
SEMIKE ARDILA

INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL JADID


PAITON PROBOLINGGO
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala sanjung-puji kami haturkan kepada Allah SWT. yang


telah memberi kesempatan kepada kami untuk mencari ilmu dan kemudian mendapat
kesempatan tergolong kepada manusia yang bernilai lebih di hadapan-Nya. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Insan Kamil pembawa agama rahmah lil
‘alamiin, dengan kesempurnaan konstruksi syariahnya, Muhammad Ibn Abdillah.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah


“Hukum Perbankan Syariah”, Bapak Mushafi Miftah yang telah memberi tugas
kelompok membuat makalah dengan judul Good Corporate Governance Di Perbankan
Syariah dan Landasan Yuridisnya.

Selanjutnya, kami mohon maaf kepada semua pihak manakala dalam


penyusunan makalah ini didapati kekeliruan, baik yang disengaja atau tidak. Sebab,
kendati pun begitu banyak literatur yang digunakan, penyusunan makalah ini tidak
dapat lepas dari keterbatasan dan kemampuan manusia penuh dengan khilaf dan salah.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
sebagai evaluai terhadap proses pengembangan kami. Selebihnya, terima kasih.

Paiton, Januari 2016

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................3
BAB I ...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................5
BAB II .............................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..............................................................................................................6
2.1. Pengertian Good Corporate Governance ..........................................................6
2.2. Good Corporate Governance dalam Islam........................................................8
2.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ...................................................9
2.4 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance .........................................11
2.5 Etika Bisnis dan Penerapan Good Corporate Governance.............................12
2.7 Tahap-tahap Penerapan GCG..........................................................................14
2.8 Penerapan GCG di Indonesia ..........................................................................16
2.9 Contoh Penerapan ...........................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi
adalah dengan cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi,
kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan
(stakeholders) secara konsisten.
Hal mengenai Good Corporate Governance mulai terdengar di Indonesia sejak
tahun 1997, dimana pada saat itu bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Untuk bangkit dari krisis ekonomi tersebut bangsa Indonesia butuh
waktu yang lama. Lamanya perbaikan ni disebabkan karena masih lemah dan
kurangnya perusahaan di Indonesia dalam menerapkan Good Corporate Governance.
Ditambah lagi dengan adanya kasus Kimia Farma pada tahun 2002 yang terjadi akibat
adanya manipulasi laporan keuangan. Hal ini semakin menambah perhatian para
pelaku dunia usaha dan pihak regulator akan penerapan Good Corporate Governance
di Indonesia. Para pelaku dunia usaha diharapkan dapat mengubah cara mereka dalam
melakukan dan mengelola bisnis mereka untuk lebih transparan dan menciptakan
korporat yang sehat. Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam
dunia usaha di Indonesia merupakan suatu kebutuhan dalam menjalankan aktivitas
bisnis, agar perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dapat terus bersaing dan
bertahan dalam persaingan pasar globalisasi yang semakin kompetitif sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian dari good corporate governance ?
2. Good corporate Governance dalam Islam ?

4
3. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance?
4. Etika Bisnis dan Penerapan Good Corporate Governance ?
5. Penerapan GCG di Indonesia ?
6. Penerapan good corporate governance Di Perbankan Syariah ?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mendorong agar bank – bank Syariah di Indonesia menerapkan prinsip
good corporate governance. Beberapa institusi pemerintah dan organisasi swasta
memberikan Annual Report Award (ARA) kepada perusahaan yang dinilai telah
menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan baik. Namun apakah penghargaan tersebut
direspon oleh investor di pasar sebagai bukti kepercayaan masyarakat bahwa konsep
tersebut dapat meningkatkan fairness, transparancy, accountability, dan responsibility
kepada para pengelola (manajemen) perusahaan belum diketahui dengan pasti. Maka
berdasar uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris
bahwa pemberian ARA dapat direspon oleh pasar sebagai bukti kepercayaan
masyarakat terhadap konsep corporate governance.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Good Corporate Governance


Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.1
Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal.
Komite Cadbury, misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa yang dikenal dengan
sebutan Cadbury Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut
Komite Cadbury, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder
khususnya, dan stakeholder pada umumnya. 2 Tentu saja hal ini dimaksudkan
pengaturan kewenangan Direktur, Manajer, Pemagang Saham, dan pihak lain yang
berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) punya
definisi lain, menurut mereka pengertian Good Corporate Governance adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan. Menurut Bank Dunia, Good Corporate Governance (GCG) adalah

1 Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture Sebagai Inti Good Corporate Governance, PT. Elex
Media Computindo, Jakarta, 2005, hlm. 27.
2 Mas Achmad Daniri , Good corporate governance: konsep dan penerapannya dalam konteks

Indonesia, Ray Indonesia, 2005, hlm. 7.

6
kumpulan dari hukum, regulasi dan peraturan yang mengisi dan mendorong kinerja
sumber daya perusahaan agar berfungsi secara efisien.
Sementara itu, menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No:
KEP/117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance
(GCG) pada badan usaha milik Negara maka ditetapkan bahwa GCG adalah suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya (Sedarmayanti:2007)
Lantas bagaimana dengan definsi GCG di Indonesia? Di tanah air, secara
harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai ‘pengaturan’. Adapun dalam konteks
GCG, governance sering juga disebut ‘tata pamong’ atau penadbiran – yang terakhir
ini, bagi orang awam masih terdengar janggal di telinga. Maklum, istilah itu berasal
dari Melayu. Namun tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG
diartikan tata kelola perusahaan, meskipun masih rancu dalam terminologi manajemen.
Masih diperlukan kajian untuk mencari istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia yang
benar.
Kemudian, GCG ini didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem dan
proses yang digunakan oleh organisasi perusahaan (BOD, BOC, RUPS) guna
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan dan norma yang berlaku.
Dari definisi tentang Corporate Governance diatas, maka dapat diketahui
adanya aspek-aspek penting dari Corporate Governance yang perlu dipahami oleh
perusahaan agar dapat bersaing dalam dunia bisnis adalah:
1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan diantaranya yaitu
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan Direksi.
2. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam
masyarakat kepada seluruh stakeholder.
3. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan benar
pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan.

7
4. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan informasi yang
materiil dan relevan.

2.2. Good Corporate Governance dalam Islam


Konsep tentang Good Corporate Governance secara universal sangat
erat kaitannya dengan ajaran agama-agama yang ada. Prinsip Good Corporate
Governance ternyata selaras dengan ajaran agama islam. Meskipun Islam
selalu memperkenalkan etika yang baik, moral yang kuat, integritas, serta
kejujuran, tidaklah mudah untuk menggabungkan nilai-nilai etika seperti itu
menjadi Good Corporate Governance yang islami. Akibatnya, dalam
prakteknya, sebagian besar dari perusahaan ‘Islam’ menggunakan standar tata
kelola perusahaan konvensional yang mungkin tidak konsisten dengan nilai-
nilai Islam. Perspektif Islam melihat tata praktek perusahaan sebagai kewajiban
Muslim kepada Allah, sehingga mengarah kepada kontrak 'implisit' dengan
Allah dan kontrak eksplisit dengan manusia.
Good Corporate Governance dalam Islam memiliki fitur unik dan
menyajikan karakteristik khas dibandingkan dengan konsep barat Anglo-Saxon
dan model Eropa. Ini menggabungkan unsur Tauhid, Syura, aturan syariah dan
memelihara tujuan pribadi tanpa mengabaikan tugas sosial kesejahteraan. Islam
juga percaya bahwa kegiatan sehari-hari seseorang dan transaksi perusahaan
harus didasarkan pada nilai-nilai kejujuran, ketegasan, rasa hormat, keadilan,
toleransi, kesabaran, dan kejujuran, bukan kebohongan, keangkuhan,
pembangkangan, iri, dengki, fitnah dan membesarkan diri (MK Hassan, 2002).
Ini juga harus diwujudkan dalam keterlibatan individu pada kegiatan usaha dan
operasi serta hubungan mereka dengan semua stakeholder masing-masing.
Secara keseluruhan, pandangan Islam tentang tata kelola perusahaan lebih
komprehensif daripada pandangan stakeholder dan erat kaitannya dengan nilai-
nilai etika dalam Islam.
Umar M. Chapra dalam Islam and Economic Challenge (2002)
menyatakan bahwa dalam sistem ekonomi islam yang telah diterapkan pada

8
beberapa negara muslim antara lain menggunakan prinsip syariah yang lebih
menekankan pada aspek harmoni. Prinsip syariah erat hubungannya dengan
GCG, karena lebih menekankan pada bagi hasil (profit sharing) yang berarti
lebih menonjolkan aspek win-win solution, sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan dalam berbisnis. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di
lembaga keuangan islam perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan yang
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku secara spesifik di suatu negara maupun
nilai-nilai GCG yang berlaku umum didalam mejaga stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan.

2.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance


Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari Good Corporate Governance
(GCG) yaitu 3 :
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam
hubungannya dengan Islam, konsep transparency (keterbukaan informasi)
telah diungkapkan oleh Allah QS. Al Baqarah ayat 282 yang artinya :
“ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan
sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempo hingga ke suatu
masa yang tertentu, maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa
bayarannya) itu. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya
dengan adil (benar). Dan janganlah seseorang penulis enggan menulis
sebagaimana Allah telah mengajarkannya…..”. (Q.S. Al-Baqarah:282)

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan


pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam


pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

3 Hasanuddin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Proper Test, Pustaka Widyatama, Yogyakarta,
2004, hlm. 60.

9
perundangan yang berlaku. Prinsip ini sangat dianggap sebagai suatu
perbuatan yang baik dalam islam, sehingga setiap individu dalam perusahaan
harus memiliki rasa pertanggungjawaban yang tinggi dalam pekerjaan mereka
sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an Surat Al Anfal ayat 27
yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(Q.S. Al Anfaal:27)

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola


secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku. Dalam Al-Qur’an, prinsip fairness
ini dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 58 yang artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisaa:58)

Dalam mengurus perusahaan, prinsip prinsip GCG diatas sebaiknya


diimbangi dengan Good Faith (bertindak atas itikad baik) dan kode etik perusahaan
serta pedoman Corporate Governance, agar visi dan misi perusahaan dapat terwujud.
Pedoman Corporate Governance yang telah dibuat hendaknya dijadikan kode etik
perusahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan
GCG secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting karena mengingat
kecenderungan aktifitas usaha yang semakin mengglobal dan dapat dijadikan sebagai
ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang lebih baik.
Melalui pemenuhan kepentingan yang seimbang, benturan kepentingan
yang terjadi di dalam perusahaan dapat diarahkan dan dikontrol sedemikian rupa,
sehingga tidak menyebabkan timbulnya kerugian bagi suatu perusahaan. Berbagai

10
macam korelasi antara implementasi prinsip-prinsip GCG didalam suatu perusahaan
dengan kepentingan para pemegang saham, kreditor, manajemen perusahaan,
karyawan perusahaan, dan tentunya para anggota masyarakat, merupakan indikator
tercapainya keseimbangan kepentingan.

2.4 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance


Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi titik rujukan
pembuat kebijakan (pemerintah) dalam membangun kerangka kerja penerapan
Corporate Governance. Bagi pelaku usaha dan pasar modal, prinsip ini dapat menjadi
pedoma mengelaborasi praktek terbaik bagi peningkatan nilai dan keberlangsungan
perusahaan.

Dalam keputusan BUMN Nomor: Kep.117/M-MBU/2002 diutarakan


bahwa penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, bertujuan untuk :

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,


akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.
3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggug jawab sosial
BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan investasi nasional.
6. Mensukseskan program privatisasi.

Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai


perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan denga keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan
umumnya Corporate Governace dapat meningkatkan kepercayaan investor. Corporate
Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor, lemahnya praktik

11
Good Governance merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di
negara kita.
Esensi Good Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas
manajemen terhadap shareholder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003). Disamping hal
tersebut Corporate Governance juga mempunyai manfaat. Menurut FCGI (2001)
manfaat dari penerapan GCG adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murahsehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

Manfaat Good Corporate Governance (GCG) ini bukan hanya untuk saat
ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh
kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global.

2.5 Etika Bisnis dan Penerapan Good Corporate Governance

1. Code of Corporate and Business Conduct


Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and
Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan
perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etika bisnis yang terbaik di dalam
semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila prinsip tersebut
telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh
karyawan & pimpinan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi
“mana yang boleh” dan “mana yang tidak boleh” dilakukan dalam aktivitas

12
ekonomi perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius,
bahkan dapat termasuk kategori yang melanggar hukum.

2. Nilai Etika Perusahaan


Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan &
pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan
memaksimalkan nilai pemegang saham (stakeholder value). Beberapa nilai-
nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu
kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama.
Beberapa contoh etika yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan
perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan
(conflict of interest).

- Informasi rahasia
Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai
perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak
lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum
apabila informasi tersebut berharga bagi pihak lain dan pemiliknya
melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya. Beberapa kode
etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus melindungi informasi
rahasia perusahaan dan termasuk Hak Kekayaaan Intelektual (HKI) serta
harus member respek terhadap hak yang sama dari pihak lain.
- Conflict of Interest
Seluruh karyawan dan pimpina perusahaan harus dapat menjaga kondisi
yang bebas dari suatu benturan kepentingan dengan perusahaan. Suatu
benturan kepentingan dapat timbul bila karyawan dan pimpinan perusahaan
memiliki, secara langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi
didalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya
diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan
perusahaan.
- Sanksi
Setiap karyawan dan pemimpin perusahaan yang melanggar ketentuan dan
kode etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan

13
ketentuan atau peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan
disipliner termasuk sanksi pemecatan. Beberapa tindakan karyawan dan
pimpinan perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran terhadap kode
etik, antara lain mendapatkan, memakai atau menyalahkan asset milik
perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, secara fisik
mengubah atau merusak asset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan
menghilangkan asset perusahaan.

2.7 Tahap-tahap Penerapan GCG


Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi
perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi
dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat
berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG
menggunakan pentahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw,2003). Pada umumnya
perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan
pentahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw,2003).

1. Tahap Persiapan

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: 1) awareness building, 2) GCG


assessment, dan 3) GCG manual building. Awareness building merupakan
langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan
komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan
meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan
dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. GCG
Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan
kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna
memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata
lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspekaspek apa yang
perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang

14
dapat diambil untuk mewujudkannya. GCG manual building, adalah langkah
berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat
kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan
manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual
dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan
manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek
seperti:
 Kebijakan GCG perusahaan
 Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan
 Pedoman perilaku
 Audit commitee charter
 Kebijakan disclosure dan transparansi
 Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
 Roadmap implementasi

2. Tahap Implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah


memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:

a. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan


berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai
pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim
khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan
direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion
di perusahaan.
b. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG
yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat
top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan.
Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change
management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh
implementasi GCG.

15
c. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi
mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses
bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini
dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau
sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar benar tercermin
dalam seluruh aktivitas perusahaan.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu
ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan
dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas
praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan
jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan
scoring. Evaluasi dalam bentukassessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan
secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi
dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan perbaikan-
perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

2.8 Penerapan GCG di Indonesia


Krisis ekonomi yang menghantam Asia telah berlalu lebih dari delapan
tahun. Krisis ini ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim
politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang
diawal tahun 1990-an dipandang sebagai “The Asian Tiger”, harus mengakui bahwa
pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis politik.
Setelah delapan tahun, sejak krisis tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat
pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut. Korea
Selatan yang pernah terjangkit kejahatan financial yang melibatkan para eksekutif
puncak perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih. Perkembangan yang sama
juga terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara ASEAN lainnya. Bagaimana
dengan Indonesia?. Era pascakrisis ditandai dengan goncangan ekonomi berkelanjutan.

16
Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset para konglomerat, yang
berakibat pada penurunan iklim berusaha (Bakrie,2003).
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)
menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia.
Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya
fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi
mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu
tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak memadainya
pengawasan oleh para kreditor. Tantangan terkini yang dihadapi masih belum
dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh
komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas
internasional masih menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi
GCG sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers,
Moody`s Morgan, and Calper`s.
Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat
dengan kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :
1. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
3. Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei
2000 Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance (GCG)
dalam Perusahaan Perseroan.
4. Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara.
5. Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M-PM.PBUMN/2000 tanggal
17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik di
semua BUMN.
6. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No.
37a/M-PAN/2002 tanggal 28 Februari 2002 perihal Intensifikasi dan
Percepatan Pemberantasan KKN.

17
7. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal 2
Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan Tim
Perumus Panduan Penerapan GCG.
8. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Perseroo) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal
2 Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT
Pos Indonesia (Persero) No. 81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang
Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP (Bersih, Transparan dan Profesional).

2.9 Contoh Penerapan


Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Muamalat
Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan di Bank Muamalat merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Muamalat Spirit sebagai semangat dan
landasan moral untuk mencapai visi dan misi Bank Muamalat yang dijalankan
melalui pengabdian serta ketaatan kepada Allah SWT. Semangat inilah yang
menjadi dasar bagi pengelolaan usaha, aktivitas dan bisnis di Bank Muamalat.
Dengan komitmen yang tinggi, Bank Muamalat berupaya agar selalu konsisten
dalam menerapkan dan meningkatkan implementasi GCG.
Seperti halnya Muamalat Spirit yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari pelaksanaan GCG, langkahTransformasi yang dilakukan oleh Manajemen
Bank sejak tahun 2009 merupakan upaya untuk lebih memacu pelaksanaan tata
kelola perusahaan yang lebih baik di Bank Muamalat, disamping terus
mengembangkan budaya kepatuhan serta meningkatkan kesadaran akan risiko
yang dihadapi.
Adapun pengertian inti dari Muamalat Spirit adalah semangat yang
didalamnya terdapat prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, professional atau independensi, fairness dan sikap kepedulian
yang dijalankan secara Islami.
Kewajiban untuk melaksanakan serta menyampaikan laporan GCG
kepada Bank Indonesia, telah dilakukan Bank Muamalat secara
berkesinambungan dengan pelaksanaan yang semakin baik. Hal ini merupakan
wujud dari komitmen Bank Muamalat dalam melaksanakan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat
Edaran (SE) BI No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang

18
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai
kewajiban Bank untuk menyampaikan Laporan Pelaksanaan GCG kepada Bank
Indonesia (BI) dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam melaksanakan GCG, Bank Muamalat tidak hanya berpedoman
pada ketentuan dan peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan GCG
sebagaimana disebutkan di atas, namun juga berpedoman pada ketentuan
internal dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku lainnya.

Penerapan Good Corporate Governance pada PT Pertamina


Sebagai perusahaan besar, PT Pertamina (Persero) harus mampu
menjadi perusahaan yang menjadi ikon Good Corporate Governance (GCG).
Dengan diterapkannya GCG atau Tata Kelola Korporasi yang Baik di
Pertamina, maka secara umum kondisi GCG di kalangan BUMN diharapkan
akan terdorong baik. Berbagai upaya untuk mencegah kasus pelanggaran GCG
telah dilakukan perusahaan. Salah satunya dengan membentuk Satuan
Pengawasan Internal (SPI). Sejumlah evaluasi internal maupun eksternal
dilakukan. Dan terakhir kali, PT. Pertamina sudah mencapai indeks GCG 74.
SPI akan mendorong dan melakukan evaluasi atas apa yang dilakukan oleh
seluruh pekerja, apakah GCG itu benar-benar dijalankan atau tidak.
Manajemen GCG nantinya akan menerima pengaduan dengan whistle
blower system yang akan diterapkan, selanjutnya tugas SPI melakukan audit
pendalaman (khusus) untuk membedah permasalahan tersebut secara
komprehensif. Selanjutnya, rekomendasi akan diberikan ke SDM untuk bisa
diambil eksekusinya.
Sejauh ini, untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
auditor, Pertamina telah melakukan pelatihan, seperti IT Audit, Risk Base
Audit, dan Sertifikasi Internasional. Dengan demikian, SPI ke depannya
diharapkan mampu memberikan kontribusi konkret dalam rangka membangun
integritas Pertamina menjadi perusahaan publik (non listed).

19
KESIMPULAN

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997, disebabkan antara
lain oleh belum diterapkannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh pelaku
ekonomi nasional.
Sejalan dengan era globaalisasi, maka prinsip-prinsip Good Corporate
Governance menempati posisi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan
penilaian dan keputusan-keputusan investasinya.
Dengan diterapkannya prinsip Good Corporate Governance maka akan
menambah kepercayaan dan keyakinan dari pemegang saham, seluruh stakeholder dan
investor terhadap perusahaan serta melindungi Direksi/Komisaris/Dewan
Pengawas/Manajer/Karyawan dari tuntutan hokum dan dari campur tangan pihak-
pihak tertentu diluar mekanisme korporasi, karena segala sesuatunya dilaksanakan
sesuai dengan aturan (step by rule).
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance merupakan sarana
untuk memperbaiki citra buruk Indonesia, oleh karena itu kita harus berperan serta
dalam mengubah wajah bangsa, mengembalikan martabat yang telah lama hilang,
yaitu melalui penerapan Good Corporate Governance secara nyata dan konsisten.
Dengan banyaknya manfaat penerapan GCG dalam Industri Perbankan Syariah
dan sudah cukupnya regulasi yang mengatur pelaksanaan GCG Industri Perbankan
Syariah, sudah selayaknya Pelaku Perbankan Syariah secara serius dan penuh
komitmen mengimplementasikan konsep tersebut sebagai bagian dari strategi
pembangunan Perbankan Syariah. Bank Indonesia sebagai regulator juga dapat
menggunakan otoritas pengawasannya untuk dapat memberikan akselerasi penerapan
GCG demi kepentingan Stakeholders Industri Perbankan Syariah

20
DAFTAR PUSTAKA

ASEAN Corporate Governance Scorecard: Country Report and Assesment 2012-2013.


Mandaluyong City, Philipines: Asian Development Bank, 2013.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2006.
Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture Sebagai Inti Good Corporate
Governance, PT. Elex Media Computindo, Jakarta, 2005
Mas Achmad Daniri, Good corporate governance: konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia, Ray Indonesia, 2005
Hasanuddin Rahman Daeng Naja, Manajemen Fit and Proper Test, Pustaka
Widyatama, Yogyakarta, 2004
OECD Principles of Corporate Governance, OECD, 2004.
Kamus besar bahasa Indonesia.
Wikipedia di internet.( www.wikipedia.com )

21

Anda mungkin juga menyukai