Eka Radiyani Oktavia , Fatehah Rahma Agustin, Nandito Mapian Magai, Sigit Ambar
Widyawati, Widya Hary Cahyati
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo
Abstract
___________________________________________________________________
Survey results in September 2017 conducted on 30 young women in Pudak Umbrella Village, found 4 young
women (13.3%) who did not understand about the risk of early marriage. This had implications for the high
incidence of early marriage age under 20 years, whereas in Semarang City there was already a policy on Child
Friendly City. This study aimed to determine the image of early marriage risk knowledge in adolescents aged
13-19 years in Pudak Payung Urban Village. This research used descriptive quantitative research method with
cross sectional study. This research activity was conducted on November 22nd, 2017 which was done in
Neighborhood RW 06 Pudak Payung Urban Village Semarang. The sample of this study amounted to 30
respondents. The research instrument used questionnaires, documentation and observation. The results showed
that respondents who were well knowledge as much as 2 respondents (8%), quite as much as 23 respondents
(78%), and less as many as 5 respondents (14%). The conclusion of this research was the level of knowledge of
adolescents aged 13-19 years in Pudak Payung Village majority classified as knowledgeable enough with
percentage 78%, influenced by low education of adolescents and understanding of teenagers minimal.
© 2018 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jalan Diponegoro no. 186
Gedanganak-Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519 e ISSN 1475-222656
E-mail: eka_radiyani@gmail.com
239
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
240
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
Penelitian yang dilakukan oleh IPADI Kelurahan Pudak Payung, padahal di Kota
(Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia) Semarang sudah ada kebijakan tentang Kota
melalui lembaga kependudukan dan BKKBN Layak Anak.
tahun 2003 menunjukkan saat ini jumlah usia Tujuan penelitian ini adalah untuk
remaja (12-24 tahun) di Indonesia 42 juta mengetahui pengetahuan risiko pernikahan dini
(sekitar 20% dari penduduk Indonesia yang pada remaja sehingga dapat menghindari
berjumlah 213 juta jiwa). Dari angka ini 35% kejadian pernikahan dini.
adalah pasangan suami isteri, dan dari angka ini
sekitar 52% perempuan telah menikah. Rata- METODE
rata usia pernikahan pertama di Indonesia
adalah usia 19 tahun bagi penduduk yang Jenis penelitian yang digunakan dalam
sekarang berusia 20-24 tahun. Bagi penduduk penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
usia 25 – 29 tahun menikah pada usia 15 tahun dengan rancangan cross sectional. Penelitian
adalah 11%, menikah pada usia 18 tahun adalah dilakukan dengan membagikan kuesioner
18% dan pada usia menikah 20 tahun sebesar kepada remaja untuk mengetahui pengetahuan
51% (BKKBN, 2010). risiko pernikahan dini pada remaja. Penelitian
Di Indonesia diperkirakan angka yang digunakan merupakan penelitian yang
pertumbuhan penduduknya sebesar 2,5%. paling sederhana karena peneliti tidak
Dengan pertumbuhan penduduk 2,5% setahun, mengubah, menambah dan memanipulasi
bila terjadi terus menerus maka dalam waktu 28 obyek yang diteliti. Dalam penenlitian ini
tahun jumlah penduduk Indonesia akan menjadi peneliti meneliti pengetahuan remaja yang
dua kali lipat. Selain itu faktor kehamilan berusia 13 – 19 tahun. Lokasi yang dipilih untuk
remaja juga merupakan penyebab meningkatnya menjadi tempat penelitian tentang pengetahuan
pertumbuhan penduduk, di Indonesia 34,5% risiko pernikahan dini pada remaja yaitu di
rata-rata nasional remaja melakukan pernikahan lingkungan RW 06 Kelurahan Pudak Payung,
dini karena kehamilan remaja (BKKBN, 2010). Alasan peneliti melakukan penelitian di
Penyebab pernikahan usia dini antara lain Kelurahan tersebut karena populasi dan sampel
pemaksaan dari pihak orang tua, pergaulan yang mencukupi, di daerah Pudak Payung
bebas, rasa keingintahuan tentang dunia seks, masih banyak pernikahan dini pada remaja putri
faktor lingkungan, rendahnya pendidikan, faktor dan kurangnya pemahaman pengetahuan
ekonomi . Ditinjau dari masalah sosial ekonomi tentang risiko pernikahan dini pada remaja di
adalah pernikahan usia dini biasanya tidak daerah tersebut.
diikuti dengan kesiapan keadaan ekonomi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
Semakin bertambah umur seseorang pengetahuan remaja tentang risiko pernikahan
kemungkinan untuk kematangan dalam bidang dini sedangkan subvariabelnya adalah tingkat
social ekonomi juga akan semakin nyata karena pendidikan, pekerjaan keluarga (orang tua),
pada umumnya dengan bertambahnya umur akses terhadap informasi dan lingkungan
akan semakin kuat dorongan untuk mencari keluarga. Adapun variabel terikatnya adalah
nafkah penopang. Pada pernikahan usia dini pernikahan dini pada remaja umur 13-19 tahun.
permasalahan ekonomi akan menjadi alasan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
utama terjadinya perceraian (Fadlyana, 2009). November 2017. Populasi dalam penelitin ini
Hasil survei awal pada bulan September adalah seluruh remaja yang belum menikah, di
tahun 2017 yang dilakukan pada 30 orang lingkungan RW 06 Kelurahan Pudak Payung
remaja putri di Kelurahan Pudak Payung, pada tahun 2017 yang berjumlah sebanyak 40
ditemukan 4 orang remaja putri (13,3%) yang orang. Penelitian ini menggunakan sampel
kurang mengerti tentang risiko pernikahan dini. sebanyak 30 responden orang. Teknik
Hal ini berimplikasi pada tingginya kejadian pengambilan sampel menggunakan teknik
usia pernikahan dini dibawah umur 19 tahun di sampel jenuh yaitu dengan teknik penentuan
241
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
sampel dengan cara mengambil semua anggota Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
populasi menjadi sampel. Metode pengumpulan Responden tentang Risiko Pernikahan Dini
data menggunakan data primer melalui pada remaja di Lingkungan RW 06 Kelurahan
pembagian kuesioner kepada sampel secara Pudak Payung Tahun 2017
langsung. Kuosioner diberikan kepada remaja Kategori Frekuensi Persentase
yang berada di lingkungan RW 06 Kelurahan (%)
Pudak Payung dengan meminta kesediaan Pengetahuan Baik 2 8
remaja menjadi responden setelah itu memberi Cukup 23 78
Kurang 5 14
penjelasan secara singkat tentang pengisian
Jumlah 30 100,0
kuosioner. Data sekunder dalam penelitian
diperoleh dari data jumlah remaja berumur 13 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi
sampai 19 tahun di Kelurahan Pudak Payung pengetahuan responden tentang risiko
RW 06. pernikahan dini pada remaja di lingkungan RW
Instrumen penelitian ini menggunakan 06 Pudak Payung mengenai pengetahuan risiko
lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan pernikahan dini pada remaja menunjukkan
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner bahwa dominan berpengetahuan cukup yaitu
tertutup mengenai pengetahuan remaja umur sebanyak 23 orang (78%), remaja dengan tingkat
13-20 tahun tentang risiko pernikahan dini, pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (14%)
sehingga responden hanya memilih jawaban dan remaja dengan pengetahuan baik yaitu
yang menurut mereka benar. Responden hanya sebanyak 2 orang (8%). Faktor-faktor pendorong
tinggal memilih a, b atau c pada lembar terjadinya pernikahan pada usia muda di lokasi
kuesioner dengan menyilang (X) pada jawaban penelitian ini yaitu antara lain ada faktor
yang dipilih. Untuk pernyataan yang jawaban ekonomi, faktor keluarga, faktor pendidikan,
benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah faktor kemauan sendiri, dan faktor adat
diberi nilai 0. Teknik pengambilan data yang setempat.
digunakan dalam penelitian ini dilakukan Setiap manusia memiliki tingkat
melalui pembagian kuesioner, observasi dan pengetahuan yang berbeda-beda. Tingkatan
dokumentasi pengetahuan dimulai dari tahu (know),
Analisis data yang digunakan dalam memahami (comprehension), aplikasi (application),
penelitian ini adalah analisis univariat. Analisi analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi
Univariat dipilih untuk menganalisis setiap (evaluation). Semakin tinggi tingkat pengetahuan
variabel hasil dari penelitian untuk seseorang maka semakin tinggi pula
menghasilkan distribusi frekuensi dan kemampuan individu tersebut di dalam
presentase dari setiap variabel data yang didapat melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
dan diteliti. Analisa selanjutnya dilanjutkan objek. Penilaian tersebut inilah yang akan
dengan membahas hasil penelitian sesuai menjadi landasan seseorang untuk bertindak
dengan teori dan kepustakaan yang ada, yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
sehingga dihasilkan data yang menggambarkan adalah pendidikan, umur, lingkungan dan sosial
pernikahan dini di daerah penelitian secara budaya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan
jelas. status sosial seseorang maka tingkat
pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
HASIL DAN PEMBAHASAN Begitu juga dengan umur, semakin
bertambahnya umur seseorang maka
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuannya juga semakin bertambah. Ada
pengetahuan risiko pernikahan dini pada remaja hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
di lingkungan RW 06 Pudak Payung yang perilaku. Anak yang mempunyai pengetahuan
berjumlah 30 sampel remaja dapat dilihat pada yang baik maka ada kecenderungan untuk
tabel 1. berperilaku yang baik pula (Diaz, 2017).
242
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
243
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
tidak melanjutkan pendidikan karena ekonomi nilai -nilai di sekolah, proses keluarga, kelas
yang kurang sehingga tidak mampu sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar
membiayakan anaknya untuk melanjutkan tempat tinggal dan pengaruh kelompok teman
pendidikan, selanjutnya darimana informasi sebaya (Nour, 2009). Kelompok teman sebaya
yang di dapat seperti dari pengalaman dari merupakan faktor penting yang mempengaruhi
teman, media cetak , dan media massa. Selain pernikahan dini, mengingat semakin
peyebab diatas dapat juga disebabkan oleh dominannya peran kelompok sebaya daripada
seberapa besar rasa ingin tahu mereka mengenai orangtua pada usia-usia remaja atau menjelang
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dewasa, dibandingkan masa-masa sebelumnya
reproduksi, risiko pernikahan dini, dan (Sariyono, 2007). Remaja secara perkembangan
kehamilan tidak diinginkan (KTD), serta sosial akan terpengaruh oleh kelompok
pengamatan mereka terhadap risiko pernikahan sebayanya dan mulai keluar dari kehidupan
dini dengan melihat keadaan sekeliling keluarganya (Novianti, 2014). Remaja mulai
lingkungan mereka dengan mereka seharusnya memasuki kehidupan sosial dalam populasi
dapat menyimpulkan kejadian yang telah remaja secara keseluruhan.
diamati oleh responden. Menurut asumsi peneliti yang dilakukan
Perilaku seksual remaja memiliki oleh peneliti di Lingkungan RW 06 Pudak
kecenderungan sikap yang permisif pada Payung ditemukan responden yang
remaja terhadap perilaku seks bebas atau berpengetahuan baik dikarenakan responden
perilaku seks di luar nikah. Sikap permisif sudah pernah mendengar penjelasan tentang
remaja terhadap perilaku seks bebas didukung risiko pernikahan yang terlalu dini atau di usia
oleh terbatasnya pengetahuan remaja tentang muda yaitu usia 13-20 tahun dan mengikuti
kesehatan reproduksi remaja (Sariyono, 2007). penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
Survei Dasar Kesehatan Reproduksi Republik pada usia remaja, penjelasan tersebut mereka
Indonesia (SDKRI) di Kota Manado tahun 2000 peroleh dari tenaga kesehatan yang melakukan
menunjukkan pengetahuan dasar yang dimiliki penyuluhan tersebut saat responden bersekolah
responden mengenai kesehatan reproduksi di SMP dan SMA selain itu di Kelurahan Pudak
relatif terbatas. Keadaan ini dapat diketahui Payung juga pernah di lakukan pemberdayaan
dari 57,78% responden tidak mengetahui remaja oleh mahasiswa dari Universitas Ngudi
pengertian seksualitas. Pengetahuan remaja Waluyo yang berkerjasama dengan pihak
tentang kesehatan reproduksi sangat rendah Puskesmas Pudak Payung dan bidan setempat,
yaitu sekitar 75%. Rendahnya pengetahuan sehingga memberi respon atau dampak positif
remaja tersebut berdampak pada perilaku kepada responden yaitu remaja Pudak Payung
seksual remaja menuju ke arah yang sangat yang berumur 13-20 tahun dengan hasil remaja
membahayakan (Kemenkes RI, 2013; Novianti, tersebut berpengetahuan baik.
2014). Menurut asumsi peneliti, responden
Hasil survei lain tentang pernikahan dini berpengetahuan cukup dikarenakan beberapa
yang dilakukan pada 200 responden yang hambatan yang menyebabkan remaja dengan
melakukan pernikahan dini di Jawa Tengah berpengetahuan cukup yaitu sebagian responden
menunjukkan bahwa 36,2% dari jumlah yang masih sedikit pengetahuannya yang
responden yang melakukan pernikahan dini diperoleh remaja tentang dampak yang
menyatakan bahwa alasan melakukan hal ditimbulkan dari pernikahan di usia muda atau
tersebut karena ungkapan sayang, rasa yang terlalu dini baik dari, media cetak, media
memiliki, keakraban dan perhatian (KPP&PA, massa maupun pengalaman dari teman-teman
2012). atau keluarga serta penjelasan dari petugas
Tingginya rasio pernikahan dini kesehatan yang kurang jelas dalam memberikan
dipengaruhi oleh konsep diri, kontrol diri, usia, paparan materi ataupun teori mengenai KTD
jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan (Kehamilan Tidak Diduga) dan Pernikahan di
244
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
usia dini, karena sebagian responden kurang menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja
memahami dan daya ingat yang kurang. tentang pernikahan dini.Tidak dapat dipungkiri
Dengan demikian, pengetahuan remaja tentang semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
Risiko Pernikahan Dini terbatas. Dalam mudah mendapat informasi maka makin
permasalahan tersebut menyebabkan banyakpula pengetahuan yang dimiliki. Upaya
pengetahuan remaja tergolong mayoritas cukup. yang dapat dilakukan yaitu dengan
Penjelasan di atas dalam hal ini sesuai memberikan penyuluhan tentang risiko
penelitian (Desiyanti, 2015). pernikahan dini.
Menurut asumsi peneliti responden Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
berpengetahuan kurang dikarenakan kurangnya berasumsi bahwa pendidikan turut
pengamatan responden tentang risiko menyebabkan responden dilakukan pernikahan
pernikahan dini, karena kurang rasa ingin tahu dini, karena responden yang berpendidikan
mengenai informasi risiko apa saja yang terjadi dasar atau menengah lebih cenderung untuk
jika melakukan pernikahan dini dan dampak dinikahkan oleh orang tuanya, di bandingkan
yang diterima baik dampak pada diri seseorang dengan responden yang berpendidikan tinggi,
yang melakukan pernikahan dini maupun dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan
dampak untuk orang lain di sekitar pelaku membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal
penikahan dini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang tidak produktif, salah satunya adalah
(Novianti, 2014). menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang
Faktor lainnya yaitu kurang jika diluar kontrol membuat kehamilan diluar
berkembangnya cara berpikir responden, karena nikah. Hal ini didasarkan pada penelitian
perkembangan cara berpikir seseorang dapat (Utami, 2015). Hasil penelitian ini menyebutkan
berpengaruh terhadap pengetahuan yang bahwa sebenarnya jika pendidikan orang tua
dimiliki seseorang. Kemudian dapat pula di meningkat dan memikirkan dampak negatif
pengaruhi oleh lingkungan yang tidak yang terjadi pada anak yang menikah di usia
menganggap penting pengetahuan mengenai dini, maka pernikahan di usia dini itu tidak akan
risiko pernikahan dini serta anggapan dari terjadi begitu banyak. Beberapa hasil observasi
masyarakat yang tabu jika membahas atau yang kami dapat menyatakan bahwa pendorong
mencari tahu mengenai kesehatan reproduksi terjadinya pernikahan dini adalah keinginan
atau mengenai risiko pernikahan dini. Hal ini orang tua, sebab keinginan orang tua
dibuktikan berdasarkan penilitian yang menikahkan anaknya adalah hal yang penting
dilakukan oleh Stang (2011) yang menyebutkan karena dikhawatirkan akan terjadi hal yang
bahwa cara berpikir seseorang sangat erat tidak diinginkan, tetapi alasan itu juga tidak
kaitannya dengan rendah tingginya dibenarkan oleh sebagian masyarakat, karena
pengetahuan seseorang. bagi sebagian mereka menikahkan anaknya di
Melihat dari hasil pengumpulan data usia muda itu disebabkan faktor ekonomi.
yang dilakukan oleh peneliti bahwa responden Dalam hal memilih pasangan ini, orang tua
mayoritas berpengetahuan cukup karena dilarang memaksa anak-anaknya untuk
dipengaruhi kurangnya kemampuan responden dijodohkan dengan pria atau wanita pilihannya,
dalam mengingat materi tentang risiko melainkan diharapkan membimbing anak-
pernikahan dini walaupun responden anaknya agar dapat memilih pasangan yang
sebelumnya telah membaca atau menerima sesuai dengan ajaran agama.
informasi tentang risiko perkawinan dini dalam Orang tua anak perempuan cenderung
kehamilan. Kemampuan responden dalam segera menikahkan anaknya karena menurut
mengingat sesuatu termasuk dalam tingkat orang tua anak gadis ini bahwa sudah tidak ada
pengetahuan yaitu tingkat tahu. perawan lagi dan hal ini menjadi aib, dewasa ini
Rendahnya tingkat pendidikan remaja kebutuhan sehari-hari dirasakan sangat berat
dan kurangnya pendidikan seks pada remaja dengan naiknya harga kebutuhan pokok dan
245
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
banyaknya anak yang putus sekolah dan tidak kesiapan umur secara psikologi adalah usia
mampu melanjutkan kejenjang pendidikan bagaimana kita perpola sikap, pola perasaan,
sehingga mereka banyak terjadi pernikahan di pola pikir dan prilaku sehingga pasangan
usia muda, orang tua yang tidak sanggup tersebut mampu menjaga egoisme serta sikap
menyekolahkan anaknya sehingga ia cepat- dalam rumah tangga dan disanalah terjalin
cepat dinikahkan, juga karena kurangnya pasangan yang harmonis (Tati, 2017). Selain
kemauan untuk melanjutkan sekolah maka satu- implikasi psikologis, ada pula dampak yang
satunya jalan keluar adalah dinikahkan harus diperhatikan bagi tiap orang tua terhadap
secepatnya. anaknya yaitu dampak biologis, sebab anak
Dalam segi pengetahuan berdasarkan yang belum cukup usia maka organ
hasil pengetahuannya menunjukan dari 30 reproduksinya belum siap dibuahi, karena masa-
responden memiliki pengetahuan cukup masa itu adalah masa proses menuju
sejumlah 23 responden dan yang kematangan. Jika anak dipaksa menikah di usia
berpengetahuan kurang sejumlah 5 responden. dini, maka hal itu bisa membahayakan nyawa
Remaja-remaja di Kelurahan Pudak Payung ibu dan bayi, seperti paparan sebelumnya
tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, (Nurhajati, 2012).
dan akibatnya terjadi pernikahan di usia muda Implikasi dari pernikahan di usia remaja
yaitu usia remaja. Sebagai salah satu upaya antara lain yaitu akan mempengaruhi nasib
pencegahan perilaku pernikahan dini maupun kelangsungan hidup rumah tangga pasangan
pergaulan seks bebas yang menjadi pendorong usia dini tersebut. Di lingkungan masyarakat,
terjadinya pernikahan dini yaitu pentingnya tampaknya tidak banyak orang tua yang
peran orang tua dengan memberikan arahan menyesal telah menikahkan anak-anaknya di
dan bimbingan kepada anaknya supaya dapat usia dini. Padahal mereka sering melihat
dapat dipantau atau diamati sehingga tidak bahtera rumah tangga anaknya yang sering
lepas kendali ke arah yang negatif seperti diwarnai konflik dan pertengkaran karena
pergaulan bebas dari tahun ke tahun yang persoalan sepele, yang bisa jadi akan berujung
semakin bertambah parah memberikan perceraian. Data yang peneliti temukan tentang
pengaruh buruk. Pengetahuan yang diperoleh beberapa implikasi pernikahan dini di antaranya
responden merupakan penyebab dari terjadinya adalah bahtera rumah tangga mereka tidak
dilakukan pernikahan pada usia dini, karena hamonis, sering bertengkar, pisah ranjang
pengetahuan mempunyai hubungan yang terlalu bahkan sampai bercerai. Hal ini semestinya
berpengaruh terhadap penyebab pernikahan usia tidak harus terjadi jika orang tua dan anak-anak
dini. Pengetahuan remaja di Kelurahan Pudak memiliki pengetahuan yang memadahi tentang
Payung kurang kepahamannya dalam hal makna sebuah pernikahan (Nour, 2009).
pernikahan dini, sebenarnya dari suatu Fenomena ini seperti yang terjadi di Pandan,
pernikahan yang dilakukan, ketidakbahagiaan penelitian yang dilakukan oleh Desiyati (2015)
dalam pernikahan, sebagian besar pasangan menunjukkan bahwa dampak dari pernikahan
yang memasuki jenjang pernikahan tidak dini adalah pertengkaran dan percekcokan yang
mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang disebabka oleh emosi masing-masing yang
sesungguhnya. belum stabil, berakibat perceraian meski
Dan ada pula yang menyatakan bahwa akhirnya menikah lagi, berdampak pada
dampak anak yang dinikahkan diusia dini masalah kesehatan seksual dan kesehatan
adalah dampak psikologi, jika anak dinikahkan reproduksi bagi perempuan, sehingga
di bawah umur maka dalam menjalani menghilangkan kesempatan bagi mereka untuk
kehidupan rumah tangga tidak akan harmonis, menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
mereka lebih sering bertengkar dan akhirnya Melihat berbagai macam dampak yang
terjadi perceraian, sebab emosi dan pemikiran akan terjadi, maka pengetahuan risiko remaja
mereka belum siap. Dan usia matang atau tentang pernikahan dini sangat penting
246
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
247
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)
Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara. Tati, S. D. W., dan Indarjo, S. 2017. Partisipasi
Jurnal MKMI, 7(1): 105-110 Pasangan Pernikahan Dini Terhadap Program
Sumbulah, U., Jannah, F. 2012. Pernikahan Dini dan Keluarga Berencana. HIGEIA, 1(2): 65-76
Implikasinya terhadap Kehidupan Keluarga Utami, F. T. 2015. Penyesuaian Diri Remaja Putri
pada Masyarakat Madura (Perspektif Hukum yang Menikah Muda. PSIKIS, 1(1) 11-21
Dan Gender). Egalita, 7(1): 83-101 Yulianti, R. 2010. Dampak yang Ditimbulkan Akibat
Susilo,C.2014. Pernikahan Dini dalam Perspektif Perkawinan Usia Dini. Pamator, 3(1): 1-5
Kesehatan Reproduksi. The Indonesian Journal
of Health Science, 112-120
248