Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 2 (2) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

PENGETAHUAN RISIKO PERNIKAHAN DINI PADA


REMAJA UMUR 13-19 TAHUN

Eka Radiyani Oktavia , Fatehah Rahma Agustin, Nandito Mapian Magai, Sigit Ambar
Widyawati, Widya Hary Cahyati

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Hasil survei awal pada bulan September tahun 2017 yang dilakukan pada 30 orang remaja putri di
Diterima Februari 2018 Kelurahan Pudak Payung, ditemukan 4 orang remaja putri (13,3%) yang kurang mengerti tentang
Disetujui Maret 2018 risiko pernikahan dini. Hal ini berimplikasi pada tingginya kejadian usia pernikahan dini dibawah
Dipublikasikan April umur 20 tahun, padahal di Kota Semarang sudah ada kebijakan tentang Kota Layak Anak.
2018 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan risiko pernikahan dini pada
________________ remaja usia 13-19 tahun di Kelurahan Pudak Payung. Penelitian ini menggunakan metode
Keywords: penelitian deskriptif kuantitatif dengan Kelurahanin penelitian cross sectional. Kegiatan penelitian
Knowledge, Early Marriage, ini dilaksanakan pada tanggal 22 November 2017 yang dilakukan di Lingkungan RW 06
Youth Kelurahan Pudak Payung Kota Semarang. Sampel penelitian ini berjumlah 30 responden.
____________________ Instrumen penelitian menggunakan kuosioner, dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 2 responden ( 8%), cukup
sebanyak 23 responden (78%), dan kurang sebanyak 5 responden (14%). Simpulan dari penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan remaja usia 13-19 tahun di Kelurahan Pudak Payung mayoritas
tergolong berpengetahuan cukup dengan presentase 78%, dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan
remaja dan pemahaman dari remaja yang minim.

Abstract
___________________________________________________________________
Survey results in September 2017 conducted on 30 young women in Pudak Umbrella Village, found 4 young
women (13.3%) who did not understand about the risk of early marriage. This had implications for the high
incidence of early marriage age under 20 years, whereas in Semarang City there was already a policy on Child
Friendly City. This study aimed to determine the image of early marriage risk knowledge in adolescents aged
13-19 years in Pudak Payung Urban Village. This research used descriptive quantitative research method with
cross sectional study. This research activity was conducted on November 22nd, 2017 which was done in
Neighborhood RW 06 Pudak Payung Urban Village Semarang. The sample of this study amounted to 30
respondents. The research instrument used questionnaires, documentation and observation. The results showed
that respondents who were well knowledge as much as 2 respondents (8%), quite as much as 23 respondents
(78%), and less as many as 5 respondents (14%). The conclusion of this research was the level of knowledge of
adolescents aged 13-19 years in Pudak Payung Village majority classified as knowledgeable enough with
percentage 78%, influenced by low education of adolescents and understanding of teenagers minimal.
© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jalan Diponegoro no. 186
Gedanganak-Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519 e ISSN 1475-222656
E-mail: eka_radiyani@gmail.com

239
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

PENDAHULUAN adalah usia 13-15 tahun (Anas, 2010). Usia


remaja menimbulkan berbagai persoalan dari
Secara hukum perkawinan usia anak berbagai sisi seperti remaja yang selalu ingin
telah dilegitimasi dengan adanya Undang- coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan
undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang yang minim, pekerjaan yang sulit didapat
Perkawinan. Undang-undang tersebut sehingga dampaknya berpengaruh terhadap
memperbolehkan anak berusia 16 tahun untuk pendapatan ekonomi keluarga. Terlebih lagi jika
menikah, seperti disebutkan dalam pasal 7 ayat mereka menikah di usia muda karena
1, “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria keterlanjuran berhubungan seksual sehingga
sudah mencapai 19 tahun, dan pihak wanita menimbulkan suatu kehamilan. Adanya
sudah mencapai 16 tahun.” Sedangkan Pasal 26 penolakan keluarga yang terjadi akibat malu,
UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang hal ini dapat menyebabkan stress berat. Ibu
Perlindungan Anak menyebutkan bahwa orang hamil usia muda lebih banyak memiliki risiko
tua diwajibkan melindungi anak dari bunuh diri lebih tinggi (Bahar, 2014).
perkawinan dini. Tetapi kedua pasal tersebut Tingginya angka perkawinan anak
tidak memiliki ketentuan sanksi pidana sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan
ketentuan tersebut nyaris tidak ada artinya diantaranya ibu yang berusia dibawah 18 tahun
dalam melindungi anak-anak dari ancaman yaitu memiliki 35% hingga 55% risiko yang
perkawinan dini (KPP&PA, 2012). lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat
Indonesia merupakan negara yang bayi lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan
mempunyai kebijakan Kota Layak Anak (KLA) ibu yang berusia diatas 19 tahun. Angka
di beberapa kabupaten atau kotanya. Salah satu kematian bayi 60% lebih tinggi pada ibu yang
indikatornya adalah tidak ada perkawinan anak masih berusia dibawah 18 tahun. Hasil
atau perkawinan di bawah umur 18 tahun. penelitian menunjukkan bahwa setelah anak
Namun pada kenyataannya, Indonesia tidak dari ibu muda bertahan hidup hingga tahun
lepas dari kejadian pernikahan di bawah umur pertama, anak dibawah 5 tahun memiliki 28%
atau usia remaja (KPP&PA, 2012). Menurut risiko kematian yang lebih besar. Kejadian
data Kementerian Pemberdayaan Perempuan kesakitan dan kematian ini diakibatkan oleh
dan Perlindungan Anak (KPP&PA) dalam nutrisi ibu yang kurang baik, fisik dan psikis ibu
Profil Anak Indonesia 2012, sebesar 1,62 persen yang belum matang, kurangnya akses
anak perempuan di bawah umur 18 tahun di bermasyarakat dan akses pelayanan kesehatan
Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin, reproduksi dan risiko tinggi akan penyakit
sedangkan di Jawa Tengah sebesar 1,47 persen infeksi (Nour, 2009). Bayi yang dilahirkan oleh
anak perempuan di bawah umur 18 tahun di ibu dengan usia kurang dari 20 tahun juga
Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin berisiko lahir prematur, berat bayi lahir rendah
(KPP&PA, 2012). Permasalahan kesehatan (BBLR), serta kelainan bawaan atau cacat yang
reproduksi dimulai dengan adanya pernikahan sudah terjadi sejak dalam proses kehamilan
dini yang hasilnya yaitu pada perempuan usia (BKKBN, 2010).
10-54 tahun terdapat 2,6 persen menikah pada Kasus BBLR di Jawa Tengah pada tahun
usia kurang dari 15 tahun kemudian 23,9 persen 2013 menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah
menikah pada usia 15-19 tahun (Kemenkes RI, mencapai angka 21.573 bayi. Selain tingginya
2013). angka BBLR pasangan pernikahan dini juga
Perilaku seksual merupakan faktor yang merupakan salah satu penyumbang tingginya
sangat mempengaruhi terjadinya kehamilan usia Angka Kematian Bayi dimana di Jawa tengah
remaja (Dewi, 2012). Remaja adalah masa kasus kematian bayi mencapai 10,75/1000
peralihan dari masa anak-anak menuju masa angka kelahiran hidup dan sudah melampaui
dewasa, yakni antara usia 10 tahun sampai 19 batas MDG’s dimana 17/1000 angka kelahiran
tahun. Masa remaja yang perlu di perhatikan hidup (Kemenkes RI, 2013).

240
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh IPADI Kelurahan Pudak Payung, padahal di Kota
(Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia) Semarang sudah ada kebijakan tentang Kota
melalui lembaga kependudukan dan BKKBN Layak Anak.
tahun 2003 menunjukkan saat ini jumlah usia Tujuan penelitian ini adalah untuk
remaja (12-24 tahun) di Indonesia 42 juta mengetahui pengetahuan risiko pernikahan dini
(sekitar 20% dari penduduk Indonesia yang pada remaja sehingga dapat menghindari
berjumlah 213 juta jiwa). Dari angka ini 35% kejadian pernikahan dini.
adalah pasangan suami isteri, dan dari angka ini
sekitar 52% perempuan telah menikah. Rata- METODE
rata usia pernikahan pertama di Indonesia
adalah usia 19 tahun bagi penduduk yang Jenis penelitian yang digunakan dalam
sekarang berusia 20-24 tahun. Bagi penduduk penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
usia 25 – 29 tahun menikah pada usia 15 tahun dengan rancangan cross sectional. Penelitian
adalah 11%, menikah pada usia 18 tahun adalah dilakukan dengan membagikan kuesioner
18% dan pada usia menikah 20 tahun sebesar kepada remaja untuk mengetahui pengetahuan
51% (BKKBN, 2010). risiko pernikahan dini pada remaja. Penelitian
Di Indonesia diperkirakan angka yang digunakan merupakan penelitian yang
pertumbuhan penduduknya sebesar 2,5%. paling sederhana karena peneliti tidak
Dengan pertumbuhan penduduk 2,5% setahun, mengubah, menambah dan memanipulasi
bila terjadi terus menerus maka dalam waktu 28 obyek yang diteliti. Dalam penenlitian ini
tahun jumlah penduduk Indonesia akan menjadi peneliti meneliti pengetahuan remaja yang
dua kali lipat. Selain itu faktor kehamilan berusia 13 – 19 tahun. Lokasi yang dipilih untuk
remaja juga merupakan penyebab meningkatnya menjadi tempat penelitian tentang pengetahuan
pertumbuhan penduduk, di Indonesia 34,5% risiko pernikahan dini pada remaja yaitu di
rata-rata nasional remaja melakukan pernikahan lingkungan RW 06 Kelurahan Pudak Payung,
dini karena kehamilan remaja (BKKBN, 2010). Alasan peneliti melakukan penelitian di
Penyebab pernikahan usia dini antara lain Kelurahan tersebut karena populasi dan sampel
pemaksaan dari pihak orang tua, pergaulan yang mencukupi, di daerah Pudak Payung
bebas, rasa keingintahuan tentang dunia seks, masih banyak pernikahan dini pada remaja putri
faktor lingkungan, rendahnya pendidikan, faktor dan kurangnya pemahaman pengetahuan
ekonomi . Ditinjau dari masalah sosial ekonomi tentang risiko pernikahan dini pada remaja di
adalah pernikahan usia dini biasanya tidak daerah tersebut.
diikuti dengan kesiapan keadaan ekonomi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
Semakin bertambah umur seseorang pengetahuan remaja tentang risiko pernikahan
kemungkinan untuk kematangan dalam bidang dini sedangkan subvariabelnya adalah tingkat
social ekonomi juga akan semakin nyata karena pendidikan, pekerjaan keluarga (orang tua),
pada umumnya dengan bertambahnya umur akses terhadap informasi dan lingkungan
akan semakin kuat dorongan untuk mencari keluarga. Adapun variabel terikatnya adalah
nafkah penopang. Pada pernikahan usia dini pernikahan dini pada remaja umur 13-19 tahun.
permasalahan ekonomi akan menjadi alasan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
utama terjadinya perceraian (Fadlyana, 2009). November 2017. Populasi dalam penelitin ini
Hasil survei awal pada bulan September adalah seluruh remaja yang belum menikah, di
tahun 2017 yang dilakukan pada 30 orang lingkungan RW 06 Kelurahan Pudak Payung
remaja putri di Kelurahan Pudak Payung, pada tahun 2017 yang berjumlah sebanyak 40
ditemukan 4 orang remaja putri (13,3%) yang orang. Penelitian ini menggunakan sampel
kurang mengerti tentang risiko pernikahan dini. sebanyak 30 responden orang. Teknik
Hal ini berimplikasi pada tingginya kejadian pengambilan sampel menggunakan teknik
usia pernikahan dini dibawah umur 19 tahun di sampel jenuh yaitu dengan teknik penentuan

241
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

sampel dengan cara mengambil semua anggota Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
populasi menjadi sampel. Metode pengumpulan Responden tentang Risiko Pernikahan Dini
data menggunakan data primer melalui pada remaja di Lingkungan RW 06 Kelurahan
pembagian kuesioner kepada sampel secara Pudak Payung Tahun 2017
langsung. Kuosioner diberikan kepada remaja Kategori Frekuensi Persentase
yang berada di lingkungan RW 06 Kelurahan (%)
Pudak Payung dengan meminta kesediaan Pengetahuan Baik 2 8
remaja menjadi responden setelah itu memberi Cukup 23 78
Kurang 5 14
penjelasan secara singkat tentang pengisian
Jumlah 30 100,0
kuosioner. Data sekunder dalam penelitian
diperoleh dari data jumlah remaja berumur 13 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi
sampai 19 tahun di Kelurahan Pudak Payung pengetahuan responden tentang risiko
RW 06. pernikahan dini pada remaja di lingkungan RW
Instrumen penelitian ini menggunakan 06 Pudak Payung mengenai pengetahuan risiko
lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan pernikahan dini pada remaja menunjukkan
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner bahwa dominan berpengetahuan cukup yaitu
tertutup mengenai pengetahuan remaja umur sebanyak 23 orang (78%), remaja dengan tingkat
13-20 tahun tentang risiko pernikahan dini, pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (14%)
sehingga responden hanya memilih jawaban dan remaja dengan pengetahuan baik yaitu
yang menurut mereka benar. Responden hanya sebanyak 2 orang (8%). Faktor-faktor pendorong
tinggal memilih a, b atau c pada lembar terjadinya pernikahan pada usia muda di lokasi
kuesioner dengan menyilang (X) pada jawaban penelitian ini yaitu antara lain ada faktor
yang dipilih. Untuk pernyataan yang jawaban ekonomi, faktor keluarga, faktor pendidikan,
benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah faktor kemauan sendiri, dan faktor adat
diberi nilai 0. Teknik pengambilan data yang setempat.
digunakan dalam penelitian ini dilakukan Setiap manusia memiliki tingkat
melalui pembagian kuesioner, observasi dan pengetahuan yang berbeda-beda. Tingkatan
dokumentasi pengetahuan dimulai dari tahu (know),
Analisis data yang digunakan dalam memahami (comprehension), aplikasi (application),
penelitian ini adalah analisis univariat. Analisi analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi
Univariat dipilih untuk menganalisis setiap (evaluation). Semakin tinggi tingkat pengetahuan
variabel hasil dari penelitian untuk seseorang maka semakin tinggi pula
menghasilkan distribusi frekuensi dan kemampuan individu tersebut di dalam
presentase dari setiap variabel data yang didapat melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
dan diteliti. Analisa selanjutnya dilanjutkan objek. Penilaian tersebut inilah yang akan
dengan membahas hasil penelitian sesuai menjadi landasan seseorang untuk bertindak
dengan teori dan kepustakaan yang ada, yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
sehingga dihasilkan data yang menggambarkan adalah pendidikan, umur, lingkungan dan sosial
pernikahan dini di daerah penelitian secara budaya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan
jelas. status sosial seseorang maka tingkat
pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
HASIL DAN PEMBAHASAN Begitu juga dengan umur, semakin
bertambahnya umur seseorang maka
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuannya juga semakin bertambah. Ada
pengetahuan risiko pernikahan dini pada remaja hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
di lingkungan RW 06 Pudak Payung yang perilaku. Anak yang mempunyai pengetahuan
berjumlah 30 sampel remaja dapat dilihat pada yang baik maka ada kecenderungan untuk
tabel 1. berperilaku yang baik pula (Diaz, 2017).

242
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

Berdasarkan hasil pengetahuan satu faktor penyebab pernikahan dini dan


didapatkan bahwa keadaan sosial ekonomi aborsi, hal ini dilakukan untuk menutup rasa
keluarga responden masih tergolong rendah dan malu keluarga terhadap cemoohan dari orang
belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari- yang ada di sekitarnya.
hari. Remaja yang menjadi responden mayoritas Pengetahuan sangat erat hubungannya
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dengan pendidikan. Pendidikan berarti
demikian pula dengan latar belakang bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
pendidikan orang tuanya. Hal ini sejalan dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
penelitian Anas (2010) yang menyebiutkan umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
bahwa pengetahuan, dan keadaan social maka semakin mudah pula dalam menerima
ekonomi berhubungan dengan pernikahan di informasi (Simbulah, 2012). Faktor lain yang
usia dini. juga mempengaruhi kurangnya pengetahuan
Selain itu, di daerah Pudak Payung ini responden tentang risiko pernikahan dini yaitu
juga ditemukan kebiasaan orang tua yang karena pengalaman pribadi maupun orang lain.
mempersiapkan atau mencarikan jodoh untuk Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
anaknya menyebabkan banyaknya anak atau pengalaman pribadi juga dapat digunakan
remaja yang putus sekolah atau tidak sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan
melanjutkan studi pendidikannya dan justru cara mengulang kembali pengalaman yang
menikah di usia dini. Selanjutnya, berdasarkan pernah diperoleh dalam memecahkan
penelitian ditemukan pula adat atau permasalahan yang dihadapi di masa lalu
kepercayaan masyarakat menikah di usia dini. (Sariyono, 2007).
Hal yang melatarbelakangi pernikahan usia Permasalahan yang dialami oleh remaja
remaja usia 13-20 tahun adalah adanya umumnya dikarenakan adanya krisis identitas
ketakutan orang tua terhadap gunjingan dari tanpa adanya faktor pendukung dan sumber
tetangga dekat, yang beranggapan bahwa informasi yang jelas dalam memberikan
apabila anak perempuan belum menikah maka ketersediaan layanan pada kelompok remaja
takut jika anaknya nanti dikatakan perawan tua. (BKKBN, 2010). Banyak faktor yang menjadi
Penelitian Yulianti (2010) menyebutkan bahwa penyebab perilaku pernikahan dini di kalangan
masih banyak adat atau kepercayaan remaja, diantaranya kurangnya pengetahuan
masyarakat yang menjadi pendorong tentang seks dan kesehatan reproduksi, latar
pernikahan di usia dini. belakang lingkungan, kurang pengawasan, dan
Selain faktor keadaan sosial ekonomi, media massa. Kurangnya fasilitas dan sarana-
pendidikan, dan kebiasaan atau kepercayaan sarana konseling kesehatan reproduksi remaja
yang dimiliki oleh masyarakat juga terdapat yang masih terbatas dan peran orang tua serta
faktor internal yang menyebabkan remaja masyarakat dalam memberikan pendidikan
menikah di usia dini yaitu faktor kemauan diri kesehatan reproduksi kepada anak dirasa masih
sendiri. Hal ini dilatarbelakangi karena kurang (Nour, 2009). Kondisi tersebut akan
pergaulan bebas sehingga mereka dapat mengakibatkan permasalahan pada pemenuhan
melakukan pernikahan di usia muda dan kesehatan reproduksi remaja, sehingga perlu
kurangnya pengawasan peran orang tua untuk perhatian dan penanganan khusus dari unit
anaknya. Oleh karenanya, mereka atau remaja pelayanan kesehatan terutama perawat yang
dengan pergaulan bebas akan bersikap bekerja di dinas kesehatan dan puskesmas.
seenaknya bahkan bisa bertindak ke hal negatif Berdasarkan data tabel 1. dapat
seperti seks bebas dan menyebabkan kehamilan disimpulkan bahwa penyebab tingkat
di usia dini. Untuk menutupi rasa malu pengetahuan responden dalam kategori cukup
keluarga, maka remaja pun terpaksa harus dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan
menikah di usia muda. Penelitian Susilo (2014) faktor perekonomian keluarga yang
menyebutkan bahwa seks bebas menjadi salah menyebabkan remaja putus sekolah bahkan

243
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

tidak melanjutkan pendidikan karena ekonomi nilai -nilai di sekolah, proses keluarga, kelas
yang kurang sehingga tidak mampu sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar
membiayakan anaknya untuk melanjutkan tempat tinggal dan pengaruh kelompok teman
pendidikan, selanjutnya darimana informasi sebaya (Nour, 2009). Kelompok teman sebaya
yang di dapat seperti dari pengalaman dari merupakan faktor penting yang mempengaruhi
teman, media cetak , dan media massa. Selain pernikahan dini, mengingat semakin
peyebab diatas dapat juga disebabkan oleh dominannya peran kelompok sebaya daripada
seberapa besar rasa ingin tahu mereka mengenai orangtua pada usia-usia remaja atau menjelang
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dewasa, dibandingkan masa-masa sebelumnya
reproduksi, risiko pernikahan dini, dan (Sariyono, 2007). Remaja secara perkembangan
kehamilan tidak diinginkan (KTD), serta sosial akan terpengaruh oleh kelompok
pengamatan mereka terhadap risiko pernikahan sebayanya dan mulai keluar dari kehidupan
dini dengan melihat keadaan sekeliling keluarganya (Novianti, 2014). Remaja mulai
lingkungan mereka dengan mereka seharusnya memasuki kehidupan sosial dalam populasi
dapat menyimpulkan kejadian yang telah remaja secara keseluruhan.
diamati oleh responden. Menurut asumsi peneliti yang dilakukan
Perilaku seksual remaja memiliki oleh peneliti di Lingkungan RW 06 Pudak
kecenderungan sikap yang permisif pada Payung ditemukan responden yang
remaja terhadap perilaku seks bebas atau berpengetahuan baik dikarenakan responden
perilaku seks di luar nikah. Sikap permisif sudah pernah mendengar penjelasan tentang
remaja terhadap perilaku seks bebas didukung risiko pernikahan yang terlalu dini atau di usia
oleh terbatasnya pengetahuan remaja tentang muda yaitu usia 13-20 tahun dan mengikuti
kesehatan reproduksi remaja (Sariyono, 2007). penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
Survei Dasar Kesehatan Reproduksi Republik pada usia remaja, penjelasan tersebut mereka
Indonesia (SDKRI) di Kota Manado tahun 2000 peroleh dari tenaga kesehatan yang melakukan
menunjukkan pengetahuan dasar yang dimiliki penyuluhan tersebut saat responden bersekolah
responden mengenai kesehatan reproduksi di SMP dan SMA selain itu di Kelurahan Pudak
relatif terbatas. Keadaan ini dapat diketahui Payung juga pernah di lakukan pemberdayaan
dari 57,78% responden tidak mengetahui remaja oleh mahasiswa dari Universitas Ngudi
pengertian seksualitas. Pengetahuan remaja Waluyo yang berkerjasama dengan pihak
tentang kesehatan reproduksi sangat rendah Puskesmas Pudak Payung dan bidan setempat,
yaitu sekitar 75%. Rendahnya pengetahuan sehingga memberi respon atau dampak positif
remaja tersebut berdampak pada perilaku kepada responden yaitu remaja Pudak Payung
seksual remaja menuju ke arah yang sangat yang berumur 13-20 tahun dengan hasil remaja
membahayakan (Kemenkes RI, 2013; Novianti, tersebut berpengetahuan baik.
2014). Menurut asumsi peneliti, responden
Hasil survei lain tentang pernikahan dini berpengetahuan cukup dikarenakan beberapa
yang dilakukan pada 200 responden yang hambatan yang menyebabkan remaja dengan
melakukan pernikahan dini di Jawa Tengah berpengetahuan cukup yaitu sebagian responden
menunjukkan bahwa 36,2% dari jumlah yang masih sedikit pengetahuannya yang
responden yang melakukan pernikahan dini diperoleh remaja tentang dampak yang
menyatakan bahwa alasan melakukan hal ditimbulkan dari pernikahan di usia muda atau
tersebut karena ungkapan sayang, rasa yang terlalu dini baik dari, media cetak, media
memiliki, keakraban dan perhatian (KPP&PA, massa maupun pengalaman dari teman-teman
2012). atau keluarga serta penjelasan dari petugas
Tingginya rasio pernikahan dini kesehatan yang kurang jelas dalam memberikan
dipengaruhi oleh konsep diri, kontrol diri, usia, paparan materi ataupun teori mengenai KTD
jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan (Kehamilan Tidak Diduga) dan Pernikahan di

244
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

usia dini, karena sebagian responden kurang menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja
memahami dan daya ingat yang kurang. tentang pernikahan dini.Tidak dapat dipungkiri
Dengan demikian, pengetahuan remaja tentang semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
Risiko Pernikahan Dini terbatas. Dalam mudah mendapat informasi maka makin
permasalahan tersebut menyebabkan banyakpula pengetahuan yang dimiliki. Upaya
pengetahuan remaja tergolong mayoritas cukup. yang dapat dilakukan yaitu dengan
Penjelasan di atas dalam hal ini sesuai memberikan penyuluhan tentang risiko
penelitian (Desiyanti, 2015). pernikahan dini.
Menurut asumsi peneliti responden Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
berpengetahuan kurang dikarenakan kurangnya berasumsi bahwa pendidikan turut
pengamatan responden tentang risiko menyebabkan responden dilakukan pernikahan
pernikahan dini, karena kurang rasa ingin tahu dini, karena responden yang berpendidikan
mengenai informasi risiko apa saja yang terjadi dasar atau menengah lebih cenderung untuk
jika melakukan pernikahan dini dan dampak dinikahkan oleh orang tuanya, di bandingkan
yang diterima baik dampak pada diri seseorang dengan responden yang berpendidikan tinggi,
yang melakukan pernikahan dini maupun dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan
dampak untuk orang lain di sekitar pelaku membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal
penikahan dini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang tidak produktif, salah satunya adalah
(Novianti, 2014). menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang
Faktor lainnya yaitu kurang jika diluar kontrol membuat kehamilan diluar
berkembangnya cara berpikir responden, karena nikah. Hal ini didasarkan pada penelitian
perkembangan cara berpikir seseorang dapat (Utami, 2015). Hasil penelitian ini menyebutkan
berpengaruh terhadap pengetahuan yang bahwa sebenarnya jika pendidikan orang tua
dimiliki seseorang. Kemudian dapat pula di meningkat dan memikirkan dampak negatif
pengaruhi oleh lingkungan yang tidak yang terjadi pada anak yang menikah di usia
menganggap penting pengetahuan mengenai dini, maka pernikahan di usia dini itu tidak akan
risiko pernikahan dini serta anggapan dari terjadi begitu banyak. Beberapa hasil observasi
masyarakat yang tabu jika membahas atau yang kami dapat menyatakan bahwa pendorong
mencari tahu mengenai kesehatan reproduksi terjadinya pernikahan dini adalah keinginan
atau mengenai risiko pernikahan dini. Hal ini orang tua, sebab keinginan orang tua
dibuktikan berdasarkan penilitian yang menikahkan anaknya adalah hal yang penting
dilakukan oleh Stang (2011) yang menyebutkan karena dikhawatirkan akan terjadi hal yang
bahwa cara berpikir seseorang sangat erat tidak diinginkan, tetapi alasan itu juga tidak
kaitannya dengan rendah tingginya dibenarkan oleh sebagian masyarakat, karena
pengetahuan seseorang. bagi sebagian mereka menikahkan anaknya di
Melihat dari hasil pengumpulan data usia muda itu disebabkan faktor ekonomi.
yang dilakukan oleh peneliti bahwa responden Dalam hal memilih pasangan ini, orang tua
mayoritas berpengetahuan cukup karena dilarang memaksa anak-anaknya untuk
dipengaruhi kurangnya kemampuan responden dijodohkan dengan pria atau wanita pilihannya,
dalam mengingat materi tentang risiko melainkan diharapkan membimbing anak-
pernikahan dini walaupun responden anaknya agar dapat memilih pasangan yang
sebelumnya telah membaca atau menerima sesuai dengan ajaran agama.
informasi tentang risiko perkawinan dini dalam Orang tua anak perempuan cenderung
kehamilan. Kemampuan responden dalam segera menikahkan anaknya karena menurut
mengingat sesuatu termasuk dalam tingkat orang tua anak gadis ini bahwa sudah tidak ada
pengetahuan yaitu tingkat tahu. perawan lagi dan hal ini menjadi aib, dewasa ini
Rendahnya tingkat pendidikan remaja kebutuhan sehari-hari dirasakan sangat berat
dan kurangnya pendidikan seks pada remaja dengan naiknya harga kebutuhan pokok dan

245
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

banyaknya anak yang putus sekolah dan tidak kesiapan umur secara psikologi adalah usia
mampu melanjutkan kejenjang pendidikan bagaimana kita perpola sikap, pola perasaan,
sehingga mereka banyak terjadi pernikahan di pola pikir dan prilaku sehingga pasangan
usia muda, orang tua yang tidak sanggup tersebut mampu menjaga egoisme serta sikap
menyekolahkan anaknya sehingga ia cepat- dalam rumah tangga dan disanalah terjalin
cepat dinikahkan, juga karena kurangnya pasangan yang harmonis (Tati, 2017). Selain
kemauan untuk melanjutkan sekolah maka satu- implikasi psikologis, ada pula dampak yang
satunya jalan keluar adalah dinikahkan harus diperhatikan bagi tiap orang tua terhadap
secepatnya. anaknya yaitu dampak biologis, sebab anak
Dalam segi pengetahuan berdasarkan yang belum cukup usia maka organ
hasil pengetahuannya menunjukan dari 30 reproduksinya belum siap dibuahi, karena masa-
responden memiliki pengetahuan cukup masa itu adalah masa proses menuju
sejumlah 23 responden dan yang kematangan. Jika anak dipaksa menikah di usia
berpengetahuan kurang sejumlah 5 responden. dini, maka hal itu bisa membahayakan nyawa
Remaja-remaja di Kelurahan Pudak Payung ibu dan bayi, seperti paparan sebelumnya
tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, (Nurhajati, 2012).
dan akibatnya terjadi pernikahan di usia muda Implikasi dari pernikahan di usia remaja
yaitu usia remaja. Sebagai salah satu upaya antara lain yaitu akan mempengaruhi nasib
pencegahan perilaku pernikahan dini maupun kelangsungan hidup rumah tangga pasangan
pergaulan seks bebas yang menjadi pendorong usia dini tersebut. Di lingkungan masyarakat,
terjadinya pernikahan dini yaitu pentingnya tampaknya tidak banyak orang tua yang
peran orang tua dengan memberikan arahan menyesal telah menikahkan anak-anaknya di
dan bimbingan kepada anaknya supaya dapat usia dini. Padahal mereka sering melihat
dapat dipantau atau diamati sehingga tidak bahtera rumah tangga anaknya yang sering
lepas kendali ke arah yang negatif seperti diwarnai konflik dan pertengkaran karena
pergaulan bebas dari tahun ke tahun yang persoalan sepele, yang bisa jadi akan berujung
semakin bertambah parah memberikan perceraian. Data yang peneliti temukan tentang
pengaruh buruk. Pengetahuan yang diperoleh beberapa implikasi pernikahan dini di antaranya
responden merupakan penyebab dari terjadinya adalah bahtera rumah tangga mereka tidak
dilakukan pernikahan pada usia dini, karena hamonis, sering bertengkar, pisah ranjang
pengetahuan mempunyai hubungan yang terlalu bahkan sampai bercerai. Hal ini semestinya
berpengaruh terhadap penyebab pernikahan usia tidak harus terjadi jika orang tua dan anak-anak
dini. Pengetahuan remaja di Kelurahan Pudak memiliki pengetahuan yang memadahi tentang
Payung kurang kepahamannya dalam hal makna sebuah pernikahan (Nour, 2009).
pernikahan dini, sebenarnya dari suatu Fenomena ini seperti yang terjadi di Pandan,
pernikahan yang dilakukan, ketidakbahagiaan penelitian yang dilakukan oleh Desiyati (2015)
dalam pernikahan, sebagian besar pasangan menunjukkan bahwa dampak dari pernikahan
yang memasuki jenjang pernikahan tidak dini adalah pertengkaran dan percekcokan yang
mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang disebabka oleh emosi masing-masing yang
sesungguhnya. belum stabil, berakibat perceraian meski
Dan ada pula yang menyatakan bahwa akhirnya menikah lagi, berdampak pada
dampak anak yang dinikahkan diusia dini masalah kesehatan seksual dan kesehatan
adalah dampak psikologi, jika anak dinikahkan reproduksi bagi perempuan, sehingga
di bawah umur maka dalam menjalani menghilangkan kesempatan bagi mereka untuk
kehidupan rumah tangga tidak akan harmonis, menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
mereka lebih sering bertengkar dan akhirnya Melihat berbagai macam dampak yang
terjadi perceraian, sebab emosi dan pemikiran akan terjadi, maka pengetahuan risiko remaja
mereka belum siap. Dan usia matang atau tentang pernikahan dini sangat penting

246
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

diberikan untuk meningkatkan pengetahuan DAFTAR PUSTAKA


mereka melalui orang tua, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Orang tua seharusnya Anas, S. H. 2010. Sketsa Kesehatan Reproduksi
tetap terus mengingatkan informasi yang sudah Remaja. YINYANG, 5(1): 199-214
diterima anaknya tentang bahaya pernikahan Bahar, A., Tarigan, G., Bangun, P. 2014. Identifikasi
dini pada kesehatan reproduksinya, dan Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dengan
Metode Analisis Faktor. Saintia Matematika,
mengarahkan atau membimbing supaya tetap
2(1): 1–11
pada jalur yang seharusnya. Selain itu, remaja
BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-
sudah sewajarnya memiliki sikap yang Hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia. Jakarta:
bertanggung jawab dalam bertindak, selain itu BKKBN
remaja mampu merencanakan masa depan yang Dewi, D. A. D. K., Lubis, D. S. M. 2012. Tingkat
baik dan mampu membuat suatu keputusan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang
dengan bijak agar pernikahan dini tidak terjadi Kehamilan Usia Dini di Kota Denpasar. Skripsi.
dan dapat terhindar dari faktor-faktor yang Badung: Universitas Udayana
Desiyanti. I. W. 2015. Faktor-faktor yang
dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
Berhubungan terhadap Pernikahan Dini pada
reproduksinya yaitu pernikahan dini dan
Pasangan Usia Subur di Kecamatan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Mapanget Kota Manado. JIKMU, 5(2): 270-
280
PENUTUP Diaz-Quijano, F.A., Martínez-Vega, R.A.,
Rodriguez-Morales, A.J. 2017. Association
Simpulan dari penelitian ini yaitu tingkat between the level of education and
pengetahuan remaja di lingkungan RW 06 knowledge, attitudes and practices regarding
Kelurahan Pudak Payung pada tentang risiko dengue in the Caribbean region of Colombia.
BMC Public Health, 18 (1): 143
pernikahan dini tergolong mayoritas cukup.
Fadlyana, E., Larasaty, S. 2009. Pernikahan Usia
Penyebab rendahnya pengetahuan responden
Dini dan Permasalahannya. Sari Pediatri,
terhadap permasalahan pernikahan dini yaitu 11(2): 136-41
karena kurangnya pengamatan remaja Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari Jakarta: Kemenkes RI
pernikahan di usia muda, kurangnya informasi KPP&PA. 2012. Profil Anak Indonesia tahun 2012.
yang didapat, serta kurangnya tingkat Jakarta: KPP&PA
pemahaman responden terhadap penjelasan Nour, N. M. 2009. Child Marriage: A Silent Health
yang diberikan melalui penyuluhan dari tenaga and Human Right Issue. Women’s Health in the
Developing World, 2(1): 51-56
kesehatan dan pendidikan di SMP dan SMA.
Novianti, S. 2014. Faktor Persepsi dan Dukungan
Adapun penyebab responden yang tergolong
Istri yang Berhubungan dengan Partisipasi KB
dalam berpengetahuan cukup dikarenakan Pria. FIK Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
masih sedikitnya pengetahuan yang diperoleh Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 10(2): 12-
remaja tentang risiko pernikahan dini, baik dari 15
media cetak, media masa dan pengalaman dari Nurhajati, L., Wardyaningrum, D. 2012. Komunikasi
teman-teman keluarga meupun petugas Keluarga dalam Pengambilan Keputusan
kesehatan. Perkawinan di Usia Remaja. Jurnal Al-Azhar
Saran bagi peneliti selanjutnya Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(4): 236-248
Sariyono. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan dan
diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai
Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana
intervensi yang harus dilakukan untuk
dengan Partisipasi Pria Dalam Pemakaian
meningkatkan pengetahuan kesehatan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana di
reproduksi pada remaja, khususnya usia 13-19 Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Ilmiah
tahun dengan pendekatan kuantitatif untuk Kesehatan Keperawatan, 3 (1) :14-16
memperoleh pemahaman yang lebih luas, Stang, Mambaya, E. 2011. Faktor yang Berhubungan
dalam dan bervariasi. dengan Pernikahan Dini di Kelurahan Pangli

247
Eka R.O., Fatehah R.A., Nandito M.M., Sigit A.W., Widya H.C. /Pengetahuan Risiko/HIGEIA 2 (2) (2018)

Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara. Tati, S. D. W., dan Indarjo, S. 2017. Partisipasi
Jurnal MKMI, 7(1): 105-110 Pasangan Pernikahan Dini Terhadap Program
Sumbulah, U., Jannah, F. 2012. Pernikahan Dini dan Keluarga Berencana. HIGEIA, 1(2): 65-76
Implikasinya terhadap Kehidupan Keluarga Utami, F. T. 2015. Penyesuaian Diri Remaja Putri
pada Masyarakat Madura (Perspektif Hukum yang Menikah Muda. PSIKIS, 1(1) 11-21
Dan Gender). Egalita, 7(1): 83-101 Yulianti, R. 2010. Dampak yang Ditimbulkan Akibat
Susilo,C.2014. Pernikahan Dini dalam Perspektif Perkawinan Usia Dini. Pamator, 3(1): 1-5
Kesehatan Reproduksi. The Indonesian Journal
of Health Science, 112-120

248

Anda mungkin juga menyukai