Abstract. Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang terletak diantara dua samudra dan dua benua
dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut
menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi.
Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki
sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah
spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk
negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies
tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies
pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali
Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus
dilindungi.
Keywords: keanekaragaman hayati flora, megabiodiversitas, tingkat kepunahan, tumbuhan dilindungi, tumbuhan langka
1. Pengertian Istilah zaman es. Pada awal masa zaman es, wilayah bagian
barat Indonesia (Dataran Sunda: Jawa, Bali, Sumatera,
Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, se-
yang tumbuh di suatu daerah tertentu. Apabila istilah dangkan wilayah bagian timur Indonesia (Dataran
flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk Sahul) menyatu dengan benua Australia. Dengan
hidup/habitus) tumbuhan, maka akan muncul berbagai demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah
istilah seperti flora pohon (flora berbentuk pohon), migrasi fauna dan flora antar kedua benua tersebut.
flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah Selanjutnya, pada akhir zaman es, dimana suhu per-
flora ini dikaitkan dengan nama tempat, maka akan mukaan bumi meningkat, permukaan air lautpun naik
muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora kembali, sehingga Pulau Jawa terpisah dari benua
Gunung Halimun, dan sebagainya. Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu pula pulau-
Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora di suatu pulau lainnya saling terpisah satu sama lain.
tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing- Hasil penelitian biogeografi hewan oleh Wallace
masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang hidup di
hidup di beberapa tipe habitat (tempat hidup). Oleh wilayah bagian barat Indonesia berbeda dengan jenis-
karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora jenis hewan di wilayah bagian timur Indonesia, ba-
yang mencakup makna keanekaragaman jenis, tasnya kira-kira dari Selat Lombok ke Selat Makassar.
keanekaragaman genetik dari jenis, dan Garis batas ini dikenal dengan Garis Wallace. Selain
keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora Wallace, peneliti berkebangsaan Jerman, Weber,
tersebut tumbuh. mengadakan penelitian tentang biogeografi fauna di
Dalam tulisan ini penulis hanya akan Indonesia, yang hasilnya mencetuskan Garis Weber
menyampaikan sekilas pandang mengenai yang menetapkan batas penyebaran hewan dari benua
keanekaragaman flora pada tingkatan jenis dan Australia ke wilayah bagian timur Indonesia.
habitatnya di Indonesia. Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan
wilayah Indonesia serta hasil penelitian Wallace dan
Weber, maka secara geologis, persebaran flora (begitu
2. Sejarah Singkat Persebaran Geografi Flora di pula fauna) di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah,
Indonesia yaitu:
1. Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Su-
Pola persebaran flora di Indonesia sama dengan po- matera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-pulau
la persebaran faunanya yang berpangkal pada sejarah tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia ka-
pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa rena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua
187
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
Asia, disebut juga flora Asiatis yang didominasi 3% di hutan mangrove. Untuk jenis paku-pakuan,
oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku tercatat penyebarannya di Sumatera sebanyak 500
Dipterocarpaceae. spesies, Kalimantan 1.000 spesies, Jawa-
2. Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pu- Bali/NTB/NTT 500 spesies, Sulawesi 500 spesies,
lau-pulau kecil di sekitarnya. Flora di pulau-pulau Kepulauan Maluku 690 spesies dan Papua 2.000
tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, spesies. Perkiraan jumlah spesies di setiap wilayah
biasa disebut flora Australis yang didominasi oleh penyebaran tersebut boleh jadi ada tumpang tindih
jenis-jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku antara satu pulau dengan lainnya, namun ada juga
Araucariaceae dan Myrtaceae. spesies endemik (Kato dalam Santosa 1996).
3. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang
meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara
yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan 3. Sumberdaya Flora di Indonesia
Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus
pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Arau- 3.1. Keanekaragaman Spesies Flora
cariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae.
Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang
merupakan bagian dari flora Malesiana. Ditinjau dari terletak di kawasan tropis antara dua benua (Asia dan
wilayah biogeografi, setidaknyaterdapat tujuh wilayah Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan
biogeografi utama Indonesia yang menjadi wilayah Samudera Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500
penyebaran berbagai spesies tumbuhan, yaitu Sumatra, pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km.
Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda Kecil, Sulawesi, Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta
Maluku dan Irian Jaya (BAPPENAS km2 daratan, dan 7 juta km2 lautan). Luas wilayah
1993).Berdasarkan tingkat kekayaan relatif dan Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi,
keendemikan spesies tumbuhan, maka Irian Jaya (Pa- namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan
pua) menempati posisi paling tinggi dibandingkan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan, Indonesia
dengan wilayah biogeografi lainnya, diikuti Kaliman- diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan
tan dan Sumatera (Tabel 1). berbunga yang ada di dunia atau merupakan urutan
Tabel 1. Perbandingan kekayaan spesies dan keaslian (endemisme) negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies
spesies tumbuhan di tujuh wilayah biogeografi Indonesia mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan
Kekayaan Persentase spesies
endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang
No. Wilayah memiliki anggota spesies paling banyak adalah
spesies endemik
1.
Sumatera
820 11
Orchidaceae (anggrek-anggrekan) yakni mencapai
Jawa 4.000 spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili
2. 630 5
Kalimantan
3.
Sulawesi
900 33 Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota
4. 520 7 famili Myrtaceae (Eugenia) dan Moraceae (Ficus)
Sunda Kecil
5. 150 3
6.
Maluku
380 6
sebanyak 500 spesies dan anggota famili Ericaceae
Irian Jaya sebanyak 737 spesies, termasuk 287 spesies
7. 1030 55
(Papua)
Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium
Sumber: FAO/MacKinnon (1981)
(Whitemore 1985 dalam Santoso 1996).
Berdasarkan habitatnya, penyebaran tersebut selain Kartawinata (2005) melaporkan beberapa hasil
di kawasan budidaya sebagian besar terdapat di dalam studi mengenai keragaman jenis tumbuhan pada
kawasan hutan. Untuk tumbuhan obat misalnya, berbagai tipe vegetasi/hutan di beberapa pulau utama
sekitar 42% terdapat di hutan hujan tropika dataran Indonesia seperti tertera pada Tabel 2.
rendah, 18% di hutan musim, 4% di hutan pantai dan
Tabel 2.Keragaman jenis tumbuhan pada berbagai tipe vegetasi/hutan di beberapa pulau utama Indonesia
Plot size Mean density Number of
Locality Alt.(m) Reference
(ha) (Trees/ha) Species
1 2 3 4 5 6
DRYLAND FOREST
East Kalimantan
Malinau 1 100 12.0 759 225 Karrtawijaya et al. (in Prep.)
Malinau 2 100 2 x 1.0 413 240 Yusuf (2003)
Malinau 3 100 4 x 1.0 606 404 Samsoedin ( in Prep. )
Berau <100 3 x 4.0 521 538 Sist & Saridan (1999)
Wanariset Samboja 1 <100 10.5 567 562 Kartawinata (unpublished)
Wanariset Samboja 2 <100 1.5 541 239 Kartawinata et al. (1981)
Lempake <100 1.6 445 209 Riswan, S. (1987)
Sungai Barang
188
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
189
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
190
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
191
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
pulasari, kedawung, jambe, pasak bumi, gaharu, et al.(1994) menduga bahwa tiga spesies anggrek
sanrego (Rifai et al. 1992; Zuhud et al. 2001) (Tabel endemik Jawa telah punah, yaitu spesies Habenaria
3). giriensis, Plocoglottis latifolia dan Zeuxine
Dari catatan lain untuk dunia flora, juga diketahui tjiampeana.
sekitar 36 spesies kayu di Indonesia terancam punah, Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun
termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik 1999 terdapat tidak kurang dari 58 spesies tumbuhan
di Jawa Timur, Bali Barat dan Sumbawa, kayu hitam yang termasuk kedalam 6 famili termasuk kategori
di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa. Pakis haji dilindungi, diantarannya yaitu keluarga talas-talasan
(Cycas rumphii) yang pernah populer sebagai tanaman (miss. Amorphohalus titanum), palem (Ceratolobus
hias kini sulit ditemukan di alam, demikian pula Pakis glaucencens), anggrek (Phalaenopsis javanica),
hias (Ponia sylvestris), Anggrek jawa (Phalaenopsis kantong semar (Nephenthes spp.), bunga patma
javanica) dan sejenis rotan (Ceratobulus glaucescens) (Rafflesia spp) dan meranti (Shorea spp.). Daftar
kini hanya tinggal beberapa batang di pantai selatan spesies tumbuhan yang dilindungi dapat dilihat pada
Jawa Barat. Bahkan Whitten (1994) dalam Suhirman Tabel 4.
Tabel 3.Beberapa spesies tumbuhan obat yang dikategorikan langka
Nama Lokal/ Bagian yang Nama Lokal/ Bagian yang
No. Nama Ilmiah No. Nama Ilmiah
Perdagangan digunakan Perdagangan digunakan
Parameria Rafflesia
1 Kayu rapet Kulit kayu 23 Patmosari Bunga
laevigata patma
R.
2 Pulasari Alyxia halmaherai Akar 24 Padma Bunga
zollingeriana
Anaxagorea
3 Pulasari A. reinwardtii Akar 25 Pelir musang Daun
javanica
Caesalpinia Aquilaria
4 Secang Kayu 26 Gaharu Kayu
sappan beccariana
A.
5 Kedawung Parkia roxburghii Biji 27 Gaharu Kayu
malaccensis
Cryptocarya Cibotium
6 Mesoyi Kulit kayu 28 Paku simpai Rimpang
massoi barometz
Cinnamomum
7 Kemukus Piper cubeba Buah 29 Kulit lawang Kulit
culilaban
Usnea Curcuma
8 Rasuk angin Talus daun 30 Temu putri Rimpan
misaminensis petiolata
Seluruh Elettariopsis
9 Jambe Areca catechu 31 Puar tenganau Akar
bagian sumatrana
Eurycoma Kadsura
10 Pasak bumi Akar 32 Ki lembur Akar
longifolia scandens
Woodfordia Oroxylum
11 Sidowayah Bunga 33 Kayu pedang Kayu
floribunda indicum
Kaempferia Parkia
12 Kunci pepet Rimpang 34 Petir Biji
angustifolia intermedia
Scutellaria
13 Nagasari Mesua ferrea Bunga 35 Perlutan Kulit kayu
javanica
Pimpinella Strychnos
14 Purwoceng Akar 36 Cetek Buah
pruatjan ignatii
Gunnera Symplocos
15 Sukmodiluwih Kembang 37 Ki sariawan Talus daun
macrophylla odoratissima
Cinnamomum Hamperu Voacanga Seluruh
16 Sintok lekat Kulit 38
sintoc bebek grandifolia bagian
Strychnos Lunasia
17 Bidara laut Kayu 39 Sanrego Akar
ligustrina amara
Rauvolfia
18 Pulai Alstonia scholaris Kulit 40 Pule pandak Bunga
serpentina
Murraya
19 Kayu ules Helicteres isora Daun 41 Kemuning Rimpang
paniculata
Terminalia Ficus
20 Joholawe Buah 42 Tabat barito Akar
balerica deltoidea
Euchresta Tamarindus
21 Pranajiwo Biji 43 Asem glugur Kembang
horsfIeldii indicus
Merremia Pangium
22 Bidara upas Umbi 44 Kluwek Kulit
mammosa edule
Sumber: Rifai et al. (1992), Zuhud et al. (2001)
Tabel 4. Spesies tumbuhan yang dilindungi (Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999)
TUMBUHAN
I. ARACEAE
192
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
II. PALMAE
10 Livistona spp. Palem kipas Sumatera (semua jenis dari genus Livistona)
II. RAFFLESSIACEA
15 Rafflesia spp. Rafflesia, Bunga padma (semua jenis dari genus Rafflesia)
III. ORCHIDACEAE
193
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
IV. NEPHENTACEAE
V. DIPTEROCARPACEAE
194
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
Tabel 5. Satuan-satuan ekosistem di Indonesia berdasarkan struktur fisiognomi, faktor-faktor iklim, ketinggian dari permukaan laut, dan jenis tanah (Kartawinata 1976)
195
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
196
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
197
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 187-198
-1-0.25 MANGROVE
198
JPSL Vol. 5 (2): 187-198, Desember 2015
[14] Mansur M. 2003. Analisis vegetasi hutan di Desa Salua dan Kostermans AJGH (Ed.). 1987. Proceedings of the third-round
Kaduwaa Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. table conference on dipterocarps. UNESCO, Jakarta.
J.Tek.Ling 4(1): 1-7.
[23] Sidiyasa K. 1995. Structure and composition of ulin
[15] Mirmanto E, Simbolon. H. 1998. Vegetation analysis of Citorek (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn.) forest in West
forest, Gunung Halimun National Park: 41-59. In Simbolon H, Kalimantan. Wanatrop 8(2): 1-11.
M Yoneda, Sugardjito J. (Eds.) Research and Conservation of
Biodiversity in Indonesia, vol. IV – Gunung Halimun: the Last [24] Sist P, Saridan A. 1999. Stand structure and floristic
Submontane Tropical Forest in West Java. LIPI, JICA, & composition of primary lowland dipterocarp forest in East
PHPA, Bogor. Kalimantan. J. Trop. For. Sci. 11: 704-722.
[16] Mogea JP, Gandawidjaja D, Wiriadinata H, Nasution RE, [25] Van Steenis CGGJ, Hamzah A, Toha M. 1972. Mountain Flora
Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Herbarium of Java. E. J. De Brill, Leiden.
Bogoriense P3 Biologi-LIPI, Bogor. [26] Whitemore TC, Sidiyasa K. 1986. Composition and structure of
[17] Partomihardjo T. 1991. Analisis vegetasi hutan sekitar Air a lowland rain forest at Toraut, Northern Sulawesi. Kew Bull
Garam, Jayawijaya. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan 41: 747-756.
Pengembangan Sumber Daya Hayati 1990/1991. Puslitbang [27] Whitemore TC, Sidiyasa K, Whitmore TJ. 1987. Tree species
Biologi, LIPI, Bogor. enumeration of 0.5 hectare on Halmahera. Gardens Bulletin
[18] Partomihardjo T, Supardiyono. 1993. Penelaahan ekologi Singapore 40:31-34.
kawasan hutanWanduga dan Jalur Wamens-Tengon (Km 65), [28] Wielke P, Argent G, Cambell E, Saridan A. 2004. The diversity
Jayawijaya, Irian Jaya: 234-240. In Adikehrana, AS Waluyo of 15 ha of lowland mixed dipterocarp forest, Central
EB, Yulistiono H (Eds.). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kalimantan, Indonesia. Hydrology and Conservation 13: 695-
dan Pengembangan Sumber Daya Hayat. Puslitbang Biologi, 708.
LIPI, Bogor, 4 Juni 1993.
[29] Yamada I. 1975. Forest ecological studies of the montane forest
[19] Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Tentang Jenis-jenis of Mt. Pangrango, West Java. I. Stratification and floristic
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. composition of the montane rain forest near Cibodas. The
[20] Rahayoe. 1996. Fisiognomi dan keanekaragaman jenis Southeast Asian Studies 13: 402-426.
tumbuhan di Taman Nasional Gunung Halimun: 1-9. In Arief [30] Yamada. 1976. Forest ecological studies of the montane forest
AJ, et al. (Eds.). Laporan Teknik Proyek Penelitian, of Mt. Pangrango, West Java. II. Stratification and floristic
Pengembangan dan Pendayagunaan Biota Darat Tahun composition of the forest vegetation of the higher part of Mt.
1995/1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Pangrango. The Southeast Asian Studies 13: 513-534.
Bogor.
[31] Yamada I. 1977. Forest ecological studies of the montane forest
[21] Rifai MA, Rugayah, Widjaja EA (Eds.). 1992. Tiga Puluh of Mt. Pangrango, West Java. IV. Floristic along the altitude.
Tumbuhan Obat Langka Indonesia. Penggalang Taksonomi The Southeast Asian Studies 15: 226-254.
Tumbuhan Indonesia, Bogor.
[32] Zuhud EAM, Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan
[22] Riswan S. 1987. Structure and floristic composition of a mixed Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia.
dipterocarp forest at Lempake, East Kalimantan. Pp. 435-457 in Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
199