Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

OLEH

NAMA : A.ZULKURNIAWAN

NIM : L011181013

KELAS : OSEANOGRAFI FISIKA (A)

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan bencana merupakan proses yang dinamis, terpadu dan

berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan

dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,

tanggap darurat, evakuasi, rehabilitasi dan pembangunan kembali. Mitigasi adalah

merupakan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan potensi dampak

negatif dari suatu bencana.

Penanganan bencana (disaster management) merupakan proses yang dinamis,

terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang

berhubungan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan (preventive),

mitigasi, kesiapsiagaan (preparedness), tanggap darurat, evakuasi, rehabilitasi dan

pembangunan kembali (reconstruction). Sedangkan mitigasi adalah merupakan

tindakan-tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan potensi dampak negatif dari

suatu bencana

Oleh sebab itu, sebelum bencana alam terjadi, dikhususkan untuk melakukan

berbagai upaya pencegahan

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk upaya mitigasi bencana tsunami
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi


risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi meliputi segala
tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan
mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah
dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”Mitigasi adalah usaha yang dilakukan
oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.

Mitigasi Bencana Tsunami adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan


memberi peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Istilah tsunami merupakan
adopsi dari bahasa Jepang. Sebab tsunami yang paling umum adalah gempa bumi
bawah laut, terutama yang terjadi di zona penunjaman dengan kekuatan 7,0 skala
magnitudo momen atau lebih. Penyebab lainnya adalah longsor, letusan gunung, dan
jatuhnya benda besar seperti meteor ke dalam air. Secara geografis, hampir seluruh
tsunami terjadi di kawasan Lingkaran Api Pasifik dan kawasan Palung Sumatra di
Samudra Hindia. Risiko tsunami dapat dideteksi dengan sistem peringatan dini tsunami
yang mengamati gempa-gempa berkekuatan besar dan melakukan analisis data
perubahan air laut yang terjadi setelahnya. Jika dianggap ada risiko tsunami, pihak
berwenang dapat memberi peringatan atau mengambil tindakan seperti evakuasi.
Risiko kerusakan juga dapat dikurangi dengan rancangan tahan tsunami, seperti
membuat bangunan dengan ruang luas, serta penggunaan bahan beton bertulang,
maupun dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari
tsunami, seperti pentingnya mengungsi dan menyiapkan rencana darurat dari jauh-
jauh hari

Langkah dalam mitigasi bencana tsunami

Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam
untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting
tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3)
persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).

Penerapan teknologi informasi terhadap tanda-tanda bencana alam


1.  Radio komunikasi
Radio komunikasi adalah pilihan mutlak untuk komunikasi di tingkat lokal,terutama
bagi satuan tugas pelaksana penaggulangn bencana alam dan penangana
pengungsi. Alat ini minimal telah tersebar di seluruh wilayah rawan bencana.
2. Telepon
Melalui telepon , semua pihak dapat berbagi informasi dan komunikasi dengan
mudah karena hampir semua masyarakat mempunyai telepon
3. Pengeras suara
Pengeras suara merupakan pilihan untuk mengkomunikasikan kondisi kerawanan
bencana alam dalamcakupan wilayah yang sangat terbatas
4. Kentongan
Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang cukup akrab dengan
kehidupan masyarakat di berbagai pelosok dikawasa di indonesia. Isi pesan yang
disampaikan melalui tanda kentongan hendaknya singkat dan bermakna. Seperti
bunyi kentongan yang berbeda memiliki arti yang berbeda juga.

1. Mitigasi Bencana Tsunami sebelum,saat dan sesudah terjadi tsunami


Menghindari Dampak Tsunami
a.  Sebelum terjadinya tsunami
Ø  Mengenali apa yang disebut tsunami
Ø  Memastikan struktur dan letak rumah
Ø  Jika tinggal atau berada di pantai, segera menjauhi pantai
Ø  Jika terjadi getaran atau gempa bumi, segera menjauhi pantai
Ø  Selalu sedia alat komunikasi

b.  Saat terjadi tsunami


Ø  Bila berada di dalam ruangan, segera keluar untuk menyelamatkan diri
Ø  Berlari menjauhi pantai
Ø  Berlari ke tempat yang aman atau tempat lebih tinggi
c.  Sesudah terjadi tsunami
Ø  Periksa jika ada keluarga yang hilang ataupun yang terluka
Ø  Minta pertolongan jika ada keluarga yang yang hilang atau terluka
Ø  Jangan berjalan di sekitar daerah tsunami atau pantai, karena kemungkinan
terjadi bahaya susulan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi mitigasi bencana tsunami perlu dilakukan untuk mempersiapkan dan


mengurangi resiko dan bahaya pada saat terjadinya tsunami

B. Saran
Saran untuk pembaca yaitu pembaca makalah ini dapat diberikan manfaat
terkait berbagai hal dalam mitigasi bencana tsunami
DAFTAR PUSTAKA

http://syafiraistyani.blogspot.com/2012/11/mitigasi-tsunami.html

Arief Mustofa Nur. 2010.Gempa bumi,Tsunami dan Mitigasinya. Jurnal Balai


Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung –
LIPI.Vol.7.No.1.Hh.66-73

Dwi Jokowinarno.2011.Mitigasi Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Lampung. Jurnal


Rekayasa. Vol.15.No.1.Hh.13-20

Anda mungkin juga menyukai