Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PRIHANTORO TRI NUGROHO

NIM : 1905856

SEKTOR : 6 (RAMA)

PEMBATASAN DALAM PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA

Menurut Wiranto selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(Menkopolhukam) telah membatasi akses media sosial untuk pengguna internet di Indonesia.
Menurutnya tujuan pembatasan tersebut adalah meredam penyebaran kabar bohong atau hoaks di
kalangan publik Indonesia. Menyusul unjuk rasa di depan kantor Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) yang mulai ricuh pada kemarin malam, memang muncul aneka kabar bohong alias
hoaks yang menyebar di masyarakat lewat media sosial dan aplikasi pesan instan. Cakupan kabar
bohong pun bukan hanya di Jakarta saja, tapi juga menyasar daerah lain. Sebuah pesan berantai
menyampaikan hoaks soal imbauan dari polisi agar warga menghindari tujuh tempat keramaian,
termasuk Sun Plaza, Medan Mal, Ramayana, dan Matahari. Lantaran banyaknya hoaks yang
beredar, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengimbau masyarakat agar
menyaring informasi di media sosial sebelum disebarkan.
 Pemerintah melakukan pembatasan media sosial Facebook dan Instagram serta aplikasi
pesan WhatsApp . Dengan demikian, aplikasi-aplikasi tersebut tak bisa dipakai secara normal
untuk membagikan gambar ataupun video.Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran video
maupun konten hoaks serta ajakan bersifat provokatif lebih luas lagi.Pengamat media sosial
Indonesia Enda Nasution mengatakan, langkah yang dilakukan pemerintah membatasi
akses media sosial merupakan sebuah alternatif menghindari provokasi terus meluas. Enda
mengatakan, jika pemerintah menghentikan seluruh akses internet tentu dampaknya kepada
masyarakat Indonesia akan makin luas. Untuk itu, pemerintah mencari solusi yang tepat. Enda
mengungkapkan, sejauh ini pembatasan akses media sosial dirasa cukup tepat, mengingat belum
adanya kerusakan yang lebih luas. Namun demikian, Enda menilai pemerintah perlu melakukan
evaluasi terus menerus. Pembatasan akses media sosial dan aplikasi pesan WhatsApp membuat
masyarakat tidak bisa mengirimkan foto dan video seperti saat normal. Namun, dia menyebut,
masyarakat perlu sedikit berkorban.Saat ini di satu sisi penyebaran berita-berita provokatif dan
video berkurang banyak karena tidak bisa kirim. Kemudian, ajakan untuk turun ke jalan pun
berkurang cukup banyak.Namun, dampak luasnya masyarakat jadi tidak bisa membuka media
sosial. Lebih lanjut, dia mengajak agar warganet berkorban tidak bisa bermain Instagram dan
media sosial selama beberapa hari Terlebih, saat ini pemerintah hanya membatasi akses media
sosial dan aplikasi pesan, bukan menghentikan akses internet secara keseluruhan. 
Pengguna media sosial, instant messaging maupun video file sharing untuk  Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengumumkan bahwa penggunaan internet yang
sempat dibatasi karena aksi 22 Mei sudah kembali lancar dan tanpa hambatan. 
Menkominfo Rudiantara mengatakan situasi kerusuhan sudah kondusif sehingga pembatasan
akses fitur video dan gambar pada media sosial dan instant messaging difungsikan kembali.
Rudiantara mengajak semua masyarakat senantiasa menjaga dunia maya Indonesia digunakan
untuk hal-hal yang positif. Kepala Humas Kominfo Ferdinandus Setu membenarkan bawah
penggunaan internet dan media sosial sudah kembali normal karena situasi nasional sudah
kembali aman. Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara meyakini pembatasan media sosial efektif
untuk menangkal hoaks yang beredar. Sebab, menurutnya foto dan video paling cepat menyentuh
emosi seseorang. Untuk itu, diberlakukanlah pembatasan pengiriman gambar dan video lewat
media sosial dan pesan instan. Selain lewat pembatasan internet, Rudiantara juga menyebut
perlunya peningkatan literasi digital. Agar masyarakat tidak langsung menelan mentah-mentah
informasi yang diterima dari internet. 
Walaupun demikian, Rudiantara menyebut kebijakan ini tidak bermaksud menutup sarana
komunikasi masyarakat. Sehingga, pengiriman pesan teks masih bisa dilakukan. 

Meski demikian, Rudiantara menyebut kebijakan ini tidak bermaksud menutup sarana komunikasi
masyarakat. Sehingga, Selain lewat pembatasan internet, Rudiantara juga menyebut perlunya
peningkatan literasi digital. Agar masyarakat tidak langsung menelan mentah-mentah informasi yang
diterima dari internet. 
pengiriman pesan teks masih bisa dilakukan. Kebijakan pemerintah soal pembatasan internet sempat
mendapatkan kritikan dari banyak pihak, salah satunya Aliansi Jurnalis Independen (AJI). AJI mendesak
pemerintah segera mencabut kebijakan pembatasan akses media sosial. Langkah tersebut dinilai
membatasi hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Ketua Umum AJI Abdul
Manan menilai kebijakan ini tak sesuai dengan pasal 28 F Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 19
Deklarasi Umum HAM yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mencari, menerima dan
menyampaikan informasi. Pihaknya menyadari bahwa langkah pembatasan ini ditujukan untuk
mencegah meluasnya informasi yang salah demi melindungi kepentingan umum. Lebih lanjut dia juga
menjelaskan jika fitur yang tidak diaktifkan untuk sementara yakni pengiriman video dan foto. Hal ini
lantaran, lanjut dia foto dan video lebih cepat viral dan membuat warganet langsung emosi, bahkan
tanpa teks. Dia kembali menegaskan, membatasi fitur pengiriman foto dan video WhatsApp dikarenakan
aplikasi ini lebih individu.

Menurut Rudiantara, fitur yang dibatasi dan sementara tidak diaktifkan adalah fitur di media
sosial facebook, instagram, dan twitter untuk gambar, foto dan video. Rudiantara mengadkan pihaknya
tidak bisa melakukan take down satu per satu akun. Alasannya pengguna ponsel kita 200 juta lebih. Dan
hampir semua menggunakan WhatsApp.Jika ada yang masih belum dibatasi, itu masih proses di
operator telekomunikasi, koordinasinya juga baru saja. Pembatasan itu menurut Rudiantara didasarkan
pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jadi, UU ITE itu intinya ada dua. Satu,
meningkatkan literasi, kemampuan, kapasitas dan kapabilitas masyarakat akan digital. Dan kedua,
manajemen konten yang salah satunya dilakukan pembatasan konten ini Dalam kesempatan itu,
Rudiantara menegaskan bahwa fitur SMS dan telefoni masih bisa digunakan. Menteri Kominfo juga
mengapresiasi pekerja media dan media mainstream yang memainkan peran untuk memberikan
informasi yang jelas dan menenangkan masyarakat.

Dalam keterangan resminya, Kominfo menyatakan telah melakukan pelambatan akses


bandwidth di sejumlah wilayah Papua sejak senin (19/8). Hal itu dilakukan Kominfo guna
mengurangi hoaks yang beredar di wilayah Papua Kominfo juga mengatakan pemblokiran itu
masih bersifat sementara, dimulai dari Rabu (21/8) sampai dengan situasi kembali kondusif.
Terakhir dilaporkan, Kemkominfo telah mengindentifikasi dua hoaks yakni hoaks foto papua
tewas dipukul aparat di Surabaya dan hoaks yang menyebutkan bahwa Polres Surabaya menculik
dua orang pengantar makanan untuk mahasiswa Papua. Pemblokiran layanan data internet
tersebut akan berlangsung sampai situasi dan kondisi Tanah Papua benar-benar normal. Hal
tersebut disampaikan Ferdinandus Setu (Nando), Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo
RI dalam keterangan resminya. Dijelaskan dia, untuk saat ini, masyarakat tetap bisa
berkomunikasi dengan menggunakan layanan panggilan telepon dan layanan pesan singkat/SMS.

Menurut Nando, hal ini berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait pada Jumat
(23/8) pukul 16.00. Pemerintah menyimpulkan bahwa meskipun situasi dan kondisi di beberapa
kota dan kabupatan di Papua dan Papua Barat mulai berangsur-angsur pulih, namun distribusi
dan transmisi informasi hoaks, kabar bohong, provokatif dan rasis masih terbilang tinggi. Untuk
mempercepat proses pemulihan situasi keamanan dan ketertiban di Tanah Papua, sekali lagi
Kementerian Kominfo RI mengimbau para warganet di seluruh tanah air untuk tidak ikut-ikutan
mendistribusikan dan mentransmisikan informasi elektronik yang masih diragukan kebenarannya
atau yang terindikasi hoaks atau hasutan yang dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan
berdasarkan suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).

Pemanfaatan media sosial mesti dibarengi dengan kesadaran digital yang memadai agar
tidak memunculkan dampak destruktif yang dapat memporak-porandakan tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Menyusul kerusuhan di sejumlah titik di Jakarta, Selasa (21/5) dan
Rabu (22/5), pemerintah Indonesia mengambil kebijakan pemblokiran secara parsial dan
temporer akses terhadap layanan sejumlah media sosial. Ada yang setuju dan ada juga yang
tidak setuju dengan langkah pemerintah tersebut. Mereka yang tidak setuju menilai langkah
pemerintah Indonesia tersebut sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia. Mereka berdalih,
hak untuk mengemukakan pendapat lewat media, apa pun medianya, dan hak untuk memperoleh
informasi, adalah hak fundamental yang tidak boleh dihalang-halangi dengan cara apa pun dan
oleh siapa pun Yang setuju menilai langkah pemerintah itu dapat dipahami demi mencegah
terjadinya kerusuhan yang lebih besar akibat dari beredarnya informasi bohong dan provokatif
lewat jejaring media sosial.

Generasi muda kita sebagai pengguna terbesar internet sekarang ini dan di masa yang akan
datang diharapkan dapat lebih cerdas dan lebih bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi. Kita sama sekali tidak ingin generasi penerus bangsa ini berperilaku
kontraproduktif dan berkarakter buruk yang cuma gemar memaki-maki, menista, memfitnah,
menghasut, mengadu domba, gemar menyebarkan kabar-kabar bohong, dan cenderung intoleran
serta diskriminatif. Untuk itu, perlu ada upaya membangun dan menanamkan kesadaran digital
kepada anak-anak kita sejak dini. 

SUMBER :

 https://tekno.kompas.com/read/2019/05/22/14291067/wiranto-pemerintah-
sengaja-batasi-media-sosial-hari-ini
 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190525140102-185-
398324/pemerintah-cabut-pembatasan-akses-media-sosial
 https://selular.id/2019/08/kominfo-blokir-layanan-data-selular-di-papua/
 https://news.detik.com/kolom/d-4561974/pembatasan-akses-media-sosial

Anda mungkin juga menyukai