Anda di halaman 1dari 1

Kedudukan Sunnah sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum al-Qur’an dan

sudah tidak dapat diragukan lagi. Namun dalam kedudukan Sunnah sebagai dalil yang berdiri sendiri dan
sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an.

Jumhur ulama berpendapat bahwa Sunnah berkedudukan sebagai sumber atau dalil kedua setelah al-
Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua umat islam

Kekuatan Sunnah sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi, yaitu:

1. Dari segi kebenaran materinya (wurud-nya)

Kekuatan Sunnah mengikuti kebenaran pemberitaanya yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu: mutawatir,
masyhur, ahad.

2. Dari segi kekuatan penunjukannya terhadap hukum.

Dari segi kekuatan penunjukannya terhadap hukum atau dilalahnya, Sunnah ada dua:

Penunjukan yang pasti atau qath’i yaitu Sunnah yang memberi penjelasan terhadap hukum dalam al-
Qur’an secara tegas, jelas dan terinci sehinga tidak mungkin dipahami dengan maksud lain dan tidak ada
alternative pemahaman lain.

Penunjukan yang tidak pasti (zanni) yaitu Sunnah atau hadits yang memberikan penjelasan terhadap
hukum dalam al-Qur’an secara tidak tegas dan terinci, sehingga dapat menimbulkan beberapa
kemungkinan dalam memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai