TENTANG
-2
Nomor 273);
Perkeretaapian;
-3
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
-4
di jalan rel.
umum.
perkeretaapian.
BAB II
KERETA API
Pasal 2
-5
Pasal 3
Pasal 4
perkeretaapian.
-6
Pasal 5
lintas.
dengan mempertimbangkan:
a. kecepatan operasi kereta api;
BAB III
Bagian Kesatu
Pasal 6
dilakukan oleh:
Pasal 7
terjadi kecelakaan.
-7
Pasal 8
pengendaliannya.
Bagian Kedua
Pasal 9
pembantu;
Pasal 10
oleh masinis.
Pasal 11
-8
Automatic Train Protection (Sistem Keselamatan Kereta Api
Otomatis (SKKO).
meliputi:
darurat;
kabin;
perkeretaapian.
Pasal 12
(SKKO).
meliputi:
dan
perkeretaapian.
Pasal 13
-9
(SKKO).
Pasal 14
darurat.
Bagian Ketiga
Pasal 15
tanpa rangkaiannya;
- 10
tanpa rangkaiannya;
ada; dan
api.
a. perangkat pengereman;
b. peralatan keselamatan;
d. kelistrikan.
-11
Pasal 16
keberangkatan;
keberangkatan;
stasiun akhir;
Pasal 17
(dua) kali.
Pasal 18
- 12
Pasal 19
dalam gapeka.
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
(1) Kereta api berhenti luar biasa apabila kereta api yang
harus berhenti.
adalah:
a. perpindahan persilangan atau penyusulan;
perkeretaapian;
- 13
perkeretaapian;
e. indikasi sabotase;
f. bencana alam;
g. huru-hara; dan
petak blök
Pasal 23
rintang jalan pada jalur kereta api yang akan dilalui dan
dialihkan.
disebabkan oleh:
a. peristiwa alam;
b. kecelakaan;
kereta api
segera:
jasa; dan
- 14
BAB IV
Pasal 24
Pasal 25
kereta api;
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang penanganan
kondisi darurat;
Pasal 26
- 15
Pasal 27
b meliputi:
keterlambatan;
Pasal 28
keberangkatan;
c. pemberangkatan kereta api dari stasiun keberangkatan;
akhir;
Pasal 29
- 16
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
melampirkan persyaratan:
a. surat permohonan;
b. konsep Standar Operasional Prosedur (SOP).
secara lengkap.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
- 17
Ditetapkan di Jakarta
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
REPUBLIK INDONESIA
ttd
WIDODO EKATJAHJANA