Anda di halaman 1dari 7

1.

Konsep Medis Gangguan Tuberkulosis


a. Definisi Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis
primer dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis primer
biasanya mulai secara perlahan-lahan sehingga sulit ditentukan saat
timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan demam yang tidak
diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran napas
bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati dengan tepat dan sedini
mungkin dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia
dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi mati didalam cairan yang bersuhu 60 selama 15-20 menit. Fraksi
protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan
lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab
untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin. Penularan tuberkulosis
umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer tuberkulosis
terdapat dalam paru. Selain melaui udara penularan dapat per oral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada
mikrobakterium lain yaitu mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan
penyakit menyerupai tuberkulosis
b. Etiologi
1. Mycobaterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
3. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
mycobacterium tuberculosis
4. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetic
5. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
6. Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
7. Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan terinfeksi cukup tinggi karena diit yang tidak
adekuat
8. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
9. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
10. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebih mudah
11. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
12. Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
13. Tidak mematuhi aturan pengobatan
c. Klasifikasi
1. Lokasi atau organ tubuh yang terkena
Klasifikasi TB pada anak berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang
terkena tuberkulosis pada anak dapat dibedakan menjadi tuberkulosis
paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis
yang menyerang jaringan (parenkim) paru,tidak termasuk pleura
(selaput baru) dan kelenjar pada hilus. Tuberkulosis ekstra paru adalah
tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selpaut otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, usus, ginjal, saluran kencing. Anak dengan gejala
hanya pembesaran kelenjar tidak selalu menderita TB ekstra paru.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
a. Pengobatan baru adalah kasus TB anak yang belum pernah
mendapat pengobatan dengan OAT (obat anti tuberkulosis) atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan 28 dosis).
b. Pengobatan ulang adalah kasus TB anak yang pernah mendapat
pengobatan dengan OAT. Berdasarkan hasil pengobatan
sebelumnya, anak dapat diklasifikasikan sebagai kambuh,gagal, atau
pasien yang diobati kembali setelah putus berobat.
3. Berat dan ringannya penyakit
a. Tuberkulosis ringan adalah TB yang tidak beresiko menimbulkan
kecacatan berat atau kematian, misalnya TB primer tanpa
komplikasi, TB kulit, TB kelenjar
b. Tuberkulosis berat adalah TB pada anak yang beresiko menimbukan
kecacatan berat atau kematian, misalnya TB meningitis, TB milier,
TB tulang dan sendi, TB abdomen, TB resisten obat, TB HIV

d.Patofisiologi

Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan


penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia.
Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup kedalam paru-paru, maka
terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut
ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar
regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi
eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji
tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer
disebut masa inkubasi
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun
terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi dilapangan
bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran
kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan
penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogan
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli
dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil
menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T
menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin
yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkelepiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis
pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada keju,
yang disebut nekrosis kaseosa.
Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak,
penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbul
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus
dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran
hematogen berulang
c. Manifestasi klinis
1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk
(batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit),
nyeri dada, hemoptysis)
2. Gejala lanjut, (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak): pucat,
anemia lemah, dan berat badan menurun)
3. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sulit dketahui karena mulainya
penyakit perlahan. Kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa
gejala dan keluhan. Tetapi secara rutin dengan uji tuberkulin dapat
ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberkulosis primer dapat berupa
demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan
pilek.
d. Pemeriksaan diagnostik
1. Uji tuberkulin,pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting
dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji tuberkulin penting
artinya pada anak jika diketahui adanya konversi dari negatif. Pada anak
dibawah umur 5 tahun dengan uji tuberkulin positif, proses tuberkulosis
biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan
radiologis. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi. cara
Uji tuberkulin yang dipakai secara luas yaitu cara mantoux dengan
suntikan intrakutan.
2. Pemeriksaan radiologis, pada anak dengan uji tuberkulin positif
dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen
paru, dan bila ada indikasi lain untuk pembuatan foto rontgen misalnya
foto tulang punggung pada spondilitis.
3. Pemeriksaan bakteriologis, ditemukannya basil tuberkulosis akan
memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi walaupun tidak ditemukannya
bukan berarti tidak menderita tuberkulosis.
4. Uji BCG, pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal
yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, berarti
perlu dicurigai adanya tuberkulosis dan perlu diperiksa lebih lanjut
kearah tuberkulosis.pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan
menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar,oleh karena itu
BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
e. Penatalaksanaan
1. Nutrisi adekuat
2. Kemoterapi, pemberian terapi pada tuberkulosis didasarkan pada 3
karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang
kaya oksigen, basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen
berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil yang
mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Selama dua bulan
pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali
dalam satu minggu. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan
obat antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya
pada miningitis
3. Pembedahan, dilakukan jika kemoterapi tidak berahsil. Dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat
polipgranulornatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang
rusak.
f.Komplikasi
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis
Referensi :

Suryadi&Yuliani rita. 2006. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Sagung seto

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai