Anda di halaman 1dari 2

Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia dan diantara kemaslahatan

yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah harta yang terpelihara dari pemindahan
hak milik yang tidak menurut dengan prosedur hukum dan juga dari pemanfaatannya yang tidak
sejalan dengan kehendak Allah SWT. Karena itulah, larangan merampas, mencuri, mencopet dan
lainnya menjadi pemeliharaan keamanan harta dari kepemilikan yang tidak sah. Larangan
memakainya sebagai taruhan judi dan juga memberikan pada orang lain yang diyakini akan dipakai
untuk perbuatan yang maksiat, sebab penggunaan yang tidak sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan
kemaslahatan yang dituju menjadi tidak tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika
perbuatan korupsi merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan
dengan maqasid asy-syariah.

Hukum Menggunakan Hasil Korupsi

Istilah dari penggunaan mempunyai pengartian yang luas seperti menyantap, mengeluarkan untuk
keperluan ibadah, keperluan sosial dan lain sebagainya. Menggunakan harta kekayaan dari hasil
tindak pidana korupsi sama saja dengan hasil rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram
lainnya. Dengan cara meraihnya yang sama, maka hukum menggunakan hasilnya juga tentunya
sama. Ulama fikih dalam urusan ini juga sepakat jika menggunakan harta yang didapat dengan cara
terlarang maka hukumnya adalah haram karena prinsip harta tersebut bukan menjadi milik yang sah
namun milik orang lain yang didapat dengan cara terlarang.

Dasar yang menjadi penguat pendapat ulama fikih ini diantaranya adalah firman dari Allah SWT
sendiri, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188).

Dalam ayat tersebut juga tertulis larangan mengambil harta orang lain yang didapat dengan cara
batil seperti menipu, mencuri dan juga korupsi. Harta yang didapat dari hasil korupsi juga bisa
diartikan menjadi harta kekayaan yang didapat dengan cara riba, sebab kedua cara ini sama – sama
berbentuk ilegal. Jika memakan harta yang diperoleh secara riba itu diharamkan (QS. Ali Imran: 130).

Para ulama juga menggunakan kaidah fikih yang memperlihatkan keharaman dalam memakai harta
korupsi yakni “apa yang diharamkan mengambilnya, maka haram juga untuk memberikan atau
memanfaatkannya.”

Seperti yang juga sudah ditegaskan Imam Ahmad bin Hanbal, selama sebuah perbuatan dipandang
sebagai hal yang haram, maka selama itu juga diharamkan untuk menggunakan hasil dari cara
tersebut. Namun, jika perbuatannya sudah tidak dikatakan haram, maka hasilnya bisa digunakan.

Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk menggunakannya, maka selama itu juga pelaku akan
diharuskan untuk mengembalikan pada pemilik harta yang sah. Apabila ulama fikih sepakat untuk
mengharamkan menggunakan harta kekayaan yang didapat dengan cara korupsi, maka mereka
berbeda pendapat mengenai akibat hukum dari menggunakan hasil korupsi itu.

Artikel terkait:

Meminjamkan Uang Dalam Islam

Hukum Jual Beli Tanah

Pandangan Islam Terhadap Demokrasi

Hukum Pinjam Uang di Bank

Hukum Menuntut Ilmu

A.Dalil Quran Tentang Korupsi Dalam Islam

QS An-Nisa’ 4:29

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu.

QS Al-Maidah :42

Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. Menurut Ibnu Mas’ud dan Ali bin Abi Talib, makna suht adalah suap.”

QS Al-Maidah: 2

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Artikel terkait:

Uang Dalam Ekonomi Islam

Konsep Uang Dalam Islam

Fungsi Uang Dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai