Anda di halaman 1dari 17

Log In

 ESAI

o
o
 CORAK

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
 KOMEN

o
o
o
o
 ULASAN

o
o

o
o
o
o
o
 PENJASKES

o
o
o
o
 RAME

o
o
o
o
 KOLOM
o

o
o
o
 TERMINAL
 # TRENDING

o
o

o





NASIB SOPIR RENTAL JADI NELAYAN
KARENA ISU CORONA
R US LI H AR IY AN TO 21 MAR ET 2020

ESAI  2 2







MOJOK.CO – Sopir rental wisata di Jogja ini harus alih profesi jadi nelayan di Laut
Jawa karena isu corona menutup bisnis rentalnya untuk sementara.

Karena isu virus corona, sudah hampir dua minggu saya terpaksa pulang kampung
ke Situbondo. Bukan, bukan karena takut terserang virus tersebut, soalnya sebagai
seorang sopir rental profesional di Jogja, saya sudah terdidik untuk terbiasa
menghadapi risiko-risiko yang jauh lebih serem.

Dari risiko nabrak tiang listrik karena ngantuk sampai risiko ditabrak bus Sumber
Kencono yang sopirnya juga ngantuk. Tetapi efek dari virus ini sangat lain, tidak
biasa. Selain menyerang ke tubuh manusia, virus ini juga menyerang pikiran sampai
bikin sakit kepala akut.

Sakit kepala bagaimana caranya cari uang ketika hampir semua tempat wisata di
Jogja tutup. Sakit kepala karena hampir setiap hari ada pesan masuk untuk
membatalkan pesanan mobil. Sakit kepala melihat mobil dan motor rentalan saya
berjejer rapi di garasi.

Sakit kepala karena anak saya selalu merengek-rengek minta susu UHT sedangkan
bank tidak lagi melayani tarik tunai kalau saldonya kosong. Sampai sakit kepala
mendengar imbauan dari al-mukarrom bapak presiden untuk belajar, beribadah, dan
bekerja dari rumah.

Sebagai warga negara yang baik, saya harusnya patuh dengan imbauan tersebut.
Yah, minimal kalau di rumah, di kampung saya, isu corona itu tidak akan terlalu
berimbas ke ekonomi. Beras masih murah, sayuran tinggal cari di sawah, lauk pauk
tinggal mancing di laut.

Waktu perjalanan pulang, pikiran saya begitu. Dan ketika sampai kampung halaman,
ternyata pikiran saya salah.

Setelah hampir seminggu saya di rumah ternyata sakit kepala akut juga melanda
kampung saya. Ambulan dari Kantor Kecamatan sliwar–sliwer kasih pengumuman
lewat TOA soal corona. Warga diharuskan mencuci tangan pakai hand
sanitizer yang kebanyakan tetangga-tetangga saya nggak tahu itu apa.

Beruntung di tengah kebingungan saya, seorang kawan menawarkan sebuah


pekerjaan.

Hm, bener kata Om Sujiwo Tejo: “Khawatir besok kamu tak bisa makan saja itu
sudah menghina Tuhan.”
Pukul tiga sore keesokan harinya, saya datang ke tempat kerjaan yang dijanjikan.
Kawan saya tertawa melihat pakaian saya yang rapi. Saya bingung. Namun begitu
saya diajak menuju pantai, saya jadi paham kenapa kawan saya ketawa. Terutama
ketika kami berkumpul dengan beberapa orang yang sudah siap dengan ember
bekas cat tembok.

“Ayo, ho (bung), kita majeng!”

Saya menelan ludah. Apa katanya? Majeng?

Majeng adalah istilah Madura untuk menjaring ikan. Menggunakan perahu besar


yang biasa disebut selerek. Berisikan 15 sampai 25 kru berbadan kekar dengan kulit
yang overcook.

Bagi saya saat itu, wajah kru-kru itu terasa jauh lebih menyeramkan dibandingkan
virus corona. Lagipula, sejak kecil saya emang suka jiper sama orang pesisir.
Mereka biasanya galak, suka berteriak-teriak kalau bicara. Bahkan tak jarang sering
terjadi perkelahian di tengah laut karena rebutan area cari ikan. Oh, nasib, nasib.

Kami berangkat, jangkar ditarik, mesin dinyalakan. Semua orang berada di posisi
masing-masing.

Juregen atau kapten dengan sigap menggerakkan pancer (kemudi), asisten kapal


memegang perseneleng dan kopling mesin. Kawan saya tadi memegang tampar
naik turunnya baling-baling sedangkan saya hanya duduk menonton.

Baca juga:  Mengagumi Ustaz Zulkifli yang Percaya Corona itu Bikinan


Illuminati

Lah ya mau ngapain lagi? Kalau kamu mikir kerjaan kayak gini seseru di
tayangan Mancing Mania, saya berani taruhan, kamu bakal keliru. Pekerjaan ini gila
sekali ngerinya.

Untungnya, tugas saya saat itu nggak cukup berat. Pertama, cukup diam tidak
mengganggu kru yang lebih pengalaman. Kedua, membantu narik jaring kalau
dibutuhkan. Udah gitu doang.
Begitu kapal melaju, saya mulai merasa aneh. Beberapa saat tadi, laut kelihatan
tenang, ternyata begitu ke tengah laut, gelombang berubah jadi ganas.

Sebagai sopir rental, saya pernah nyopir dari Banyuwangi-Jakarta PP hanya 28 jam
dengan ugal-ugalan sampai mobilnya terpental-pental dan saya tidak muntah.
Sedangkan ini, baru 30 menit isi perut sudah keluar semua. Indomie, telur goreng,
dan sedikit sawi yang saya makan siang hari ambyar ke mana-mana.

Anehnya tidak ada satu pun dari kru kapal yang peduli. Hanya kawan saya yang
tertawa melihat saya muntah-muntah. Hampir dua jam perjalanan kapal tersebut.
Perut sudah kosong, mulut mulai bergetar, kepala dipenuhi bintang-bintang. Merasa
nggak enak badan karena mulai mabuk laut, saya tiduran di belakang.

Begitu sudah sampai di area penangkapan ikan, perahu diikat ke rumpon, lampu
dinyalakan menggunakan mesin dompleng sampai terang sekali. Kata kawan saya,
lampu itu penting agar ikan-ikan pada berkumpul dulu. Yak, persis kayak laron, ikan
juga suka berkumpul kalau ada cahaya.

Sambil menunggu kru kapal yang lain memancing kerumunan ikan pakai cahaya,
saya lanjutkan tidur. Buset, jadi nelayan magang begini kerjaan saya malah tidur
melulu.

Lah, mau ngapain lagi? Lagian instruksi buat saya kan jelas: jangan ganggu kru
yang lain. Ya udah, saya tidur aja.

Kira-kira tengah malam saya dibangunkan untuk melempar jaring. Sebuah


pelampung kecil berisi genset dan lampu diturunkan. Lalu kapal berputar
mengelilingi pelampung sambil menurunkan jaring dengan cepat. Samar-samar
terdengar suara kapten mengaba-ngaba semua kru di posisinya.

Oh, Tuhan, akhirnya saya berguna.

Meski begitu, saya kelabakan berlari ke arah kerumunan orang yang menarik jaring.
Duh, ternyata berat sekali itu jaring. Baru lima kali narik, tangan saya merah dan
panas. Ini jaring atau benang sirotol mustaqim kok perih amat ditarik?

Apalagi jaring yang saya tarik itu panjangnya nggak ketulungan, mungkin 800 meter
lebih. Walau narik jaring dibantu mesin, tapi tetap saja masih butuh ratusan kali
tarikan agar jaring terangkat semua. Dalam keadaan begini, semua kru berteriak
menjaga mental agar tidak kendor.

Karena tangan saya mulai perih, saya melemahkan tarikan sebentar—benar-benar


sebentar—tiba-tiba semua orang terdengar marah-marah. Saling memaki. Mereka
mencari tahu, siapa kru yang mengendorkan tarikannya. Waduh, seketika saya
gemetaran. Takut ketahuan, saya makin kuat-kuatin lagi narik jaring itu.

Hampir 30 menit berlalu, orang-orang mulai berdempetan. Di samping saya seorang


kakek sekitar umur 70 tahun bertelanjang dada terlihat perkasa menarik jaring.
Melihat kakek-kakek itu, saya langsung jiper. Saya yang belum 40 tahun aja udah
loyo begini. Hadeh.

Baca juga:  Mahfud MD Minta Pemerintah Daerah Jangan Jadikan Isu Corona


Sebagai Ajang Cari Panggung

Dalam situasi kayak gitu, tentu saja tangan kami bersentuhan satu sama. Saya tiba-
tiba jadi takut soal penularan corona. Tapi mengingat mereka lagi narik jaring begitu,
saya jelas tak mungkin minta semua kru untuk social distancing, jaga jarak, dan
jangan saling bersentuhan dengan alasan takut tertular corona. Mengingatkan
mereka dalam situasi kayak gini sama aja cari mati.

Seumur-umur jadi seorang sopir rental, jujur saya tidak pernah bekerja secapek ini.
Badan saya mulai basah dan bau amis. Benar-benar kerjaan yang dahsyat. Saya
jadi tahu betul bagaimana beratnya nelayan nangkep ikan.

Tidak lama semua jaring naik membawa ratusan kilo ikan yang masih melompat-
lompat. Semua orang tersenyum, hari ini tangkapan kami lumayan banyak. Semua
orang langsung mengerubungi hasil tangkapan kecuali kakek tadi dan saya. Kami
duduk di buritan.

Si kakek menawarkan lonyang (sejenis makanan bulat yang terbuat dari singkong


yang di dalamnya berisi gula jawa) tanpa banyak bicara. Karena saya lapar, saya
makan aja.

Usai memberi saya lonyang, kakek itu lalu beranjak ke pinggir perahu lalu jongkok.
Saya pikir dia mau ngapain, ternyata kakek ini boker gitu aja. Benar-benar boker
tanpa dosa. Duh, hidup di laut itu berat, tapi ya nggak gini juga lah. Diajak ngobrol
kok disambi boker.

Jarak kami hanya sekitar satu meter dan dengan tenang kakek ini melanjutkan
obrolan dengan saya. Padahal lonyang pemberiannya masih saya kunyah, mana
warnanya kuning lagi. Apa yang kakek itu lakukan menjawab semua pertanyaan
saya tentang bagaimana cara nelayan boker di tengah laut?

Di saat itulah saya kepengin nangis. Oh, Tuhan saya benar-benar rindu pekerjaan
sopir rental di Jogja.

Selama ini, saya merasa teman-teman sopir rental di Jogja itu udah yang paling
kompak. Ternyata saya salah besar. Kekompakan itu runtuh begitu aja di hadapan
kakek kru nelayan ini.

Lah gimana? Di saat teman-teman sesama sopir rental di Jogja cuma paham isi
selangkangan masing-masing, di sini, setiap orang bisa tahu bentuk tokai masing-
masing kru nelayan. Tanpa saling peduli lagi.

Ini belum dengan efek samping melaut yang luar biasa merusak tubuh. Keesokan
harinya, seluruh badan saya ngilu terutama di bagian rusuk. Hidung saya meler,
karena basah-basahan semalaman. Badan saya meriang demam karena itu.

Tiba-tiba ponakan saya teriak-teriak meledek, “Om kena corona, Om kena corona.”

Kena corona matamu sempal! Pengin rasanya ngegampar ponakan saya yang
ngomong sembarangan gitu, tapi apa daya dia bukan anak saya.

Akan tetapi, kalau ingat bau amis dan badan ambyar ini semua hanya demi susu
UHT anak saya, tiba-tiba mental saya naik lagi. Oke, besok majeng lagi lah!

Sambil dalam hati saya bersumpah untuk nggak bakal menawar lagi ikan laut yang
saya beli kalau udah balik jadi sopir rental.

BACA JUGA Sebagai Milenial, Punya Mobil Toyota Agya Sudah Cukup untuk
Sombong atau tulisan RUSLI HARIYANTO lainnya.
Rusli Hariyanto







TERPOPULER SEPEKAN

VIDEO DOKTER TERAWAN MUNDUR ADALAH BUKTI BAHWA KOMINFO


KAKU KAYAK KANEBO
PANDUAN BERDEBAT DENGAN ORANG GOBLOK

15 TEBAK-TEBAKAN YANG KATANYA PALING BIKIN EMOSI

PENJELASAN SEDERHANA KENAPA COVID-19 SUKSES MENYERBU


CINA
898 RS ‘MARK-UP’ KELAS DEMI DUIT BPJS KESEHATAN ITU TAK
MENGAPA: TAK MENGAPA, NDIASMU!

LIVERPOOL YANG MALANG: TENTANG KEGAGALAN PALING PUITIS


ABAD INI

KEGIATAN YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN GATOT NURMANTYO


KETIMBANG BIKIN PERNYATAAN SEMBRONO TENTANG CORONA

 TENTANG
 KRU
 KIRIM ARTIKEL
 DISCLAIMER
 KONTAK
 BLOG
 RSS

© 2020 MOJOK.CO - ALL RIGHTS RESERVED.

Anda mungkin juga menyukai