Anda di halaman 1dari 44

1

HUBUNGAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN STRES AKADEMIK


MAHASISWA RANTAU ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dosen Pengampu:

Risma Anita Puriani, M. Pd


Rani Mega Putri M.Pd., Kons

Disusun oleh:
Theadora Gracelyta
06071281722021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala berkat Rahmat dan


Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini yang
berjudul “Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Stres Akademik Mahasiswa
rantau Angakatan 2019 Univesitas Sriwijaya”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah penelitian kuantitatif .

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari banyaknya hambata-


hambatan yang ada, maka dari itu penulis ucapakan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terciptanya laporan ini, yang terutama penulis
ucapakan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan saya kesempatan, kelancaran


dalam proses mengerjakan proposal ini serta nikmat sehat. Tanpa
semua nikmat dan karunia-Mu bisa jadi penulis tidak mampu dalam
menghadapi hamabata-hambatan yang ada.
2. Saya ucapkan terima kasih kepada orangtua saya, yang selalu
mendukung dan memotivasi saya dalam mengerjakan tugas-tugas
kuliah terutama dalam penulisan laporan ini.
3. Penulis ucapakan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini
ibu Risma Anita Puriani, M.Pd. dan ibu Rani Mega Putri M.Pd., Kons
yang telah memberikan pembelajaran yang berharga disemseter ini.
4. Terimakasih kepada teman kedaerahan saya yang telah meminjamkan
laptopnya dalam membantu penyusunan penulisan laporan saya serta
mba Lyana, Hira, Nia, Aliya, Cyntia, dan Rili yang selalu menemani
masa-masa berjuang menyusun penulisan laporan ini.
5. Serta, teman-teman yang senantiasa selalu memberikan semangat, ide
ataupun saran serta dukungannya.

Penulis menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan pada laporan


ini, Oleh karena itu penulis mengharapakan adanya kritik dan saran yang bersifat

IV
membangun untuk kesempurnaan pada laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat untuk menjadi pembelajaran atau sumber pengetahuan serta
pengembangan ilmu baik dalam bidang pembelajaran studi Bimbingan dan
Konseling maupun bidang lainnya.

Indralaya, 26 November 2019

Penulis

IV
IV
IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Di Indonesia, hak manusia
untuk memperoleh pendidikan dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 yang berbunyi pendidikan ialahhak bagi setiap warga negara.
Pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan baik dari segala aspek kehidupan
manusia. Menurut Muhibbin Syah (2010:10) Pendidikan berasal dari kata
“didik” lalu kata tersebut mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”
yang artinya memelihara dan memberi latihan. Sementara menurut Fuad Ihsan
(2005:1) pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi–potensi pembawaan yang ada baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai – nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.
Setiap orang mengembangakan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang ada
dalam dirinya dengan belajar mengenai berbagai macam hal, salah satunya yaitu
melalui jalur pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Seseorang yang telah
memasuki dunia perkuliahan atau yang sedang menempuh jenjang pendidikan di
perguruan tinggi ialah kerap disapa dengan sebutan mahasiswa.
Mahasiswa adalah seseorang yang menuntut ilmu diperguruan tinggi.
Menurut Santrock (2012) Mahasiswa tergolong dalam usia perkembangan
remaja akhir yaitu antara 18-22 tahun. Kemudian menjadi mahasiswa berarti
mereka sudah memasuki jenjang tertinggi dalam dunia pendidikan.Tidak sedikit
mahasiswa yang menginginkan pendidikan yang baik dan berkualitas, tetapi
ketidakmerataan kualitas pendidikan yang ada mendorong mahasiswa untuk
merantau.Menurut Naim (dalam Afrinanldi dkk., 2013) merantau ialah
meninggalkan kampung halaman dengan kemauan sendiri dengan tujuan tertentu
dan jangka waktu yang lama serta mencari pengalamanan dan menuntut ilmu,

IV
tetapi suatu saat akan kembali pulang.Mahasiswa rantau adalah mereka yang
menempuh pendidikan jauh dari kampung halaman dan orang tua dengan tujuan
untuk mencapai apa yang diinginkan atau yang dicita–citakannya. Tidak jarang
mahasiswa rantau memiliki hambatan–hambatan dalam menjalani kehidupannya
sehari–sehari,sebagai individu yang merantau baik dalam diri maupun pada
lingkungannya yang mana adanya jarak dan waktu dengan keluarga di rumah
menuntut mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Menurut Desmita (2011:191) penyesuaian diri merupakan suatu konstruk
psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu
terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dalam diri individu itu
sendiri. Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
denganlingkungannya, mahasiswa disini dituntut untuk belajar menghadapi
keadaan yang baru melalui perubahan dalam tindakan maupun sikap. Tidak
hanya itu mahasiswa dituntut dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
kampus, seperti mengerjakan tugas – tugas yang banyak, jadwal perkuliahan
yang padat, dan tuntutan akademik lainnya serta kegiatan di luar perkuliahan.
Berbagai tuntututan tugas dalam dunia perkuliahan, mengharuskan atau
menuntut mahasiswa untuk dapat menguasai permasalahn yang ada, menghadapi
segala tantangan dan hambatan, mampu mengelola diri dengan baik, serta tidak
mudah mnyerah pada situasi dan kondisi yang ada.
Penyesuaian diri yang kurang juga dapat menyebabkan dampak terhadap
mahasiswa dalam proses pembelajaran yang sedang dijalani. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sukami (dalam Adiwaty dan Fitriyah 2015) masalah lain yang
dialami mahasiswa perantauan saat melakukan penyesuaian, yaitu terkait dengan
akademik seperti cara belajar, perencanaan studi dan pengenalan peraturan
terhadap sistem akademik. Kemudian diperjelas dengan apa yang dikemukan
oleh Pascarella (dalam Mudhovozi, 2012) yaitu permasalahan lainnya yang
dialami mahasiswa rantau dalam menyesuaikan diri yaitu lebih banyaknya tugas,
gaya belajar yang berbeda, persaingan lebih besar, dan kualitas standar yang
lebih tinggi. Maka dari itu mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan
dengan kondisi pembelajaran yang baru atau berbeda dari sebelumnya saat

IV
masih duduk dibangku sekolah, tidak hanya tuntutan mendapatkan IPK yang
bagus dan selesai tepat waktu serta tugas–tugas perkuliahan yang banyak,
tuntutan lainnya seperti menyeimbangkan antara perkuliahan dengan kegiatan di
luar kampus atau organisasi dan lain–lain.
Mahasiswa akan merasa tertekan dengan tuntutan yang ada dan
mengakibatkan tugas – tugas terbengkalai, bingung, frustasi, IPK menjadi turun,
hingga berujung pada stres.Secara umum stres diartikan suatu kondisi saat
individu merasa tertekan karena merasa tidak mampu untuk mengatasi beban
atau permasalahan yang sedang di alami. Menurut Kirkcaldy, Lee, dan Tyrer
(dalam Christyanti, 2010) Stres dapat muncul ketika seseorang mengalami
tuntutan yang dirasa melebihi daya penyesuaian yang dimiliki oleh individu.
Kemudian menurut Surwono (dalam Nasution, 2007) stres adalah dimana
kondisi ketika jiwa individu mendapatkan beban.
Menurut Kadapati dan Vijayalaxmi (2012) Stres yang berawal dari tuntutan
akademik yang melebihi kemampuan pada diri seseorang disebut sebagai stres
akademik. Stres akademik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
akademik dengan adanya tuntutan atau tekanan yang menyebabkan seseorang
mengalami stres.Menurut Desmita (2011) menjelaskan bahwa stres akademik
bisa terjadi karena adanya suatu perubahan dalam pengambilan keputusan,
tanggung jawab, tempat tinggal dan hubungan pribadi serta kesehatan.
Sedangkan menurut Alvin (2007) Stres akademik terjadi karena adanya tekanan-
tekanan dalam persaingan akademik yang semakin tinggi untuk menunjukkan
prestasi dan keunggulan yang dimiliki individu hal ini membuat menjadi beban
karena adanya tuntutan dan tekanan tersebut.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Christyanti dkk, 2010) tentang
hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan
kecenderungan stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas hang tuah
Surabayayang memperoleh hasil yang mana dapat dilihat berdasarkan
perhitungan analisis korelasi yaitu diperoleh hasil rxy sebesar -0,403. Taraf
signifikasi 0,000 (p<0,01) dengan begitu dapat diartikan bahwa penelitian ini
menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan penyesuaian diri

IV
terhadap tuntutan akademik memiliki hubungan negatif. Penyesuaian diri
memberikan sumbangan efektif kepada tuntutan akademik sebesar 16,2% yang
menunjukkan bahwa terdapat 83% faktor lain yang berpengaruh terhadap
kecenderungan stres pada mahasiswa kedokteran, diantaranya yaitu faktor sosial
dan budaya, faktor kognitif, faktor lingkungan sekitar dan faktor kepribadian
pola tingkah laku tipe A.
Kemudian, menurut Ulimaz Amadea Ramadhanty (2017) pada penelitiannya
menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri
dengan stres akademik pada mahasiswa farmasi semester 2 universitas Islam
Sultan Agung Semarang, yaitu diketahui nilai dari r xy sebesar (-0,584) dengan
taraf signifikasi 0,000 (p<0,01). Variabel penyesuaian diri memberikan
sumbangan efektif sebesar 34,1% yang didapat dari nilai R square sebesar 0,341,
lalu sisanya adalah 65,9% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kepribadian
seseorang, dukunga sosial dan motivasi.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap mahasiswa rantau
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sriwijaya bahwasannya
mereka sering mengalami kesulitan dalam menyesuaiakan diri dengan
lingkungan, akademik, dan kegiatan di luar perkuliahan seperti penyesuaian
dengan cara bahasa daerah yang baru, menyesuaikan diri dengan teman baru,
dan penyesuaian perilaku atau kebiasaan yang berbeda dengan lingkungan
sebelumnya, tetapi mereka juga dituntut untuk dapat memahami dunia
perkuliahan seperti banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan, jadwal
perkuliahan yang padat, tuntutan prestasi akademik, dan lulus tepat waktu.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara penyesuain diri dengan stres akademik mahasiswa
rantau Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sriwijaya.

IV
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul dari penelitian ini adalah “Bagaimana


Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Stres Akademik Mahasiswa Rantau
Bimbingan dan Konseling Angakatan 2019 Universitas Sriwijaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara penyesuian diri dengan stres akademik
mahasiswa rantau Bimbingan dan Konseling Angakatan 2019 Universitas
Sriwijaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang didapat dalam penelitian ini dapat menjadi sumbangsih


referensi yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling yang dapat
menjadi informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran yang


positif bagi universitas mengenai penyesuaian diri mahasiswa dengan stres
akademik mahasiswa rantau.

1.4.2.2 Bagi Konselor

IV
Penelitian ini sebagai masukan kepada konselor agar dapat mengatasi
permasalahan penyesuain diri dengan stres akademik mahasiswa rantau.

1.4.2.3 Bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui


bagaimana penyesuain diri dengan stres akademik mahasiswa rantau.

1.4.2.4 Bagi peneliti lain

Penelitian ini dianggap perlu melakukan penelitian lebih lanjut


mengenaihubungan penyesuaian diri dengan stres akademik mahasiswa rantau
dengan aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan penyesuaian diri.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Stres Akademik


2.1.1 Pengertian Stres Akademik

Stres menurut Sarafino dan Smith (2012) stres merupakan perasaan tegang
dan tidak nyaman yang disebabkan karena individu merasa tidak mampu
menangani tuntutan – tuntutan lingkungan. Selain itu, Stres menurut Feldman
(2012) adalah reaksi individu saat menghadapi kejadian yang mengancam atau
menantang mereka. Robbins dan judge (2013) mengatakan bahwa stres
merupakan respon terhadap tekanan lingkungan yang terjadi akibat suatu proses
psikologis yang tidak menyenangkan. Sedangkan menurut Myres (2012)
menyatakan bahwa stres dideskripsikan sebagai proses dimana individu merasa

IV
dan menanggapi sebuah kejadian yang kita anggap sebagai suatu hal yang
menantang atau mengancam yang disebut stressor.

Sementara itu, stres akademik adalah stres yang berhubungkan dengan


kegiatan akademik (Agolla dan Ongori, 2009). Menurut Ang, Huan dan Braman
(Mulyadi, Rahardjo, dan Basuki, 2016) mengemukakan bahwa stres akademik
merupakan pandangan individu mengenai prestasi yang cenderung negatif,
terhadap tuntutan dari orang tua dan guru untuk mencapai prestasi akademik yang
tinggi. Kemudian, Olejnik dan Holschuh (2007) mendifinisikan stres akademik
sebagai suatu respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas
yang harus dikerjakan.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah


suatu keadaan dimana individu merasa adanya tuntutan atau tekanan dalam bidang
akademik yang berasal dari lingkungan untuk mencapai prestasi akademik yang
tinggi.

2.1.2 Faktor Penyebab Stres Akademik

Menurut Alvin (2007) stres akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu,
faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor – faktornya yaitu sebagai
berikut :

a. Faktor internal

IV
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor tersebut terdiri dari :
1. Pola pikir
Individu yang merasa tidak dapat mengendalikan situasi cenderung
lebih mudah atau cepat mengalami stres yang lebih besar dari pada
individu yang merasa dapat mengendalikan situasi, individu yang
memiliki pola pikir yang baik tentu akan dapat mengatasi gangguan
atau masalah yang ada.
2. Kepribadian
Kepribadian individu bisa menentukan tingkat toleransi terhadap
stres. Tingkat stres individu dengan pemikiran yang optimis/baik
biasanya lebih kecil dibandingkan dengan individu yang memiliki
pemikiran pesimis.
3. Keyakinan
Keyakinan terhadap diri memainkan peran yang sangat penting dalam
menafsirkan situasi di sekitar individu. Penilaian diyakini individu
dapat mengubah cara pandang terhadap suatu hal.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan sekitar
individu. Faktornya yaitu sebagai berikut :
1. Pelajaran yang lebih padat
Pada system pendidikan, kurikulum telah ditambahkan bobotnya
dengan standar yang lebih tinggi. Dampaknya, persaingan antar
individu di dalam kelas semakin ketat, bahkan waktu belajar di
sekolah bertambah dan beban belajar yang ada pun semakin banyak.
Hal ini dapat mengakibatkan stres pada individu.
2. Tekanan untuk berprestasi
Individu sangat ditekankan untuk memiliki prestasi yang baik dalam
ujian di sekolah. Tekanan ini berasal dari keluarga, orang tua, teman
sebaya, guru dan diri sendiri.
3. Dorongan status sosial

IV
Individu yang berhasil dalam mencapai akademiknya akan sangat
dikenal dan mendapat pujian oleh lingkunganya. Sebaliknya, individu
yang tidak mempunyai prestasi dikatakan malas atau lamban,
individu cenderung ditolak oleh lingkungan, dianggap pembuat
masalah, dimarahi oleh oarang tua dan diabaikan oleh teman-
temannya.
4. Orang tua saling berlomba
Di kalangan orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi, dapat
menimbulkan persaingan untuk menghasilkan anak – anak yang
memiliki kemampuan yang lebih baik. Orang tua akan melakukan
apapun untuk anak- anaknya agar memiliki kemampuan yang baik,
biasnya orang tua akan menambahkan pendidikan informal kepada
anak-anaknya.

Sedangkan menurut Smet (1994), Faktor yang mempengaruhi stres


yaitu sebagi berikut :
1. Variabel internal
Hal ini meliputi tahap kehidupan, jenis kelamin, faktor genetik,
umur, pendidikan, intelegensi, status ekonomi, suku dan
kebudayaan.
2. Karakteristik kepribadian
Meliputi ekstrovet-introvet, locus of control, stabilitas emosi secara
umum, kekebalan dan ketahanan.
3. Variabel sosial-kognitif
Berupa dukungan sosial yang dirasakan, kontrol pribadi dan
jaringan sosial yang dirasakan.
4. Hubungan lingkungan sosial
Hubungan lingkungan sosial merupakan sosial yang diterima dan
integrasi dalam hubungan interpersonal.
5. Strategi koping

IV
Strategi koping adalah rangkaian respon dengan melibatkan unsur-
unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari – hari dan
sumber stres yang menyangkut tuntutan serta lingkungan sekitar
yang mengancam.

Berdasarkan faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres


akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu
seperti kepribadian, pola pikir, dan keyakinan kemudian faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar individu meliputi tekanan untuk
berprestasi tinggi, pelajaran yang lebih padat, dorongan status sosial, dan
orang tua saling berlomba. Dampak dari faktor eksternal ini, individu akan
merasa tertekan sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres akademik.

2.1.3 Aspek stres akademik

Menurut Sarafino dan Smith (2012), terdapat dua aspek yang menimbulkan
stres yaitu :

a. Aspek biologis
Menurut cannon (dalam Sarafino dan Smith, 2012) menjelaskan
bagaimana reaksi tubuh terhadap keadaan darurat. Saat individu
mengalami kejadian yang dianggap mengancam, individu tersebut akan
memberikan reaksi fisiologis terhadap stressor, seperti otot menegang,
detak jantung meningkat, dan kaki menegang.
b. Aspek Psikososial

IV
Aspek psikososial yaitu lingkungan berpengaruh menimbulkan stres.
Adapun reaksi psikososial yaitu sebagai berikut :

1. Kognitif
Menurut Helmi ( dalam Safari dan Saputra, 2012) mengemukakan
bahwa reaksi kognitif adalah dimana individu mudah lupa,
bingungung, terlihat sulit berkonsentrasi, merasa tidak berguna, selalu
berfikir negatif, tidak punya tujuan hidup, merasa tidak menikmati
hidup, dan sulit untuk mengambil keputusan dan prestasi menurun.
Banyak individu.
2. Emosi
Menurut Lazarus (dalam Sarafino dan Smith, 2012) mengemukakan
bahwa emosi dapat berkaitan dengan stres. Kemudian, Helmi (dalam
Safaria dan Saputra, 2012) menyatakan aspek ini berhubungan
dengan psikologis individu seperti mudah marah, sedih, kecewa
dengan keadaan, hilangnya rasa humor yang ada, mudah tersinggung,
merasa gelisah ketika menghadapi ujian, cemas saat mendapat tugas-
tugas yang banyak dan meras takut menghadapi guru yang galak.
Lazarus (dalam Sarafino dan Smith, 2012) mengemukakan bahwa
emosi dapat berkaitan dengan stres.
3. Perilaku sosial
Menurut Cohen dan Spacapan (dalam Sarafino dan Smith, 2012)
menyatakan bahwa stres dapat merubah individu terhadap individu
lainnya. Selanjutnya Helmi (dalam Safari dan Saputra, 2012)
mengemukakan bahwa individu tampak atau dilihat dari perilaku suka
berbohong, malas belajar, tidak disiplin, sering tidak mengerjakan
tugas, tidak peduli dengan materi pelajaran, senang menyontek, takut
bertemu dengan guru, menyendiri, menarik diri dari lingkungan serta
menghindari sosialisasi.

IV
Sedangkan, menurut Hardjana (2002) mengemukkan bahwa aspek stres
terdiri atas :

1. Fisikal
Aspek Fisikal merupakan hal-hal yang bersifat fisik dan tingakh
laku individu yang dapat dilihat dan diamati seperti, gangguan
tidur, gangguan pencernaan, sakit kepala, tegang pada urat,
penaikan tekanan darah dan produksi keringat yang berlebih.
2. Emosional
Aspek emosional yaitu berkaitan dengan kondisi individu sebagai
respon terhadap sesuatu. Seperti yang berkaitan dengan stres
akademik ialah mudah marah, mudah tersinggung, harga diri
menurun, mood yang berubah dengan cepat merasa sedih dan
depresi serta terjadi burn out.
3. Intelektual
Aspek intelektual ialah berkaitan dengan individu memperoleh
kemampuan yang baru. Hal ini berkaitan dengan proses kognitif
individu. Individu yang mengalami stres akademik cenderung sulit
membuat keputusan, pikiran dipenuhi dengan satu hal saja,
mengalami gangguan daya ingat, sulit berkonsentrasi, pikiran kacau
serta mutu kerja rendah.
4. Interpersonal
Aspek interpersonal yaitu berkaitan dengan kemampuan seseorang
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Individu yang mengalami
stres akan kesulitan dalam bersosialisasi karena merasa dirinya
selalu benar atau tidak mau disalahkan, mudah menyerang orang
lain serta kehilangan rasa kepercayaan diri yang baik akan dirinya
maupun orang lain.

IV
Sementara, menurut Sun, Dunne dan Hou (2011) terdapat lima aspek
stres akademik diantaranya :
1. Tekanan belajar
Aspek tekanan belajar yaitu kondisi dimana individu merasa
tertekan ketika sedang belajar di sekolah maupun di rumah. Hal ini
dapat berasal dari teman, orang tua, ujian di sekolah dan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Beban tugas
Aspek beban tugas yakini berkaitan dengan tugas-tugas yang harus
dikerjakan atau diselesaikan oleh individu di sekolah. Beban yang
dirasa atau alami oleh individu seperti tugas sekolah, pekerjaan
rumah dan ujian atau ulangan.
3. Kekhawatiran terhadap nilai
Aspek intelektual berkaitan dengan proses kognitif individu dan
juga kemampuan individu untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Individu yang mengalami stres akademik akan mengalami
penurunan kualitas kerja, penurunan daya ingat, dan sulit untuk
berkonsentrasi.
4. Ekspektasi Diri
Aspek ekspetasi diri berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
memiliki ekspektasi terhadap dirinya sendiri. Individu yang
mengalami stres akan mengangagap rendah akan dirinya sendiri
seperti merasa selalu mengecewakan orang tua dan guru jika nilai
akademisnya menurun atau tidak sesuai ddengan apa yang
diinginkan dan merasa selalu gagal dalam nilai akademik.
5. Keputusasaan
Aspek ini berkaitan dengan respon emosional individu saat ia
merasa tidak mampu mencapai apa yang ditargatkan atau tujuan
dalam hidupnya. Dengan hal ini indivisu yang mengalami stres akan
merasa bahwa dirinya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas di
sekolah maupun memahami pelajaran.

IV
2.2 Penyesuain Diri

2.2.1 Pengertian Penyesuain Diri

Menurut Santmoko (dalam Ghufron dan Rini: 2012: 50) “penyesuaian diri
dipahami sebagai interaksi seseorang yang kontinu dengan dirinya sendiri, orang
lain dan dunianya”. Individu dikatakan mempunyai penyesuai diri yang sukses
atau berhasil jika ia mampu mencapai kepuasan dalam usahanya mengatasi
ketegangan, memenuhi ketegangan, bebasa dari simptom yang menganggu seperti
depresi, kecemasan kronis, ganguaan psikomatis yang dapat menghambat tugas
seseorang. Sebaliknya, jika penyesuaian diri terjadi dan apabila individu tersebut
tidak dapat mengatasi masalah yang dihadapi bahkan menimbulkan situasi
emosional tidak terkendali, keadaan tidak memuaskan serta menimbulkan respon
dan keadaan tidak memuaskan.

Schneiders (dalam Ghufron dan Rini, 2012: 50), “berpendapat bahwa


penyesuaian diri mengandung banyak arti, antara lain usaha manusia untuk
menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan
antara `pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha
menyelarasakan hubungan individu dengan realitas”. Desmita (2011: 191)
“penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks,
serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan
luar maupun dalam diri individu itu sendiri. Abdul R. (2011: 104) “penyesuain
diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan
jiwa/mental individu. pengertian penyesuain diri pada awalnya berasal dari suatu
pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles
Darwin yang terkenal dengan teori evoluasi”.

IV
Kemudian, menurut Sunarto dan Agung H. (2008: 221-222) penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :

1) Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau


bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah,
dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2) Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3) Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki
kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon-
respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efesien. Individu memiliki
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat/memenuhi syarat.
4) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon
emosional yang tepat pada setiap situasi.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwasanya penyesuain diri adalah


usaha manusia untuk dapat menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan
serta menyelaraskan hubungan individu dengan realitas agar terciptanya
keharmonisan diri sendiri dan lingkungannya.

2.2.2 Faktor penyesuaian diri

Menurut Sunarto dan Agung H. (2008: 229) faktor-faktor yang


mempengaruhi proses penyesuain diri adalah sebagai berikut :

IV
1. Kondisi-kondisi pada fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstituasi
fisik, kelenjar, susunan saraf, dan sistem otot, kesehatan, penyakit dan
sebagainya.
2. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual,
moral, sosial dan emosial.
3. Penentuan psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, pengkondisian,
belajarnya, penentuan diri (self-determination), frustasi, dan konflik.
4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
5. Penentuan kultural, termasuk agama.

Sementara, Desmita (2011: 196-197) mengemukakan faktor-faktor yang


mempengaruhi penyesuain diri anatara lain :

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuain diri dari dilihat dari


konsep psikogenik dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa
penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu,
terutama pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis.
Pengalaman khusus ini lebih banyak berkaitan dengan latarbelakang
kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek-aspek:

1. Hubungan orangtua-anak, yang merujuk pada iklim hubungan sosial


dalam keluarga, apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau
otoriter yang mencakup :
a. Penerimaan-penolakan orangtua terhadap anak.
b. Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak.
c. Sikap dominatif-integratif (permisif atau sharing).
d. Pengembangan sikap mandiri-ketergantungan.

IV
2. Iklim intelektual keluarga, yang meru.juk pada sejauhman iklim keluarga
memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual anak,
pengembangan berpikir logis atau irrasional, yang mencakup.
a. Kesempatan untuk berdialog logis, tugas pendapat dan gagasan.
b. Kegemaran membaca dan minat kultural.
c. Pengembangan kemampuan memecahkan masalah.
d. Pengembangan hobi.
e. Perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak.
3. Iklim emosional keluarga, yang merujuk pada sejauhmana stabilita
hubungan dan komunikasi di dalam keluarga terjadi, yang mencakup:
a. Intensitas kehadiran orangtua dalam keluarga.
b. Hubungan persaudaraan dalam keluarga.
c. Kehangatan hubungan ayah-ibu.

Sementara itu dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuain diri


dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga sosial dimana individu terlibat di
dalamnya. Bagi peserta didik, faktor sosiopsikogenik yang dominan
mempengaruhi penyesuain dirinya adalah sekolah, yang mencakup:

1) Hubungan guru-siswa, yang merajuk pada iklim hubungan sosial dalam


sekolah, apakah hubungan tersebut bersifat demokratsi atau otoriter, yang
mencakup:
a) Penerimaan-penolakan guru terhadap siswa.
b) Sikap dominatif (otoriter, kaku, banyak tuntutan) atau integratif
(pesimisif, sharing, menghargai dan mengenal perbedaan individual).
c) Hubungan yang bebas ketergantungan atau penuh ketegangan.
2) Iklim intelektual sekolah, yang merujuk pada sejumlah mana perlakuan
guru terhadap siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan
intelektual siswa sehingga tumbuh perasaan kompeten, yang mencakup:
a) Perhatian terhadap perbedaan individual siswa.
b) Intensitas tugas-tugas belajar.

IV
c) Kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa.
d) Sistem penilaian.
e) Kegiatan ekstrakulikuler.
f) Pengembangan inisiatif siswa.

2.2.3 Aspek-aspek penyesuain diri


Menurut Abdul R. (2011: 105-107) aspek- aspek penyesuaian diri ialah
sebagai berikut :
1. Penyesuaian pribadi
Penyesuain pribadi ialah kemampuan individu dalam menerima dirinya
sendiri sehingga tercapai hingga mencapai hubungan yang harmonis
antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan penyesuain
pribadi dilihat dengan individu itu tidak lari dari kenyataan atau
tanggungjawab dan tidak adanya rasa benci, kecewa atau tidak percaya
pada dirinya. Sebaliknya, individu yang gagal dalam penyesuain dirinya
ditandai dengan kecemasan, ketidakpuasaan dan keluhan terhadap nasib
yang dialaminya, serta keguncangan emosi.
2. Penyesuain sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Didalam masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari
proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat, dan nilai-nilai yang mereka patuhi,
demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologis sosial, psoses ini dikenal
dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain.
Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat disekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman
atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan
masyarakat sebenarnya sama-sama memberiakn dampak bagi

IV
komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat
istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh
eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. (Abdul R.,
2011:105-107)

2.3 Hubungan penyesuain diri dengan stres akademik mahasiswa rantau


Mahasiswa rantau ialah individu yang menempuh pendidikannya jauh dari
tempat tinggalnya, orang tua dan keluarga. Diperantauan individu tersebut untuk
dapat menyesuaikan diri dengan llingkungan yang baru. Menurut Schneiders
(dalam Ghufron & Rini, 2012: 50) menyatakan bahwa :
Penyesuian diri mengandung banyak arti, antara lain usaha manusia
untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha
memelihara keseimbangan anatara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan
lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan
realitas”

Jadi, penyesuaian diri ialah usaha manusia untuk dapat menyeimbangkan dan
menyelarasakan tuntutan lingkungan yang baru. Penyesuaian diri disini tidak
hanya pada pribadi dan sosial saja melainkan pada aspek akademik.
Penyesuaian diri yang baik ialah dimana individu dapat atau mampu menjalin
hubungan yang baik dengan orang sekitar, dapat diterima kedalam lingkungan
baru dan sebaliknya individu yang kesulitan dalam menyesuaian dirinya ia
akan mengalami berbagai dampak seperti, tertekan akan tuntutan dengan
lingkungan yang baru. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Surwono
(dalam nasution, 2007) bahwasannya dimana ketika jiwa individu
mendapatkan beban maka saat itu ia mengalami stres. Stres yang melebihi
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau individu yang menjadi beban
atau tuntutan bagi dirinya disebut dengan stres akademik. Desmita (2011)
mmengemukakan bahwasannya stres akademik dapat terjadi arena adanya
perubahan tempat tinggal, hubungan pribadi, kesehatan, serta pengambilan
keputusan dan tanggung jawab.

IV
Maka dapat diasumsikan bahwasanya penyesuaian diri ada hubungan
dengan stres akademik mahasiswa rantau, yang mana ketika individu dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik maka kemungkinan untuk mengalami stres
akademik tergolong rendah dan sebalinya jika individu kurang baik dalam
penyesuaian dirinya maka berkemungkinan individu tersebut mengalamai stres
akademik.

BAB III

METODE PENELITIAN

IV
3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:2) “Metode penelitian pada dasarnya merupakan


cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kolerasi
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan penyesuaian diri dengan stres
akademik mahasiswa rantau Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019
Universitas Sriwijaya. Arikunto (2014: 4) teknik penelitian korelasional
merupakan penelitan yang dimana untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau juga dapat lebih dari dua variabel tanpa melakukan tambahan atau
manipulasi terhadap data yang didapat.

Menurut Sugiyono (2017:8) mengemukakan :

“Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada


filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”

Menurut Sugiyono (2017:35) “Metode penelitian deskriptif ini dilakukan


untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada set variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat
perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain”.
Metode deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan hubungan yang lebih
mendalam antara dua variabel melalui cara mengamati aspek – aspek tertentu

IV
secara spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang
ada dengan tujuan penelitian yang mana data tersebut diolah, dianalisis, dan
diperoses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data
tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2013) variabel merupakan suatu penelitian atau apa


yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.Sementara, menurut Sugiyono
(2018:38) “variabel penelitian adalah pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam penelitian ini memiliki satu variabel indepeden dan satu variabel dependen.
Sugiyono (2018:39) variabel independen atau sering disebut dengan variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya
variabel dependen. Sedangkan, variabel dependen atau yang lebih sering disebut
dengan variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya varibel bebas.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel X : Penyesuaian Diri (Variabel Indepenen)


2. Variabel Y : Stres Akademik (Variabel Dependen)

3.3 Definisi Operasional Variabel


3.3.1 Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk dapat menguasai tekanan
akibat dorongan kebutuhan serta menyelaraskan hubungan individu dengan
realitas agar terciptanya keharmonisan diri sendiri dan lingkungannya. Adapun
aspek-aspek penyesuain diri yaitu :

IV
1. Penyesuain pribadi yaitu berkaitan dengan penyesuain diri fisik, emosi dan
moral serta religius.
2. Penyesuain sosial yaitu berkaitan dengan penyesuain terhadap lingkungan
tempat kos, kampus dan pembelajaran di dunia perkuliahan.

3.3.2 Stres Akademik


Stres akademik merupakan suatu keadaan dimana individu merasa adanya
tuntutan atau tekanan dalam bidang akademik yang berasal dari lingkungan untuk
mencapai prestasi akademik yang tinggi. Adapun aspek-aspek stres akademik
yaitu :
- Aspek Fisikal yaitu keadaan stres berupa gejala fisik seperti, sakit kepala,
gangguan tidur, gangguan makan dan produksi keringat yang berlebih.
- Intelektual yaitu stres yang menggangu proses berpikir seseorang seperti
mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi dan pikiran
kacau.
- Emosional yaitu menganggu kestabilan emosi seseorang seperti mudah
tersinggung, gelisah, dan memiliki kecemasan yang berlebihan.
- Interpersonal yaitu keadaan stres yang menimbulkan masalah dalam
hubungan interpersonal seperti menutup diri secara berlebih, mendiamkan
orang lain dan senang mencari kesalahan orang lain.

3.4 Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2018:215) “Dalam penelitian kuantitatif, dalam
penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sementara, Arikunto (2013) Populasi merupakan keseluruhan objek dalam
penelitian. Maka dari itu apabila ditemukan seseorang ingin meneliti seluruh

IV
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian yang dilakukan ialah
penelitian populasi. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini ialah
Mahasiswa Rantau Angkatan 2019 Bimbingan dan Konseling Universitas
Sriwijaya yang berjumlah :

3.3 Tabel Jumlah Mahasiswa Rantau Bimbingan & Konseling 2019


No. Angkatan Jumlah Mahasiswa
1 2019 Indralaya 11 Mahasiswa
2 2019 Palembang 28 Mahasiswa
Jumlah 39 Mahasiswa

Menurut Arikunto (2012:104) Jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, akan tetapi jika populasinya
lebih besar dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasinya. Berdasarkan penelitian ini peneliti mengambil 100% jumlah
populasi yang ada pada mahasiswa rantau Bimbingan dan Konseling 2019 yaitu
sebanyak 39 responden hal ini karena, jumlah populasinya tidak lebih besar dari
100 responden.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Sriwijaya Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Jl. Raya Palembang – Prabumulih KM. 32 Indralaya
Ogan Ilir Sumsel. Telp. (0711) 580303 dan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya KM. 5 Palembang Telp. (0711)
410280.
3.5.2 Waktu Penelitian

IV
Waktu pelaksanaan ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2019/2020 Bimbingan dan Konseling Angakatan 2019 pada kelas
Indralaya dan Palembang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2012:224) teknik pengumpulan data adalah langkah
yang paling strategis dalam penelitian dengan tujuan utama dari penelitian ini
adalah mengumpulkan data. Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan
angket atau kuisioner. Sugiyono (2018:142) “kuisioer merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Sedangkan instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Menurut Sugiyono (2018:93) mengemukakan :
“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan”.
Dalam penelitian ini instrumen memiliki pernyataan-pernyataan yang
tujuannya untuk melihat bagaimana hubungan penyesuaian diri dengan stres
akademik mahasiswa rantau angkatan 2019 Bimbingan dan Konseling.
Bahwasannya mahasiswa akan memberi tanda checklist () pada setiap
pertanyaan yang ada dengan pilihan alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju(TS), Sangat Tidak Setuju(STS).
Pada setiap alternatif jawaban memiliki skor yang dijumlahkan oleh peneliti
berdasarkan jenis item positif (+) dan item negatif (-) untuk item positif (+) format
skor dimulai dari angka 5,4,3,2, dan 1 sedangkan pada item negatif (-) format skor
dimulai dari angka 1,2,3,4, dan 5.

3.4 Tabel Format Penilaian Skala Likert

IV
Pilihan Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Kurang Setuju (KS) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

3.6.1 Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono (2018: 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen
penelitian ini ada dua variabel yaitu instrumen penyesuain diri dan stres
akademik.

3.5 Tabel Blue Print Skala Penyesuian Diri


Variabel Sub Indikator Item Jumla
Positif Negatif
Variabel h
Penye- Penyesuain 1. penyesuain 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10,27 11
suaian Pribadi diri fisik
Diri
2. penyesuain 11,12,13,17, 14,15,16,30 9
diri moral 18
dan religius
Penyesuain 1. Penyesuain 21,22,24,31 19,20,23,25,2 9
Sosial diri terhadap 6
lingkunagn
tempat kos
2. penyesuain 28,32,34,35 29,33,36,42 8

IV
diri terhadap
lingkungan
kampus
3. penyesuain 37,38,39 40,41 5
diri dalam
pembelajaran
di kampus
Jumlah 42

3.6 Tabel Blue Print Skala stres akademik


Item
Variabel Indikator Jumlah
Positif Negatif
Stres Fisikal 1,2,3,4,5 21,22,23,24 10
Emosional 26,27,28,29,30 6,7,8,9,10,11 10
Akademik
,31
Intelektual 12,13,14,15,16 32,33,34,35,36 12
Interpersonal 37,38,39,40 17,18,19,20 8
Total 40

3.7 Validitas dan Realibilitas

Menurut Sugiyono (2012: 175) validitas ialah ketetapan data yang akan
diukur, sedangakan reliabilitas adalah konsistensi dari data yang akan diukur
berkali-kali mendapatkan hasil yang sama. Sementara Sugiyono (2016)
mengungkapkan bahwa validitas ialah ketepatan anatara data yang terkumpul
dengan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya tertjsdi.
Arikunto (2013) mengemukakan bahwa seluruh instrumen dapat dikatakan
valid jika dapat mengungkapakan data dari variabel yang diteliti secara
cermat.

IV
Dari penjelasan diatas, uji validitas yang pasti untuk instrumen penelitian
iniadalah validitas internal. Validitas internal dicapai jika terdapat kesesuaian
dengan bagian-bagian instrumen secara menyeluruh. Pada pengujian ini
hanya menganalisi keseluruhan instrumen dengan point-point dan faktor-
faktor penyusun instrumen tersebut. Hasil uji coba ini dihitung menggunakan
rumus kolerasi product moment yaitu sebagai berikut :

N Σ xy −( Σx ) ( Σy)
rxy =
√¿¿

Keterangan :

rxy = Validitas instrumen (koefisien korelasi)

N = Jumlah responden

X = Skor butir soal

Y = Skor total soal

ƩX = Jumlah Skor butir soal

ƩY = Jumlah skor total skor

IV
ƩX2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

ƩY2 = Jumlah kuadrat skor total soal

Menurut Azwar (2012:111) “realibilitas ialah mengacu kepada


keterpercayaan atau konsisten hasil ukur”. Realibilitas merupakan suatu
instrumen hanya dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebai alat
pengumpulan data sebab data instrumen tersebut telah baik. Dalam penelitian
ini menggunakan model skala Likert yang mana data yang diperoleh ialah
data interval. Data internal adalah data yang memiliki jarak yang sama namun
tidak memliki nilai nol absolut (mutlak). Untuk mencari realibilitas instrumen
yang berbentuk skala yang dapat digunakan dengan rumus Alpha. Sugiyono
(2017: 276) pengujian realibilitas melalui Koefisien Alfa dilakukan untuk
jenis data interval.

Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut :

K ∑ Si2
(
r 11 =
K −1)(
1− 2
Sx )
Keterangan :
r11 = Reabilitas instrumen
K = Banyak butir pertanyaan
Ʃsi2 = Jumlah varian butir
ƩSx2 = Jumlah Varians total

IV
3.8. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2018: 147) “teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik
yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik
ddeskriptif, dan statistik inferensial”. Adapun tujuan dari analisis data ialah
untuk menyederhanakan semua data yang telah terkumupul dan selanjutnya
menyajikan kembali dalam bentuk/susunan yang sistematis.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kolerasi, yang
mana bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dalam penelitian
atau melihat hubungan dari dua jenis variabel yang diteliti serta untuk
mengetahui derajat hubungan antara variabel x (Penyesuain Diri) dengan
Variabel y (Stres Akademik). Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien
kolerasi untuk menginterpretasikan koefisien kolerasi dapat menggunakan
tabel kriteria pedoman yang tertera dalam buku Sugiyono cetakan ke-28
(2018) yaitu sebagai berikut :
3.7. Tabel Pedoman Interprestasi Koefisien Kolerasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 -0,19 Sangat Rendah
0,2-0,39 Rendah
0,4-0,59 Sedang
0,6-0,79 Kuat

IV
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahmat. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Gorontalo: Ideas Publishing.

Afrinandli dkk. 2013. Moctar Naim Merantau Sepanjang Masa. Jakarta:


Komunitas Bambu.

Adiwaty, M., R., & Fitriyah, Z. 2015. “Efektivitas strategi penyesuaian mahsiswa
baru pada proses pembelajaran di perguruan tinggi”. Jurnal NeO-Bis, 9(1),
87-97.

Agolla, J.E & Ongori, H. (2009. “An Assament of academic stress among
undergraduate students”. Academic journals, Educational research and
review.

Alvin. 2007. Handling Students Stress. Jakarta: Gramdia.

Azwar, Saifudin. 2011. Realibilitas dan Validitas Ed. 1. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Bart, Smet, (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Christyanti dkk. 2010. “Hubungan anatara Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan


Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya”. jurnal Insan, vol. 12 (3), 153-159.latar

Desmita. 2011. Psikologis perekembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Feldman, Robert S. 2012. Pengantar Psikologi Edisi10 Buku 2. Jakarta: Salemba


Humanika

Fuad H. Ihsan. 2005. Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Puspa Swara.

IV
Ghufron M. N & Rini. 2012. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hardjana, Agus M. 2002. Pekerja Profesional: Pribadi, sikap, dan cara


kerjanya.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kadapati, M., & Vijayaxmi, A.H.M. (2012) . “Stessors of academic stress – A


study on Pre- University Students”. Indian Journal of Scientific Research, 3,
171-175.

Mudhovosi, P. 2012. “Social and Academic Adjustment of First-yearuniversity


student”. Journal Departement of Psychology, 33(2), 251-259.

Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi dkk. 2016. “The Role Of Parent-Chid relantionship, Self-Esteem,


Academic Self-Efficacy to Academis Stres”. Social and Behavioral Sciences,
217. 603-608. doi: 10.1007/j.sbspro.2016.02.063

Myres, D. G. 2012. Social Psyhologi Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba


Humanika

Nasution, M.E., dan Usman, H. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta.


Lembaga Penerbit FEUI

Olenjnk, S, N & Holschuh, J, P. 2007. Colloge Rules ! How to Study, Survive,


and Succed in College (2ndEdition). New York: Teen Speed Ppress

Robbins & Judge. 2013. Perilaku Organisasi: Organizational Behavior Buku 2-


12/E. Jakarta:Salemba Empat

S. Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

_________. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

_________. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktis, edisi revisi


2014. Jakarta: Rineka Cipta.

IV
Sarafino, E. P., dan Smith, T.W. 2012. Health psychologi: Biopsychosocial
interaction 8th edition. Asia: John Wiley & Sons.

Santrock, J. W. 2012. Lifesan Development Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

_______. 2017. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

______. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandunng:


Alfabeta

Ulimaz A. R. 2017. “Hubungan antara Penyesuaian Diri dan Stres Akademik


pada Mahasiswa Farmasi semester 2 UNISSULLA”. Skripsi. Semarang:
Universitas Islam Sultan Agung.

IV
LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Skala Psikologis Penyesuain Diri

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S KR TS STS
1 Saya dapat menyesuaikan keadaan
kondisi fisik saya dengan lingkungan
2 Saya dapat mengendalikan emosi ketika
sedang ada perdebatan dengan teman
saya
3 Saya merasa senang mempunyai banyak
teman dari berbagai daerah
4 Saya selalu merasa tenang, walaupun
lingkungan sekitar berisik
5 Saya selalu semangat tinggal yang jauh
dari rumah saya
6 Saya merasa terintimidasi ketika masuk
lingkungan yang baru
7 Saya merasa takut jika tidak memliki
teman dilingkungan yang baru
8 Saya merasa sulit untuk hidup di
perantauan
9 Saya sering sakit-sakitan di lingkungan
yang baru
10 Saya tersinggung ketika ada teman baru
saya yang berteman dengan yang lain
11 Saya tetap melaksanakan kewajiban
beribadah walaupun dilingungan yang
baru
12 Saya menolak jika ada teman baru yang
mengajak saya melakukan hal yang
diluar dari ajaran agama
13 Saya bersapa dan bersalaman ketika
bertemu dengan orang yang lebih tua dari

IV
saya
14 Saya mengangap agama teman saya tidak
baik
15 Saya tidak mau menyapa terlebih dahulu
kepada teman baru
16 Saya ikut-ikutan teman saya tidak
menjalankan ibadah ketika asik kumpul
bersama
17 Saya berbicara dengan sopan kepada
siapapun
18 Saya belajar untuk bersikap
menyesuaikan dengan budaya setempat
19 Saya tidak memperdulikan orang lain
ketika dia butuh pertolongan
20 Saya acuh tak acuh kepada tentangga
kosan
21 Saya menjenguk teman sekitar kosan
saya ketika sakit
22 Saya menyapa tetangga kosan saya dan
berbincang –bincang
23 Saya sering termenung dan berdiam diri
menghabiskan waktu luang di kos
24 Saya banyak memiliki teman baru di
lingkungan kosan
25 Saya kurang suka mengikuti kegiatan di
kosan
26 Saya merasa tidak nyaman berada di
lingkungan kosan
27 Saya sering memendam emosi dengan
teman saya disaat teman saya bercenda
berlebihan
28 Saya memiliki banyak aktifitas untuk
mengisi waktu luang
29 Saya hanya berteman dengan sesama
jenis ketika di kelas
30 Saya selalu berdoa mengawali hari dan

IV
kegiatan saya walaupun jauh dari oarang
tua
31 Saya sering menghabiskan waktu
bersama teman-teman kos
32 Saya dekat atau akrab dengan dosen-
dosen
33 Saya tidak ingin tahu atau tidak pernah
mengelilingi kampus
34 Saya mematuhi aturan kampus yang
berlaku
35 Saya banyak mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan di kampus
36 Saya sulit akrab dengan teman-teman
baru di perkulihan
37 Saya senang kerja kelompok dengan
teman-teamn baru
38 Saya dapat mengikuti pembelajaran di
kelas dengan baik
39 Saya sering berbincang-bincang dengan
kakak tingkat mengenai materi di kampus
40 Saya merasa tertekan dengan aturan
pembelajaran yang ada di kampus
41 Saya sering tidak nyaman belajar baik di
kos maupun kampus
42 Saya tidak berminat untuk mengikuti
kegiatan kampus ataupun organisasi

Lampiran 2. Instrumen Skala Psikologis Stres Akademik

No Pernyataan Pilihan Jawaban


SS S KS TS STS
1 Saat banyak tugas yang belum di
kerjakan saya merasa pusing
2 Nafsu makan saya menjadi tidak
stabil, saat banyak tugas deadline

IV
3 Saya merasa mudah lelah ketika
banyak tugas yang harus dikerjakan
4 Ketika dosen mengajukan pertanyaan
kepada saya, detak jantung saya
berdebar lebih kencang dari biasanya
5 Saya merasa lemas ketika banyak
kegiatan kampus
6 Saya merasa unggul atau lebih
berprestasi dibandingkan teman-
teman dikelas
7 Saya selalu membaca ulang materi
yang diajarkan sepulngnya dari
kampus
8 Saya tetap fokus walaupun dosen
menerangkan materi dengan cepat
9 Saya selalu memberi kritik dan saran
serta bertanya kepada teman yang
presentasi
10 Saya mudah memahami dan
mengingat materi yang dosen
jelaskan
11 Saya selalu memberikan alternatif
solusi saat ada perdebatan pada
kelompok saya
12 Saya merasa gelisah saat ujian yang
materinya menurut saya sulit
13 Saya merasa malu jika mendapatkan
nilai tugas/ujian rendah
dibandingakn teman-teman di kelas
14 Saya merasa takut saat dosen yang
mengajar galak
15 Saya merasa sangat panik saat tugas-
tugas banyak yang belum
diselesaikan
16 Saya merasa kesal kepada dosen

IV
yang memberikan banyak tugas
17 Sayapercaya bahwa teman-teman
saya mengerjakan soal ujian tidak
menyontek
18 Saya berusaha membantu teman-
teman saya dalam mengerjakan
tugas, walaupun tugas saya juga
belum selasai
19 Saat ada janji saya selalu menepati
walaupun tugas saya banyak yang
belum dikerjakan
20 Saya sering berkumpul dengan
teman-teman saya agar tidak merasa
kesepian
21 Saya merasa santai saja ketika
sedang banyak tugas
22 Saya dapat mengontrol pola makan
saya saat tugas menumpuk
23 Saya merasa detak jantung saya
stabil ketika dosen mengajukan
pertanyaan
24 Saya menganggap tugas apapun yang
diberikan dosen bukan beban yang
berat
25 Saya sangat antusias mengikuti
berbagai kegiatan yang ada di
kampus
26 Saya merasa kemampuan yang saya
miliki tidak sebagus teman-teman di
kelas
27 Saya merasa kesulitan untuk
memberikan masukan kepada teman
saya yang mengalami masalah
28 Saya mengalami kesulitan dalam
memahmi soal-soal ujian atau tugas

IV
yang diberikan oleh dosen
29 Saya kurang berkontribusi saat
teman presentasi
30 Saya merasa mudah lupa dengan
materi yang telah dipelajari
31 Saya merasa sulit untuk
berkonsentrasi dalam memahami
materi pelajaran sekaligus
32 Saya merasa tertantang ketika dosen
mengajukan pertanyaan kepada saya
33 Saya selalu bersikap tenang ketika
ada banyak tugas dari dosen
34 Saya merasa biasa saja ketika
mendapatkan nilai yang rendah
35 Saya tetap bersikap tenang saat
mengerjakan tugas deadline
36 Ketika diadakan ujian dadakan saya
tetap merasa tenang
37 Saya mengabaikan teman yang
bertanya kepada saya saat sibuk
mengerjakan tugas
38 Saya merasa bahwa teman-teman
satya curang dalam mengerjakan
ujian di kelas
39 Saya sering membatalkan janji
kepada teman saya ketika tugas saya
belum terselesaikan
40 Saya lebih suka menyendiri dari pada
berkumpul dengan teman-teman saya

IV

Anda mungkin juga menyukai