Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segalah
ridho, rahmat, dan hidayahnya sehingga Makalah Kesehatan Bank ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Makalah ini ini kami buat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan.
Makalah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk hal
tersebut maka saya sampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Nugraha, DR., SE. AKT, M.Si sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Perbankan
2. Teman-teman Pendidikan Akuntansi yang telah membantu atas terselesaikannya
makalah ini
3. Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Seperti halnya pepatah Tak Ada Gading yang Tak Retak, saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya.

Bandung, Juni 2012

Penyusun

1|Kesehatan Bank
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
KAJIAN TEORI....................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Kesehatan Bank.........................................................................................................4
2.2 Manfaat pentingnya Penilaian Kesehatan Masyarakat.................................................................4
2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Metode CAMELS................................................................4
2.4 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank..................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................13
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................13
3.1 Analisis Pada Bank Lippo..........................................................................................................13
3.1.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS...............................13
3.1.2. Perhitungan /Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital)............................................13
3.1.3. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Kualitas Asset ( Asset quality ).........................18
3.1.4. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Rentabilitas ( Earning )....................................21
3.1.5. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Likuiditas ( Liquidity )......................................24
3.1.6. Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS.............................27
3.2 Analisis Pada City Bank............................................................................................................28
3.2.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS...............................28
3.2.2 Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS..............................38
BAB IV...............................................................................................................................................40
PENUTUP...........................................................................................................................................40
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................41

2|Kesehatan Bank
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai
dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu
pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank
bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana
keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara
berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan
penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi antara lain dari
laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar rincian surat berharga
yang dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan, daftar rincian
penyertaan, daftar rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus dilaporkan
kepada Bank Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan penulisan makalah ini adalah :
1. Apa devinisi dari kesehatan bank?
2. Bagaimanakah suatu Bank bisa dikatakan sehat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui devinisi dari kesehatan Bank
2. Untuk menganalisis kesehatan suatu Bank di indonesia.

3|Kesehatan Bank
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan Bank


Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut
dapat melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan
aspek likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan
Undang–undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank
dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas
Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank.

2.2 Manfaat pentingnya Penilaian Kesehatan Masyarakat.


Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang
mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, Penilaian tingkat
kesehatan bank sangat penting dan bermanfaat karena merupakan tolok ukur bagi
manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan
ketentuan perbankan yang sehat dan juga sebagai tolok ukur untuk menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun secara perbankan.

2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Metode CAMELS


Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, bank dan
pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina
dan Pengawas bank. Semua dengan tanggung jawab masing – masing pihak tersebut
perlu untuk menyatukan diri bersama – sama berupaya untuk mewujudkan perbankan
yang sehat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan tata cara penilaian Tingkat Kesehatan
Bank yang sebelumnya oleh Bank Indonesia telah diatur dalam Surat Edaran kepada
semua bank Umum di Indonesia No. 30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 yang diubah
dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
1998.

4|Kesehatan Bank
Pada Tahun 2004 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 38, Tambahan
Lembaran Negara No. 4382 ). Perubahan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan
bahwa semakin pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang perbankan yang
berpengaruh pada meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil resiko yang dimilki
bank. Semakin meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimiliki
bank serta perubahan metodologi penilaian kondisi bank yang diterapkan secara
internasional akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank
merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor Permodalan, Kualitas Asset,
Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian
terhadap faktor – faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitaif dan atau kualitatif
setelah memperkembangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari faktor – faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti
kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional ( Surat Edaran Bank Indonesia
No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tgl 12 April 2004 mengenai
sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum (Lembaran Negara No. 4382 ). Pada
dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian terhadap hasil usaha
bank dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan digolongkan dalam lima
peringkat komposit masing – masing faktor. Adapun kriteria penetapan peringkat
komposit tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Tujuan
penilaian dari masing – masing komponen CAMELS adalah :
1. Capital ( Modal )
Penilaian tehadap faktor permodalan ini dilakukan mengingat kecukupan modal
sangat diperlukan guna kelangsungan operasional bank sehari – hari. Dimana
modal digunakan sebagai penyangga apabila sedang mengalami kerugian.
2. Asset ( Aktiva )
Penilaian tehadap faktor ini dilakukan karena Kualitas asset merupakan salah satu
aspek terpenting yang mempengaruhi pasar pendapatan bunga. Pengelolaan asset
yang baik meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat dipercaya dan penerapan
pengendalian kredit.

5|Kesehatan Bank
3. Management ( Manajemen )
Penilaian terhadap faktor manajemen ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran
Direksi dan Komisaris dalam menetapkan kebijakan manajemen resiko, mengawasi
pelaksanaannya, kualitas sistem Informasi Manajemen, sistem Pengawasan
internal, strategi jangka pendek, menengah dan panjang, masalah kepemimpinan
termasuk upaya penyediaan kader pemimpin. Penilaian manajemen cenderung
bersifat subjektif dan kualitatif dan perlu dicarikan kesepakatan untuk mengurangi
terjadinya beda pandang antara pemeriksa dan objek yang diperiksa.
4. Earnings ( Rentabilitas )
Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini dilakukan untuk mengukur kemampuan
bank untuk menetapkan harga yang mampu untuk mengcover seluruh biaya. Laba
memungkinkan bank tumbuh. Selain besar laba yang dihasilkan, kualitas dan
sumber laba juga menjadi objek penelitian. Laba yang dihasilkan secara stabil dan
tumbuh secara konsisten memberi nilai tambah.
5. Liquidity ( Likuiditas )
Penilaian terhadap faktor likuiditas ini dilakukan mengingat aktiva bank
kebanyakan bersifat secara tidak liquid dengan sumber dana dengan jangka waktu
lebih pendek. Oleh sebab itu likuiditas digunakan untuk mengukur kapabilitas bank
dalam memenuhi kewajibannya terutama jangka pendek dan jangka panjang.
6. Sensitivity to Market Risk ( Sensitivitas terhadap resiko pasar )
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar ini dilakukan untuk
melihat bagaimana pergerakan faktor pasar dalam hal ini suku bunga dan nilai
tukar yang akan memperngaruhi perolehan NIM dan nilai modal ekonomis, dimana
penilaian ini bukan hanya sekedar berdasarkan data yang lalu tapi juga
memperhatikan kondisi yang akan datang.
Penilaian dari masing – masing komponen CAMELS yang terdiri dari Capital, Assets,
Management, Earning, Liquidity, Sensitivy to Market Risk dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut ( Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) :
1. Permodalan ( Capital )
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut :
a. Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku.

6|Kesehatan Bank
Penilaian dilakukan untuk menilai kecukupan tingkat modal yang dimiliki bank
untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan usaha bank
Sentral untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Semakin besar rasio
mengidentifikasikan bahwa bank semakin Solvable.
b. Komposisi Permodalan
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Modal Inti (tier1) dengan
Modal Pelengkap (tier 2 ) dan Modal tambahan (tier 3). Semakin besar modal inti
dibandingkan dengan modal pelengkap mengindikasikan bank memiliki buffer
( real capital ) yang lebih kuat untuk menyerap potensi kerugian.
c. Trend ke depan / proyeksi KPMM
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah ekspansi usaha bank yang antara
lain dicerminkan oleh pertumbuhan eksposur risiko (ATMR) yang didukung oleh
tingkat kecukupan modal bank. Sejalan dengan tujuan umum perbankan yaitu
bank ingin mengembangkan produk dan jasanya guna ekspansi perusahaan. Salah
satu produk utama perbankan adalah penyaluran kredit dengan memperbanyak
jumlah kredit yang diberikan sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif yang
mempunyai risiko juga naik. Hal ini akan memberi dampak kepada laba bank.
d. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam
mengcover kerugian akibat dari memburuknya penanaman dana bank pada
Aktiva Produktif. Memburuknya Aktiva Produktif ini dikarenakan adanya
penggolongan kolektibilitas kredit. Pengukuran terhadap penggolongan Aktiva
Produktif antara lain adalah ketetapan pembayaran kembali pokok dan bunga
bank serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan
kredit.
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penanaman modal yang berasal dari
keuntungan ( Laba ditahan )
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan
penambahan modal bank yang berasal dari hasil usaha ( self generating funds ).
f. Rencana Permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah rencana ekspansi usaha bank
yang antara lain dicerminkan oleh pertumbuhan volume usaha ( total aset ) yang
didukung oleh rencana pertumbuhan modal.
g. Akses kepada sumber permodalan

7|Kesehatan Bank
Penilaian ini dilakukan untuk menilai tingkat kemudahan baik dalam memperoleh
modal dari sumber – sumber permodalan atau melalui pasar modal.
h. Kinerja Keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank
Penilaian ini dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan pemegang saham
bank dalam meningkatkan permodalan bank. Penilaian ini juga meliputi
komitmen pemegang saham terutama dalam rangka meng-excerase letter of
comfort sebagaimana diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku.
2. Kualitas Asset ( Assets )
Penilaian terhadap faktor aset meliputi penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut :
a. Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva
Produktif.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui tingkat permasalahan Aktiva
Produktif yang dihadapi bank termasuk kinerja manajemen risiko kredit.
b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat konsentrasi pemberian
kredit kepada debitur tertentu.
c. Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah / non performing asset dibandingkan
dengan Aktiva Produktif
Penilaian pada komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan kinerja
Aktiva Produktif bermasalah selama 12 bulan terakhir. Hal ini juga berkaitan
dengan kinerja manajemen bank yang tidak optimal dalam mengelola Aktiva
Produktifnya. Hal yang perlu diperhatikan bank adalah menjaga kualitas Aktiva
Produktifnya agar terhindar dari kelompok Aktiva Produktif yang bermasalah
agar dapat menjalankan proyek perbankan yang sehat.
d. Tingkat Kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP)
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan Penyisihan Pengapusan
Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk guna menutup kemungkinan
kerugian yang ditimbulkan oleh Aktiva Produktif.
e. Kecukupan kebijakan dan Prosedur Aktiva Produktif
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan dan penerapan
kebijakan dan prosedur Aktiva Produktif bank dalam menunjang kegiatan usaha
bank.

8|Kesehatan Bank
f. Sistem Kaji Ulang (review) internal terhadap Aktiva Produktif
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan konsistensi
penerapan sistem kaji ulang internal bank, serta kecukpan cakupan cakupan
laporan yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari hasil ini diharapkan bank
memiliki sistem kaji ulang yang memadai, komprehensif, dilakukan secara
berkala dan konsistensi oleh pihak yang independent yang ditunjuk serta
menghasilkan laporan yang informative agar bisa ditindak lanjuti hasil laporan
tersebut secara konsisten.
g. Dokumentasi Aktiva Produktif
Penilaian komponen in dilakukan untuk menilai kecukupan sistem dokumentasi
bank dalam mendukung kegiatan usaha bank. Hal ini sangant penting dalam
kegiatan usaha bank karena data dokumen tersebut merupakan bukti
dilakukannya transaksi, pemberian kredit, dan hal – hal lain dalam kegiatan usaha
perbankan.
h. Kinerja Penanganan Aktiva Produktif (AP) bermasalah.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja work out unti dalam
memperkecil potensi kerugian bank dari risiko audit. Apabila terjadinya indikasi
adnya AP bermasalah bank seharusnya melakukan tindakan restrukturas, agar AP
bermasalah tersebut kembali pulih sehingga dapat dikategorikan kembali ke
dalam golongan kolektibilitas lancar.
3. Manajemen ( Management )
Penilaian terhadap faktor manajamen meliputi penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut :
a. Manajemen Umum
Penilaian komponen manajemen umum ini dilakukan untuk melihat apakah bank
telah melakukan praktek Good Corporate Governance.
b. Penerapan sistem manajemen risiko
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen
risiko dalam rangka pengendalian terhadap risiko – risiko yang dihadapi oleh
bank.

9|Kesehatan Bank
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank
Indonesia atau pihak lain.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat kapatuhan bank terhadap
ketentuan yang berlaku serta komitmen pengurus bank terhadap Bank Indonesia
serta otoritas lainnya.
4. Rentabilitas ( Earnings )
Penilaian terhadap faktor Rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut :
a. Return on Asset (ROA)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan manajemen atas
seluruh aktivitasnya dalam menghasilkan laba.
b. Return on Equity (ROE)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur peranan tingkat laba terhadap
modal bank. Rasio ini semakin besar mengindiksikan kemampuan modal dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin baik.
c. Net Interest Margin (NIM)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui margin bunga atau
kemampuan pendapatan bunga menutupi beban bunga, pembentukan cadangan
sekaligus return terhadap rata –rata total asset.
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan Operasional (BOPO).
Penilaian ini dilakukan utnuk mengukur kemampuan pendapatan operasional
dalam menutupi biaya operasional.
e. Perkembangan laba Operasional
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan laba operasional
selama 12 bulan terakhir guna mengukur kinerja bank dalam menghasilkan laba
perusahaan.
f. Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan Diversifikasi pendapatan.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kesesuaian antara komposisi
Aktiva Produktif bank dengan komposisi pendapatannya.
g. Penerapan prinsip Akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai konsistensi dan kesesuaian
antara penerapan sistem akuntansi yang telah dilakukan bank dengan standar
akuntasi yang berlaku.

10 | K e s e h a t a n B a n k
h. Prospek Laba Operasional
Penilaian komponen ini dilakukan agar dapat menilai bank dalam
memproyeksikan laba operasional dalam kurun waktu tertentu di masa depan,
melalui rencana bisnis yang telah dibuat. Bank membuat rencana bisnis selama 3
tahun ke depan dengan memperhatikan aspek makro dan mikro seperti kondisi
ekonomi, trend bisnis perbankan dan faktor penunjang lainnya.
5. Likuiditas ( Liquidity )
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen sebagai
berikut :
a. Aktiva Liquid kurang dari 1 bulan dibandingakn dengan pasiva liquid kurang dari
1 bulan
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar
dalam memenuhi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo
b. 1 month maturity mismatch ratio
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja Asset an Liabilities
management/ALMA dalam mengelola asset dan kewajibannya dilakukan dengan
memonitor ada tidaknya mismatch terhadap asset dan kewajiban bank.
c. Loan to Deposito Ratio (LDR)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kredit yang
diberikan yang dibiayai oleh dan pihak ketiga.
d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank dalam
pengelolaan cash in dan cash out guna pengelolaan likuiditas bank.
e. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat ketergantungan
pendanaan bank
f. Kebijakan dan pengelolaan Likuiditas (Asset and Liabilities management /ALMA)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kebijakan yang telah dibuat
oleh manajemen dalam pengelolaan terhadap risiko asset perbankan.
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal atau
sumber – sumber pendanaan lainya.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bank
dalam memperoleh akses sumber pendanaan di pasar baik jangka pendek maupun
jangka panjang, kemudian track record bank dalam pasar tersebut.

11 | K e s e h a t a n B a n k
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga selam 1 tahun periode yang berhasil dihimpun oleh bank, dan
kecenderungan pergerakan dana pihak ketiga yang ada di bank.
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar ( Sensitivity To Market Risk )
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap
komponen – komponen sebagai berikut :
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan Potensial Loss sebagai akibat fluktuasi (adversi movement)
suku bunga.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank
dalam menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari perubahan suku
bunga dalam berbagai kondisi perekonomian yang ada.
b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat (adversi movement) nilai tukar.
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank dalam menutup
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan nilai tukar.
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen
risiko pasar termasuk penerapannya untuk mengendalikan eksposur risiko pasar
yang ada pada bank.

2.4 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


No Faktor CAMELS Bobot
BPR BU
1 Permodalan 30% 25%
2 Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%
3 Kualitas Manajemen 20% 25%
4 Rentabilitas(Earning) 10% 10%
5 Likuiditas 10% 10%
6 Sensitivitas

12 | K e s e h a t a n B a n k
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Pada Bank Lippo

3.1.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS


Penilaian indicator kesehatan bank dengan menggunakan CAMELS dalam
penelitian ini dibatasi hanya membahas aspek Permodalan, Kualitas Asset,
Rentabilitas, dan likuiditas.
Masing – masing factor akan dievaluasi secara terpisah selama periode
triwulan pada periode Maret, Juni, September, Desember. Penilaian ini sesuai
dengan peraturan pada surat Edaran Bank Indonesia N0.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004. Pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia, disebutkan bahwa bank
wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia ini secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan
Desember

3.1.2. Perhitungan /Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital)


Analisis terhadap Faktor Permodalan Bank Lippo ini dilakukan berdasarkan
Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret sampai dengan Desember pada
tahun 2004 – 2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor ini.
Penilaian terhadap factor – factor permodalan ini dilakukan melalui penilaian
kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsure judgementi yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari factor-faktor penilaian serta
pengaruh dari factor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian
nasional.
Pada Aspek Permodalan ini rasio (Kriteria kuantitatif) yang digunakan adalah:
1. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau CAR
2. Komposisi Permodalan
3. Trend ke depan KPMM
4. Aktiva Produktif Yang DiKlasifikasikan dibandingkan dengan Modal Bank

13 | K e s e h a t a n B a n k
 Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku
Penilaian terhadap komponen ini dilakukan melalui perhitungan KPMM
atau CAR selama tiga tahun yaitu tahun 2004 – 2006 (untuk lebih jelas dapat
dilihat pada lampiran). Untuk mempermudah menganalisis, dapat dilihat – pada
gambar berikut ini:

Gambar 4.1 KPMM pada Bank Lippo (2004-2006)


Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa Bank Lippo pada Tahun
2004-2006 mempunyai rasio KPMM yang cukup jauh diatas ketentuan
minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Dan bila
dilihat dari grafik yang ada perubahan rasio KPMM cenderung stabil karena
peningkatan jumlah modal bank dan nilai ATMR juga stabil. Atas dasar analisis
tersebut maka penilaian peringkat komponen factor permodalan untuk Bank
Lippo saya simpulkan mendapat nilai peringkat 2 (dua ) yang mengindikasikan
keadaan permodalan Bank Lippo dari sisi KPMM adalah sehat.

14 | K e s e h a t a n B a n k
 Komposisi Permodalan
Penilaian terhadap komponen ini dilakukan melalui perhitungan komposisi
permodalan selama tiga tahun yaitu tahun 2004-2006 yang dapat dilihat pada
Gambar berikut :

Gambar 4.2 Grafik Komposisi Permodalan pada Bank Lippo (2004-2006)

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, Bank Lippo selama periode triwulan


2004-2006 mengalami fluktuasi komposisi permodalan yang cukup stabil dan
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah modal inti
Bank berbanding stabil dengan peningkatan modal pelengkap bank, sekalipun
diakhir tahun 2006 modal pelengkap bank mengalami peningkatan yang cukup
signnifikan bila dibandingkan dengan modal inti sehingga menyebabkan rasio
menurun cukup tajam. Atas dasar analisis ini, maka penilaian peringkat
komponen komposisi modal Bank Lippo dapat disimpulkan mendapat nilai
peringkat satu.

15 | K e s e h a t a n B a n k
 Trend ke depan /Proyeksi KPMM
Adapun penilaian komponen permodalan ini dapat dilihat pada Gambar di
bawah berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik Trend Proyeksi KPMM pada Bank Lippo (2004-2006)

Dari Gambar 4.3 diatas dapat disimpulkan, Bank Lippo memiliki rasio
KPMM untuk tiga tahun tetap lebih tinggi cukup signifikan bila dibandingkan
dengan ketentuan rasio KPMM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8
%. Trend ini mengindikasikan rasio KPMM Bank Lippo memiliki
kecenderungan meningkat, dapat dikatakan persentase pertumbuhan modal lebih
tinggi dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ATMR. Sehingga
penilaian peringkat komponen factor Trend ke depan / Proyeksi KPMM untuk
Bank Lippo dapat saya simpulkan mendapat nilai peringkat 2(dua).

16 | K e s e h a t a n B a n k
 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan Modal bank.
Perhitungan rasio pada penilaian komponen dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan APYD terhadap Modal Bank pada Bank
Lippo (2004-2006)
Dari Gambar 4.4 diatas selama Periode triwulan tahun 2004-2006, rasio
APYD terhadap modal bank pada Bank Lippo mengalami penurunan, hal ini
disebabkan jumlah Aktiva Produktif yang berpotensi untuk menimbulkan
kerugian mengalami kecenderungan menurun dan besarnya masih dapat dicover
oleh modal bank. Maka penilaian terhadap peringkat komponen ini dapat
disimpulkan mendapat peringkat 3 (tiga).

 Penilaian akhir terhadap factor permodalan


Penilaian akhir terhadap factor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil
yang telah di dapat dari masing – masing komponen (kuantitatif dan kualitatif)
factor permodalan ini. Hasil yang didapat secara garis besar untuk criteria
kuantitaif selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat
2(dua). Maka dapat disimpulkan hasil penilaian peringkat Faktor permodalan
untuk Bank Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006 berada pada
peringkat 2 (sehat) yang mengindikasikan “Tingkat modal Bank Lippo berada
lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada
di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 bulan mendatang”.

17 | K e s e h a t a n B a n k
3.1.3. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Kualitas Asset ( Asset quality )
Analisis terhadap factor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan
berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember
pada tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor
komponen kualitas asset ini.
Pada Aspek Kualitas Asset ini Rasio (Criteria Kuantitatif) yang digunakan adalah :
1. APYD dibandingkan dengan AP
2. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan denga Total Kredit
3. Perkembangan AP bermasalah dibandingkan dengan AP
4. Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP

 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva


Produktif
Semakin besar jumlah APYD maka hasil penilaian ini menghasilkan rasio
yang semakin besar. Hal ini mengidentifikasikan kualitas Aktiva Produktif dan
kinerja manajemen risiko kredit yang semakin buruk yang akhirnya dapat
menimbulkan kerugian pada bank.
Untuk lebih mudah dalam menganalisis Komponen Kualitas Aset ini dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.5 Grafik APYD terhadap Total Aktiva Produktif pada Bank Lippo
(2004-2006)
Dari Gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ini pada Bank
Lippo selama periode 2004-2006 cenderung mengalami penurunan. Pada awal

18 | K e s e h a t a n B a n k
periode tahun 2004 rasio berada di atas 3% namun di periode selanjutnya rasio ini
semakin menurun hingga berada dibawah 3%. Hal ini disebabkan Jumlah Aktiva
Produktif meningkat stabil, sedangkan jumlah APYD semakin menurun.
Berdasarkan analisis tersebut maka disimpulkan Bank Lippo mendapatkan nilai
peringkat 3 (tiga) yang mengindikasikan bahwa Bank telah berusaha untuk
mengurangi risiko yang ditimbulkan dalam risiko kredit dan usahanya cukup
berhasil.

 Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
Penilaian pada komponen ini tidak dapat saya lakukan karena data mengenai
jumlah kredit yang diberikan kepada debitur inti maupun jumlah debitur inti pada
bank Lippo merupakan data interen yang tidak dipublikasikan oleh pihak bank.
Oleh sebab itu penilaian komponen ini diabaikan dan tidak signifikan.

 Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah dibandingkan dengan Aktiva


Produktif
Untuk lebih jelas lagi dalam menganalisis komponen ini maka dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan AP bermasalah terhadap Aktiva Produktif


pada Bank Lippo (2004-2006)
Dari Gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ini pada Bank
Lippo selama periode 2004-2006 cenderung menurun. Perkembangan rasio
menjadi semakin rendah , hal ini mengindikasikan bahwa kinerja/ kualitas aktiva
Produktif yang semakin membaik karena mencapai sekitar dibawah 1%. Sehingga

19 | K e s e h a t a n B a n k
dalam penilaian komponen factor kualitas asset ini Bank Lippo mendapat nilai
peringkat 2 (dua)

 Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP


Analisis terhadap hasil yang diperoleh, semakin kecil rasio ini mengindikasikan
rendahnya kemampuan bank dalam menutup kemungkinan kerugian yang
ditimbulkan oleh Aktiva Produktif non Lancar. Untuk lebih jelasnya perhatikan
Gambar berikut ini :

Gambar 4.7 Grafik Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP pada Bank Lippo
(2004-2006)
Dari Gambar 4.7 diatas menunjukan bahwa Bank Lippo untuk periode
triwulan selama tahun 2004-2006 telah memiliki rasio PPAP yang dibentuk lebih
tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk dan berkisar di persentase 130% sampai
dengan 250% ,walaupun memiliki kecenderungan menurun tapi memiliki
persentase rasio yang baik yaitu > 105%. Oleh karena itu penilaian terhadap
komponen factor kualitas asset pada BankLippo dapat disimpulkan mendapat
nilai peringkat 2 (dua).

 Penilaian akhir Faktor Komponen Kualitas Asset


Penilaian akhir terhadap factor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil
yang telah di dapat dari masing – masing komponen(kuantitatif dan kualitatif)
factor permodalan ini. Namun karena pembatasan masalah dalam penelitian ini
dibatasi hanya menganalisis rasio perhitungan saja , maka yang dinilai hanya
komponen kuantitatif saja (penilaian berdasarkan rasio perhitungan).
Hasil yang didapat secara garis besar untuk criteria kuantitatif selama periode
triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2 (dua), karena tidak semua

20 | K e s e h a t a n B a n k
komponen kuantitatif dari factor ini dinilai sangat baik. Oleh karena itu penilaian
akhir untuk peringkat Faktor Kualitas Asset mendapat nilai peringkat 2 (dua) yang
mengindikasikan bahwa “Kualitas Asset baik namun terdapat minor deficiencies
yang tidak signifikan. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan
administrasi mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta di
dokumentasikan dengan baik”.

3.1.4. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Rentabilitas ( Earning )


Analisis terhadap factor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan
berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember
pada tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan factor
komponen kualitas asset ini.
Pada aspek Rentabilitas ini rasio (criteria Kuantitif) yang digunakan adalah :
1. Return On Asset (ROA)
2. Return On Equity (ROE)
3. Net Interest Margin (NIM)
4. Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Opersional (BOPO)

 Rasio Return On Asset (ROA)


Apabila rasio Return On Asset (ROA) semakin kecil ini mengindikasikan
kurangnya kemampuan bank baik dalam mengelola struktur aktiva maupun
meningkatkan pendapatan dan efisiensi menekankan biaya yang mempengaruhi
modal bank.
Untuk lebih jelas dalam menganalisis komponen ini, perhatikan gambar berikut ini :

21 | K e s e h a t a n B a n k
Gambar 4.8 Grafik Perkembangan ROA pada Bank Lippo (2004-2006)

22 | K e s e h a t a n B a n k
Dari Gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa pada periode triwulan maret ke
juni di tahun 2004 rasio ROA menurun cukup tajam dari 3.33% ke 0.80 %, namun di
periode selanjutnya rasio meningkat hingga mencapai di atas 1.25 %. Oleh karena
itu rasio ROA untuk Bank Lippo pada periode triwulan tahun 2004-2006 diberi nilai
peringkat 2(dua) yang mengindikasikan bahwa perolehan laba Bank Lippo tinggi.

 Return On Equity (ROE)


Semakin besar rasio ini mengindikasikan bahwa kemampuan modal dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin baik. Untuk lebih jelasnya
perhatikan Gambar berikut ini:

Gambar 4.9 Grafik Perkembangan ROE pada Bank Lippo (2004-2006)


Dari Gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio ROE pada
Bank Lippo cenderung stabil dan masih dinilai sangat tinggi karena diatas 12,5 %
walaupun pada awal triwulan tahun 2004 rasio menurun cukup tajam dari 104.48%
ke 25.83%. Dengan demikian maka nilai peringkat untuk komponen ini adalah
peringkat 1 (satu )

23 | K e s e h a t a n B a n k
 Net Interest Margin (NIM)
Penilaian komponen ini dapat secara jelas dianalisis dengan melihat Gambar berikut
ini :

Gambar 4.10 Grafik Perkembangan NIM pada Bank Lippo(2004-2006)


Dari Gambar 4.10 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan rasio NIM Bank
Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006 mengalami peningkatan dan
cenderung naik. Penilaian terhadap komponen ini diberi nilai peringkat 1 (satu)
karena Bank mampu menghasilkan marjin bunga bersih yang sangat tinggi (> 3%)
yang merupakan sumber pendapatan utama perbankan

 Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO)


Rasio BOPO yang semakin besar mengindikasikan kurangnya kemampuan
bank dalam menentukan biaya operasional serta dalam meningkatkan pendapatan
operasionalnya, yang akan menimbulkan kerugian karena bank dinilai kurang efisien
dalam mengelola usahanya.

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Beban Operasional terhadap Pendapatan


Operasional pada Bank Lippo (2004-2006)
Dari Gambar 4.11 di atas menunjukan bahwa Bank Lippo pada periode triwulan
tahun 2004-2006 memiliki rasio berkisar antara 70 % sampai dengan 80%, Hal ini

24 | K e s e h a t a n B a n k
mengindikasikan Bank memiliki tingkat efisiensi yang baik, Bank masih mampu
mengontrol baik biaya operasional maupun pendapatan operasionalnya. Oleh karena
itu untuk penilaian factor komponen rentabilitas ini mendapat nilai peringkat 2 (dua).

 Penilaian akhir faktor komponen rentabilitas


Penilaian akhir terhadap faktor ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil
yang telah di dapat dari masing – masing komponen (kuantitatif dan kualitatif) faktor
permodalan ini. Namun karena pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi
hanya menganalisis rasio keuangan saja , maka yang dinilai hanya komponen
kuantitatif saja (penilaian berdasarkan rasio perhitungan).
Hasil yang didapat secara garis besar untuk kriteria kuantitatif selama periode
triwulan tahun 2004-2006 adalah nilai peringkat 2 (dua). Jadi penilaian akhir untuk
peringkat Faktor Rentabilitas ( Earnings ) mendapat nilai peringkat 2 (dua) yang
mengindikasikan “ Secara umum kinerja rentabilitas baik. Kemampuan rentabilitas
tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal”.

3.1.5. Perhitungan / Analisis Faktor Komponen Likuiditas ( Liquidity )


Analisis terhadap faktor komponen kualitas Aset pada Bank Lippo dilakukan
berdasarkan Laporan Neraca bank periode triwulan dari Maret hingga Desember pada
tahun 2004-2006, beserta informasi lainnya yang terkait dengan faktor komponen
kualitas asset ini.
Pada Aspek Likuiditas ini rasio (kriteria Kuantitatif) yang digunakan adalah :
1. AL < 1 bulan dibandingkan dengan PL < 1 bulan
2. 1 Month Maturity Mismatch
3. Loan To Deposit Ratio (LDR)
4. Proyeksi Cash flow 3 bulan mendatang

 Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan
Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengukur kemampuan aktiva
lancar dalam memenuhi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Gambar berikut ini :

25 | K e s e h a t a n B a n k
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Aktiva Liquid <1bulan terhadap Pasiva Liquid <
1bulan pada Bank Lippo (2004-2006)
Dari Gambar 4.12 diatas dapat dilihat bahwa persentase perbandingan antara
aktiva liquid dan pasiva liquid Bank Lippo selama periode triwulan tahun 2004-2006
mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat, rasio yang dihasilkan berkisar antara
25% sampai dengan 45%, sehingga dapat disimpulkan nilai peringkat untuk
komponen Perbandingan Aktiva Liquid dengan Pasiva Liquid adalah peringkat 2
(dua) yang mengindikasikan bahwa Aktiva dan Pasiva Bank Lippo liquid.

 1 - Month Maturity Mismatch Ratio


Tujuan penilaian ini adalah untuk menilai kinerja assets and liabilities
management/ALMA dalam mengelola asset dan kewajibannya dilakukan dengan
memonitor ada tidaknya mismatch terhadap asset dan kewajiban bank. Untuk lebih
jelas perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 4.13 Grafik 1 Month Maturity Mismatch Ratio pada Bank Lippo (2004-2006)

26 | K e s e h a t a n B a n k
Dari Gambar 4.13 di atas dapat dilihat bahwa selama periode triwulanan tahun
2004-2006 Bank Lippo mengalami mismatch, grafik menunjukan rasio mengalami
kecenderungan terus menurun dan bernilai rendah walaupun di awal triwulan tahun
2005 rasio mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 14,24 % sampai dengan
42,73 %, tapi secara keseluruhan dapat di ambil kesimpulan bahwa Bank Lippo
memiliki rasio 1 month Maturity Mismatch yang semakin membaik. Oleh karena itu
penilaian untuk komponen factor likuiditas ini mendapat nilai peringkat 2 (dua)

 Loan to Deposito Ratio (LDR)


Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengetahui besarnya kredit yang
diberikan yang dibiayai oleh dana pihak ketiga. Untuk lebih jelas , perhatikan Gambar
berikut ini:

Gambar 4.14 Grafik Perkembangan LDR pada Bank lippo (2004-2006)


Dari Gambar 4.14 di atas dapat dilihat bahwa rasio LDR Bank Lippo
cenderung mengalami peningkatan, namun rasio LDR masih berkisar di bawah 50%.
Oleh karena itu untuk komponen ini dapat disimpulkan mendapat nilai peringkat 1
(satu).

 Proyeksi Cash Flow 3 bulan mendatang


Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank dalam
pengelolaan cash in dan cash out guna pengelolaan likuiditas bank. Proyeksi arus kas
ini dilakukan dengan melihat arus kas tiga bulan kedepan, masing-msing periode
penilaian.

27 | K e s e h a t a n B a n k
Gambar 4.15 Grafik Proyeksi Cash Flow 3 bulan mendatang pada bank Bank Lippo
(2004-2006 )
Dari Gambar 4.15 di atas menunjukan bahwa dalam periode triwulan tahun 2004-
2006 Bank Lippo mengalami fluktuasi rasio proyeksi cash flow yang tidak stabil.
Cash flow Bank Lippo mengalami arus kas negative, ini dialami di periode triwulan I-
triwulan II (Tahun 2004), Triwulan I,II,III (tahun 2006), dan melonjak diperiode
tahun 2005 sekalipun arus kas tidak negative tetapi rasionya sangat tinggi berada
diatas 35%. Dari penilaian diatas maka penilaian untuk peringkat komponene faktur
likuiditas ini, saya simpulkan mendapat peringkat 5 (lima) yang mengindikasikan
bahwa rasio proyeksi cash flow Bank Lippo sangat buruk atau negative.

 Penilaian akhir Faktor Likuiditas


Penilaian terhadap factor likuiditas dilakukan dengan mengkombinasikan hasil
yang telah didapat dari masing-masing komponen factor likuiditas ini. Hasil yang
didapat secara garis besar untuk criteria kuantitatif selama periode triwulan tahun
2004-2006 adalah nilai peringkat 2(dua). Oleh karena itu Penilaian akhir untuk factor
Likuiditas ini , saya simpulkan mendapat peringkat 3(tiga) yang mengindikasikan
bahwa secara umum kinerja likuiditas Bank Lippo cukup baik, kemampuan likuiditas
untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas
memadai, sekalipun ada 1 komponen yang dinilai tidak baik yaitu komponen proyeksi
cash flow.

3.1.6. Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS


Tahap terakhir dalam analisis tingkat kesehatan bank yaitu penentuan terhadap
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Metode CAMELS. Dari hasil penilaian
masing-masing factor CAMELS untuk masing-masing periode, analisis dilanjutkan

28 | K e s e h a t a n B a n k
pada penetapan kesimpulan peringkat tingkat kesehatan secara menyeluruh. Dalam
perhitungan masing-masing factor yang sudah dilakukan didapatkan nilai peringkat
untuk masing-masing factor CAMELS, yaitu sebagai berikut :
• Nilai peringkat Faktor Permodalan (Capital) : 2 (sehat)
• Nilai peringkat Faktor Kualitas asset (Asset) : 2 (Sehat)
• Nilai peringkat Faktor Rentabilitas (Earnings) : 2 (sehat)
• Nilai peringkat Faktor Likuiditas (liquidity) : 3 (cukup sehat)
Dari lampiran laporan hasil penilaian tingkat kesehatan bank dan pernyataan
di atas maka dapat di ambil kesimpulan penentuan tingkat kesehatan bank Pada Bank
Lippo,Tbk selama periode triwulan tahun 2004-2006 adalah Bank Lippo mendapat
nilai komposit akhir tingkat kesehatan Bank senilai 2 ( dua), yang mengindikasikan
bahwa Bank Lippo tergolong baik dan mampu mengatasi negative kondisi
perekonomian dan industri keuangan namun Bank masih memiliki kelemahan –
kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
Sekalipun Bank Lippo mendapat nilai komposit akhir tingkat kesehatan bank
yang tergolong sehat, namun harus tetap memperhatikan dan meningkatkan penilaian
pada factor permodalan, kualitas asset dan khususnya factor Likuiditas .
Faktor Likuiditas yang dimiliki oleh Bank lippo perlu mendapat perhatian
lebih.Hal ini disebabkan Faktor likuiditas memiliki salah satu komponen kuantitatif
yang mendapat penilaian buruk (peringkat 5) yaitu komponen Proyeksi Cash flow
nya. Pada periode triwulan I,II di tahun 2004 arus kas Bank Lippo negative, hal ini
disebabkan dana yang dikeluarkan lebih banyak dari pada dana yang masuk, ini
terjadi di dalam kegiatan investasi dan pendanaan seperti pembelian aktiva tetap, efek-
efek, pembayaran pinjaman-pinjaman.

3.2 Analisis Pada City Bank

3.2.1 Penilaian Indikator Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS


Tabel Dibawah ini merupakan table triwulan perhitungan rasio Citibank N.A Pada
3 Tahun terakhir yaitu tahun 2007, 2008, sampai 2009 yang didapat dari Bank
Indonesia. Berikut ini adalah analisis Citibank N.A:

29 | K e s e h a t a n B a n k
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Perhitungan Rasio Keuangan
CITIBANK N.A.
CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190

Telp. 021-52908545
per Desember 2009 s.d 2007
(Dalam Persentase) 
Pos-pos  12-2009  12-2008  12-2007 
I. Permodalan      
   1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit  31.83  25.56  23.32 
   2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar  30.46  24.12  20.79 
   3. Aktiva tetap terhadap modal  9.18  9.65  12.91 
II.  Kualitas Aktiva       
   1. Aktiva produktif bermasalah  4.93  3.96 3.5 
   2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif  5.5  4.62  3.65 
   3. Pemenuhan PPA produktif  125.13  125.92  106.84 
   4. Pemenuhan PPA non produktif       
   5. NPL gross  10.23  8.29  7.01 
   6. NPL net  1.52  2.35  .99 
III. Rentabilitas       
   1. ROA  5.74 5.64  5.68 
   2. ROE  25.29  28.11  33.18 
   3. NIM  6.7  7.65  8.5 
   4. BOPO  65.21  81.71  64.17 
IV. Likuiditas       
   LDR  73.63  79.47  70.21 
V.  Kepatuhan (Compliance)       
   1.a. Persentase Pelanggaran BMPK       
      a.1. Pihak terkait       
      a.2. Pihak tidak terkait      
   1.b. Persentase Pelampauan BMPK       
      b.1. Pihak terkait       
      b.2. Pihak tidak terkait       
   2. GWM Rupiah  5.1  6.22  9.42 
   3. PDN  7.54  3.27  5.9 
       

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan


Perhitungan Rasio Keuangan

30 | K e s e h a t a n B a n k
CITIBANK N.A.
CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190

Telp. 021-52908545
per September 2009 s.d 2007
(Dalam Persentase) 
Pos-pos  09-2009  09-2008  09-2007 
I. Permodalan       
   1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit  31.6  22.95  24.15 
   2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar  30.05  20.69  19.98 
   3. Aktiva tetap terhadap modal  8.68  11.66  12.48 
II.  Kualitas Aktiva       
   1. Aktiva produktif bermasalah  4.3  3.94  2.43 
   2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif  5.06  3.84  3.39 
   3. Pemenuhan PPA produktif 125.67  103.12  110.16 
   4. Pemenuhan PPA non produktif       
   5. NPL gross  1.63  1.98   
   6. NPL net  9.74  8.3  5.15 
III. Rentabilitas       
   1. ROA  6.39  4.82  5.81 
   2. ROE  29.24  27.27  34.24 
   3. NIM  6.55  7.82  8.53 
   4. BOPO 62.22  66.98  61.05 
IV. Likuiditas       
   LDR  65.37  78.12  67.85 
V.  Kepatuhan (Compliance)       
   1.a. Persentase Pelanggaran BMPK       
      a.1. Pihak terkait       
      a.2. Pihak tidak terkait       
   1.b. Persentase Pelampauan BMPK       
      b.1. Pihak terkait      
      b.2. Pihak tidak terkait       
   2. GWM Rupiah  5.02  8.03  9.07 
   3. PDN  8.25  5.56  14.03 

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan


Perhitungan Rasio Keuangan
CITIBANK N.A.
CITIBANK TOWER 7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN KAV 54-55 JKT-12190

31 | K e s e h a t a n B a n k
Telp. 021-52908545
per Juni 2009 s.d 2007
(Dalam Persentase) 
Pos-pos  06-2009  06-2008  06-2007 
I. Permodalan       
   1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit  30.76  22.24  25.17 
   2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar  29.04  20.06  20.33 
   3. Aktiva tetap terhadap modal 9.01  12.41  11.88 
II.  Kualitas Aktiva       
   1. Aktiva produktif bermasalah  3.87  3.81  2.53 
   2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif  4.93  3.73  3.44 
Laporan Keuangan Publikasi
   3. Pemenuhan PPA produktif  Triwulanan 131.39  103.14  113.87 
Perhitungan Rasio Keuangan
   4. Pemenuhan PPA non produktif      
   5. NPL gross 
CITIBANK N.A. 9.23  8.14   
   6. NPL net  1.4  2.05  4.65 
CITIBANK TOWER
III. Rentabilitas  7th FLOOR JL.JEND.SUDIRMAN   KAV 54-55
  JKT-12190
 
   1. ROA  6.2  4.26  6.25 
   2. ROE 
Telp. 021-52908545 28.24  24.23  33.86 
   3. NIM  6.19  7.84  8.67 
   4. BOPO  per Maret 2009 s.d 2007 65.29  68.65  62.69 
IV. Likuiditas  (Dalam Persentase)       
Pos-pos 
   LDR  03-2009
65.6  03-2008 
74.26  03-2007
71.17 
I. Permodalan 
V.  Kepatuhan (Compliance)         
   1. CAR dengan memperhitungkan risiko kredit 
   1.a. Persentase Pelanggaran BMPK  29.42 
  25.68 
  24.52
 
   2. CAR dengan memperhitungkan risiko pasar 
      a.1. Pihak terkait  28.11 
  22.19 
  18.7
 
   3. Aktiva tetap terhadap modal 
      a.2. Pihak tidak terkait  8.72 
  11.52 
  12.01
 
II.  Kualitas Aktiva 
   1.b. Persentase Pelampauan BMPK          
   1. Aktiva produktif bermasalah
      b.1. Pihak terkait  3.96 
  3.24 
  2.57
 
   2. PPA Produktif terhadap Aktiva Produktif 
      b.2. Pihak tidak terkait  4.86 
  3.77 
  3.64
 
   3. Pemenuhan PPA produktif 
   2. GWM Rupiah  133.98 
5.02  106.49 
9.03  115.96
9.24
   4. Pemenuhan PPA non produktif 
   3. PDN    9.16    13.2    11.04 
   5. NPL gross  8.89  7.33   
   6. NPL net  2.05  .99  4.75
III. Rentabilitas       
   1. ROA  6.37  4.53  5.28
   2. ROE  26.04  25.56  28.56
   3. NIM  6.12  7.95  8.85
   4. BOPO  69.65  66.77  65.57
IV. Likuiditas       
   LDR  72.36  73.6  81.43
V.  Kepatuhan (Compliance)       
   1.a. Persentase Pelanggaran BMPK       
      a.1. Pihak terkait       
      a.2. Pihak tidak terkait       
   1.b. Persentase Pelampauan BMPK      
32 | K e s e      b.1. Pihak terkait 
hatan Bank      
      b.2. Pihak tidak terkait       
   2. GWM Rupiah  5.04  9.05  8.04
   3. PDN  5.6  5.58  1.51
 Permodalan (Capital)
Pada table diatas terdapat keterangan CAR (Capital Adequacy
Ratio) mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-
surat berharga. CAR diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan
aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan.
CAR adalah jumlah minimum yang harus dipenuhi oleh suatu bank.
Jumlah minimum ini ditetapkan oleh pihak yang berwenang yaitu bank sentral
atau BI (Bank Indonesia). CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut sinungan  CAR
adalah perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang
tersedian setelah dihitung pertumbuhan resiko (margin risk) dari akibat yang

33 | K e s e h a t a n B a n k
berisiko. Maksudnya adalah, modal sendiri yang dimiliki suatu bank
dibandingkan dengan aktiva tertimabang menurut resiko.
Dari tahun 2007 sampai dengan 2009 triwulan ke 4 Citibank N.A
mengalami perubahan nilai rasio CAR yang memperhitungkan rasio kredit
maupun pasar. Setiap tahunnya Rasio CAR yang memperhitungkan resiko
kredit mengalami kenaikan yaitu 23.32 pada tahun 2007 menjadi 25.56 pada
tahun 2008 dan 31.83 pada tahun 2009. Begitupun dengan CAR yang
memperhitungkan resiko pasar, mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2009 terus mengalami kenaikan yaitu 20.79 pada tahun 2007 menjadi 24.12
pada tahun 2008 dan 30.46 pada tahun 2009. Factor yang mungkin
mempengaruhi perubahan nilai CAR antara lain, jenis aktiva dan resiko yang
dimiliki oleh aktiva tersebut, kualitas aktiva, total aktiva dari bank yang
bersangkutan (semakin besar aktiva maka semakin besar resiko), struktur posisi
kualitas permodalan, dan kemampuan  bank untuk meningkatkan pendapatan
dan laba.
 Nilai CAR untuk triwulan 4 pada tahun 2007, 2008, dan 2009 cukup
bagus karena terus mengalami kenaikan. Dengan kata tain Citibank telah dapat
mengurangi atau memperkecil komitmen pinjaman  yang tidak digunakan,
mengurangi jumlah pinjaman yang diberikan sehingga dapat memperkecil
resiko, menambah posisi modal dengan cara setoran tunai atau go public dan
lain-lain. Aktiva tetap terhadap modal merupakan perdandingan aktiva tetap
yang diniliki oleh Citibank.N.A. terhadap modal sendiri.
Kesimpulan dari bagian permodalan adalah Rasio kecukupan modal
atau CAR Citibank N.A dari tahun 2007 sampai 2009 telah memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh bank Central atau BI (Bank Indonesia) yaitu
lebih dari 8%. Jika suatu bank memiliki CAR dibawah 8% itu tandanya
kesehatan bank tersebut perlu dipertanyakan. Semakin tinggi CAR pada suatu
bank menunjukan bahwa bank tersebut dapat menanggung resiko yang
mungkin timbul dari aktiva yang dimilikinya.

 Kualitas Aktiva (Assets Quality)


1. Aktiva produktif bermasalah.
Mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2009. Semakin tinggi nilai aktiva
produktif yang bermasalah maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi oleh

34 | K e s e h a t a n B a n k
bank dari segi aktiva. Jika terdapat aktiva produktif yang bermasalah kemungkinan
hal yang terjadi pada Citibank  adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang
lancar, diragukan bahkan macet. Jenis aktiva produktif tersebut antara lain, kredit
yang diberikan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain serta penyertaan. 
Menghitung perkembangan aktiva produktif bermasalah pada suatu bank
digunakan perbandingan antara aktiva produktif yang bermasalah dengan total
aktiva produktif.
2. PPA produktif terhadap aktiva produktif
PPA produktif atau Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif adalah
cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan
tujuan menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Perubahan PPA
produktif terhadap aktiva produktif dari tahun 2007 sampai tahun 2009 terus
mengalami kenaikan yaitu dari 3.65 pada tahun 2007 menjadi 4.62 pada tahun
2008 dan menjadi 5.5 pada tahun 2009. Dengan kata lain Citibank A.N. terus
meningkatkan jumlah PPA produktif terhadap aktiva produktif setiap tahunnya
untuk mengurangi resiko yang akan ditimbulkan nantinya.
3. Pemenuhan PPA Produktif
Pemenuhan PPA Produktif  pada Bank DKI melebihi 100% diantaranya
106.84 pada tahun 2007, 125.92 pada tahun 2008 dan 125.13 pada tahun 2009.
Pada persentase ini  artinya Bank DKI dapat menjamin resiko yang ditimbulkan
dari aktiva yang produktif. Meskipun pada tahun 2009 mengalami sedikit
penurunan nilai dari tahun sebelumnya.
4. NPL
NPL ( Non Performing Loan ) yang dimiliki Citibank N.A.  tidak terlalu besar
ini hal ini menunjukan bahwa Citibank N.A.  tidak mengalami kesulitan atau
bahkan gagal dalam penyaluran kredit. Jika ini terjadi (bernilai besar) maka bank
akan kesulitan dalam mengembalikan dana yang dititpkan oleh masyarakat atau
nasabah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penurunan laba bersih.

 
 Rentabilitas
Rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk

35 | K e s e h a t a n B a n k
mengetahui kemempuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga
bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat
diukur antara lain:
1.ROA
ROA (Return On Assets adalah rasio) yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan secara relative dibanding dengan
total assetnya dengan kata lain ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset bank tersebut. Semakin tinggi ROA yang dimiliki bank maka
semakin besar laba atau  yang didapat oleh bank tersebut serta semakin bagus pula
posisi bank dari segi penggunaan asset yang biasanya akan meningkatkan saham dari
bank tersebut. Rasio ROA pada Citibank N.A.  dari tahun 2007 sampai 2009 pada
triwulan ke 4 sempat mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar
5.68 pada tahun 2007 menjadi 5.64 pada tahun 2008. Penurunan ini dapat disebabkan
oleh manajemen kurang efisien dalam penggunaan aktiva yang ada sebagai sumber
dana bank. Tetapi pada 2009 nilai ROA ini mengalami kenaikan, menjadi 5.74 hal ini
dapat terjadi karena mungkin manajemen telah membenahi tingkat efisiensi
penggunaan aktiva.
2.ROE
ROE (Return on Equity) adalah perbandingan keuntungan yang diperoleh
bank dengan total modal sendiri. Semakin besar ROE maka semakin besar kenaikan
laba bersih bank yang bersangkutan serta akan meningkatkan harga saham dan
pembagian deviden kepada investor akan semakin besar pula. Citibank N.A. pada
triwulan ke 4 tahun 2007 sampai dengan terus mengalami penurunan. Penurunan ini
berarti menurunnya laba bersih, menurunnya harga saham dan menurunnya deviden
yang akan dibagikan kepada investor.
3.NIM
NIM (Net Interest Margin) adalah perbandingan antara pendapatan bunga
bersih dengan rata-rata aktiva produktif. NIM merupakan indikator untuk menunjukan
tingkat efisiensi operasional suatu bank. Selama 2007 sampai 2009 pada triwulan ke 4
terus mengalami penurunan meskipun angkanya tidak terlalu besar.
4.BOPO
BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapat operasional digunakan untuk mengukur

36 | K e s e h a t a n B a n k
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin
rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank
akan semakin besar. BOPO merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko
operasional, yang merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Resiko
operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang
dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya
kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan. Perbandingan rasio ini
pada Citibank N.A. tahun 2007 sampai 2009 pada triwulan 4 kurang efisien kecuali
yang terjadi pada tahun 2008 yaitu 64.17 pada tahun 2007, 81.71 pada tahun 2008,
dan 65.21 pada tahun 2009. Jika kita menganut pada ketentutan BOPO tentang tingkat
efisien range-nya harus pada tingkat 70%-80% maka angka rasio BOPO pada tahun
2007 dan 2009 triwulan ke 4 tidak berada diposisi yang aman beda dengan yang
terjadi pada tahun 2008 nilai BOPO berada pada nilai aman dengan kata lain pada
tahun ini bank telah dapat menjalankan kegiatan operasional dengan efektif dan
efisien. Sedangkan rendahnya nilai BOPO kemungkinan disebabkan oleh manajemen
mulai kehilangan kendali dalam mengatur kredit yang diberikan atau menurunnya
kinerja dari karyawan. Kedua factor tersebut sering menjadi penyebab perubahan
BOPO.
 
 Likuiditas
1. LDR
LDR atau Loan to Deposit Ratio adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam
memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. LDR menyatakan sejauh mana bank
dapat membayar kembali dalam penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi LDR
menunjukan bahwa semakin rendahnya likuidasi suatu bank. Pada Triwulan ke 4
tahun 2007 sampai tahun 2009 Citibank N.A. mengalami kenaikan dan penurunan
nilai LDR yaitu 70.21 pada tahun 2007 naik menjadi 79.47 pada tahun 2008 dan
mengalami penurunan menjadi 73.63 pada tahun 2009.

 Kepatuhan
1.Persentase pelanggaran BMPK

37 | K e s e h a t a n B a n k
Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan terhadap persentase penyedia dana pada modal bank. Selama 2007 s.d.
2009 Citibank.N.A. tidak melakukan pelanggaran BMPK atau Batas Maksimum
Pemberian Kredit baik kepada pihak terkait seperti pemegang saham bank yang
bersangkutan, anggota dewan komisaris, anggota direksi, anak perusahaan dan lain-
lain maupun tidak terkait yaitu peminjam atau kelompok peminjam dari pihak selain
pihak terkait.
2. Persentase Pelampauan BMPK
Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara  persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase penyediaan dana terhadap modal bank pada saat
laporan dan tidak termasuk pelanggaran BMPK. Selama 2007 s.d. 2009 Citibank.N.A.
tidak melakukan pelampauan BMPK atau batas Maksimum Pemberian Kredit. Jika
suatu bank memiliki CAR yang negative maka dengan otomatis bank tersebut akan
melakukan pelanggaran dan pelampauan BMPK.
3.GWM
GWM atau Giro Wajib Minimum milik bank harus tetap terjaga untuk
menghindari terjadinya damapak buruk dari system perbankan dan perekonomian.
4. PDN
PDN (Posisi Devisa Netto) pada Citibank.N.A. di triwulan ke 4 tahun 2007
sebesar 5.9, tahun 2008 sebesar 3.27 dan tahun 2009 sebesar 7.54. Dari ketiga tahun
tersebut masih jauh dibawah ketentuan yang berlaku yaitu 20%.

 3.2.2 Penilaian tehadap Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS


CAR, Likuiditas (ROA, ROE NIM) dan BOPO akan berpengaruh pada
profitabilitas suatu bank. Citibank.N.A. memiliki CAR yang tidak terlalu kecil
namun cukup untuk menjamin resiko yang ditimbulkan dari aktiva, lalu memiliki
BOPO yang ada pada range yang kurang aman yaitu sekitar 60%-70% walaupun
pada tahun 2008 triwulan ke 4 melebihi 80%, dan memiliki angka ROA, ROE dan
NIM yang cukup menjamin walau tidak sepenuhnya aman. CAR yang dimiliki
bernilai positif lebih dari angka 10% dan Citibank. N.A. tidak memiliki
pelanggaran dan pelampauan BMPK yang mungkin akan mengakibatkan kerugian
bagi pihak bank baik yang terkait maupun tidak terkait. Secara keseluruhan
kesehatan Citibank.N.A. dari tahun 2007s.d.2009 kurang baik dengan pengendalian
manajemen yang kurang stabil yang dapat dilihat dari rendahnya nilai BOPO, dan
38 | K e s e h a t a n B a n k
nilai PPA Produktif yang dibuat cukup menjamin rasa aman untuk para
nasabahnya.
Dari keseluruhan data yang ada saya mengangkap bahwa Bank dalam kondisi
yang sehat, terutama pada tahun 2008 triwulan ke-4. Hal ini dikarenakan nilai
BOPO yang berada pada nilai yang efektif dan efisien dibandingkan dengan tahun-
tahun yang sebelumnya dan pada triwulan yang lain.

39 | K e s e h a t a n B a n k
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah
bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan
fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat
digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama
kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi
perekonomian secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal
yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan
dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga
dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa
memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya
berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang
perbankan.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMELS (Capital, Assets Quality, Management, Earning,
Liquidity, dan Sensivity). Keenam faktor tersebut memang  merupakan faktor yang
menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah
satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang
menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami
kesulitan.
Berdasarkan Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
metode CAMELS, tingkat kesehatan Bank Bank Lippo dan Citybank memiliki tingkat
kesehatan yang baik dan mampu mengatasi negative kondisi perekonomian dan industri
keuangan.

40 | K e s e h a t a n B a n k
41 | K e s e h a t a n B a n k
DAFTAR PUSTAKA

http://septianadc.blogspot.com/2011/04/analisis-kesehatan-bank-menurut-rasio_17.html?
zx=a86c434d87ef108a

42 | K e s e h a t a n B a n k

Anda mungkin juga menyukai