DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1
Kelas: V C
Ari Hartanto : 1511020106
Rodiana Kurniasih : 1611020113
Wulan Dwi Jayanti : 1611020151
KEPERAWATAN S1
Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel –sel ganglion di dalam usus
yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman &
vaughan,1992:426)
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. (Arief
Mansjoeer : 2000 ).
Hirschsprung adalah penyakit yang mempengaruhi usus besar dan menyebabkan
gangguan dalam mengeluarkan feses. Kondisi ini muncul sejak lahir (kongenital) sebagai
akibat dari sel saraf yang hilang pada otot usus besar bayi. Hal ini menyebabkan
penyumbatan usus besar akibat pergerakan otot yang buruk pada usus.
Bayi baru lahir yang memiliki penyakit Hirschsprung biasanya tidak dapat buang air
besar beberapa hari setelah persalinan. Pada kasus yang ringan, kondisi ini mungkin tidak
terdeteksi hingga kemudian hari di masa kanak-kanak.
B. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus
penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dibanding
anak perempuan.
2) Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun perempuan.
C. Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi Hirschsprung atau
Mega Colon diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak
dengan Down syndrom. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus
D. Tanda gejala
Umumnya, tanda yang paling jelas adalah gagalnya bayi untuk buang air besar dalam
48 jam setelah persalinan. Berikut tanda dan gejala pada bayi baru lahir dan pada anak-
anak yang lebih besar, yaitu:
a. Tanda-tanda dan gejala pada bayi yang baru lahir meliputi:
1. Perut bengkak
2. Muntah, termasuk memuntahkan zat berwarna hijau atau cokelat
3. Sembelit atau gas, yang dapat menyebabkan bayi rewel
4. Diare
5. Kesulitan dalam buang air kecil
6. Gagal untuk mengeluarkan mekonium setelah kelahiran
7. Jarang dan buang air yang meledak-ledak
8. Penyakit kuning
9. Menyusui dengan buruk
10. Kenaikan berat badan yang buruk
E. Patofisiologi
Penyakit hirchprung timbul karena adanya aganglioner kongenital pada saluran
pencernaan bagian bawah. Aganglioner diawali dari anus, yang merupakan bagian yang
selalu terlibat dan berlanjut ke arah proximal dengan jarak yang bervariasi. Plexus
myentrik (aurebach) dan submucosal (meissner) yang tidak terbentuk mengakibatkan
berkurangnya fungsi dan kemampuan usus untuk melakukan gerakan peristaltik. Hingga
saat ini, mekanisme pasti tentang perkembangan penyakit hirchprung masih belum
diketahui (Swenson, 1990).
Embriologi sel-sel ganglion enteric berasal dari neural crest, yang
apabila berkembang normal, akan ditemukan neuroblast di usus pada mingguke 7 kehamil
andan mencapai usus besar pada minggu ke 12 kehamilan. Salah satu etiologi
penyakitHirschsprung ini adalah adanya gangguan migrasi darineuroblast yang menuju ke
distalusus. Adapun etiologi lain mengatakan bahwa migrasi tersebut berjalan normal,
namunada kegagalan dari neuroblast untuk bertahan, berproliferasi atau berdifferensiasi
di bagian distal aganglionik segmen. Distribusi abnormal menyebabkan usus dankompone
nkomponennya membutuhkan pertumbuhan dan perkembangan secaraneuronal, seperti
fibronectin, laminin, neural cell adhesion molecule (NCAM), danfaktor-faktor neurotropik
(Swenson, 1990).
Tiga plexus neuronal yang menginervasi usus: plexus submucosal
(Meissner), plexus intermuscular (Auerbach) dan plexus mucosal yang lebih kecil. Ketiga
plexus ini akhirnya tergabung dan berpengaruh pada segalaaspek dari fungsi bowel,
termasuk absorpsi, sekresi, motilitas dan aliran darah (Swenson, 1990).
Gerakan usus yang normal, secara primer dikendalikan oleh neuron intrinsic. Fungsi
bowel tetap adequate, meskipun innervasi ekstrinsik hilang. Ganglia inimengendalikan
kontraksi dan relaksasi otot polos, dengan dominasi relaksasi.Pengendalian ekstrinsik
utamanya melalui serat-serat kolinergik dan adrenergik. Seratkolinergik menimbulkan
kontraksi, dan serat adrenergik utamanya menimbulkaninhibisi (Swenson, 1990).
Pada pasien penyakit hirchprung, sel-sel ganglion tidak terbentuk, sehingga terjadi
peningkatan innervasi usus ekstrinsik. Kedua innervasi, baik kolinergik maupun
adrenergik berjalan 2-3 kali normal. Sistem adrenergic (excicator) diduga lebih
mendominasi dari pada sistem kolinergik (inhibitor) sehingga terjadi peningkatan kerja
otot polos. Dengan hilangnya nerves inhibitory enteric instrinsic, kerja otot polos yang
meningkat tidak tertanggulangi dan menyebabkan ketidakseimbangan kontraktilitas otot
polos, peristaltik yang tidak terkoordinasi dan obstruksi fungsional (Swenson,1990).
F. Pathway
anoreksia
Gangguan defekasi
Mual muntah
Interverensi pembedahan
Resiko kekurangan
volume cairan
Kurang informasi
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan gambaran
yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel ganglion. Hal ini
terjadi meskipun pengeluaran barium terlambat 24 jam setelah pemeriksaan
diagnostik.
3. Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2 cm diatas
garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub mukosa atau
pleksus saraf intermuskular.
5. Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum. Balon akan
mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna pada pasien yang normal.
Sedangkan pada pasien yang megacolon akan mengalami tekanan yang luar biasa.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
I. Pengkajian
Menurut Suriadi (2001) fokus pengkajian yang dilakukan pada penyakit hischprung
adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya ada
keterlambatan.
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi:
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parentera
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan:
a. Anak : kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang
digunakan.
b. Keluarga : respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stres menghadapi penyakit anaknya. 6.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga perlu
dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan kurangnya asupan
protein
J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refluks peristaltik mual muntah.
2. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan kolon mengevakuasi feses.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, ketidakmampuan
absorbsi air oleh intestinal.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi abdomen/refluks peristaltik.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (obstruksi parsial pada
dinding usus).
6. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana
pembedahan
7. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa 1
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tak
adekuat dan rangsangan muntah.
Kriteria hasil :
1. Stamina
2. Tenaga
3. Kekuatan menggenggam
4. Penyembuhan jaringan
5. Daya tahan tubuh
6. Pertumbuhan
NIC :
Manajemen nutrisi
Kriteria hasil :
c. Diagnosa 3
Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas karena
mual.
Kriteria hasil :
NIC :
Fluid management
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2. Jakarta : Salemba
Medika
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/3694809/referat_digest
https://www.scribd.com/document/377707061/LP-Hirschprung