Anda di halaman 1dari 9

1.

1 Physiology of Rest and Sleep


Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Fisiologi tidur merupaka peangaturan
kegiata tudur oleh adanya hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian
untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun, Tidur
merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin
kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter).
Recticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini
mampunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.
RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan ensori raba, juuga
menerima stimulus dari korteks serebri. (emosi,proses,pikir). Seseoranng yang
mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks,
jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin.

1.2 Biological Clock


Jam biologis juga dikenal sebagai ritme sirkadian. Jam biologis mengikuti
segala perubahan pada aktivitas fisik, mental, dan perilaku manusia dalam siklus
24 jam. Selain diatur oleh faktor alami di dalam tubuh manusia seperti saraf
suprachiasmatic (SCN) pada otak, biasanya ritme ini dipengaruhi oleh kondisi
cahaya di lingkungan sekitar seseorang. Jam biologis seseorang bisa menentukan
siklus tidur, produksi hormon, suhu tubuh, dan berbagai fungsi tubuh lainnya.
Setiap organ tubuh Anda memiliki jadwal-jadwal tertentu saat organ
tersebut bekerja lebih maksimal atau justru beristirahat. Memahami jadwal dan
ritme tubuh Anda sendiri akan sangat baik untuk membantu meningkatkan kinerja
Anda sehari-hari. Dilansir dari kanal kesehatan BBC, berikut adalah siklus harian
tubuh manusia selama 24 jam.

00.00 – 02.59
Pada jam ini, perubahan hormon pada tubuh mengirimkan sinyal pada otak bahwa
sudah saatnya Anda tidur dan beristirahat. Hormon melatonin akan diproduksi
semakin banyak sehingga Anda akan merasa lebih lelah dan mengantuk. Otak
Anda juga akan membersihkan diri dari racun dan sisa-sisa zat yang tertimbun
seharian penuh akibat berpikir keras seharian penuh. Seluruh informasi yang
Anda terima hari itu juga akan disimpan otak ke dalam memori jangka pendek dan
jangka panjang. Selain itu, sebaiknya Anda menghindari makan atau minum pada
jam ini karena usus Anda sedang menjalani proses pembersihan atau detoksifikasi.

03.00 – 05.59
Suhu tubuh Anda akan mencapai titik terendah pada jam ini. Hal ini terjadi karena
energi Anda akan dialihkan dari menghangatkan badan ke fungsi penting lainnya
seperti memperbaiki kulit atau melawan infeksi. Tubuh Anda masih terus
memproduksi hormon melatonin, tetapi akan segera berkurang menjelang pagi
hari.
06.00 – 08.59
Pembuluh darah Anda akan menjadi kaku dan padat di pagi hari. Maka, darah
Anda pun lebih kental dan lengket. Ini berarti tekanan darah sedang tinggi-
tingginya. Sebaiknya Anda yang memiliki penyakit jantung menghindari
berolahraga pada jam ini karena rawan serangan jantung. Di jam ini, produksi
hormon melatonin akan berhenti.

09.00 – 11.59
Pagi hari menjelang siang biasanya merupakan waktu terbaik untuk bekerja,
belajar, dan beraktivitas. Ini karena tubuh sedang gencar memproduksi hormon
stres yang disebut kortisol. Hormon ini bertugas untuk membuat pikiran Anda
lebih waspada. Selain itu, memori jangka pendek Anda juga akan bekerja lebih
baik pada jam ini.

12.00 – 14.59
Bila Anda sering mendengar istilah “jam tidur siang” atau “jam mengantuk”, ini
karena energi tubuh Anda sedang disibukkan oleh kerja sistem pencernaan.
Organ-organ pencernaan sedang sangat aktif dalam mengolah makanan yang
Anda konsumsi saat makan siang sehingga tingkat kewaspadaan akan menurun.
Hati-hati jika pada jam ini Anda sedang mengemudi atau mengoperasikan alat-
alat berat.

15.00 – 17.59
Di sore hari, biasanya suhu tubuh Anda akan meningkat secara alamiah. Hal ini
tentu berguna jika Anda ingin berolahraga dan membutuhkan pemanasan. Paru-
paru dan jantung Anda juga bekerja lebih maksimal pada jam ini. Selain itu,
dibandingkan dengan kondisi otot seharian penuh, otot-otot Anda terbukti 6%
lebih kuat di sore hari. Jadi, berolahraga pada sore hari adalah pilihan yang tepat
untuk menjaga kebugaran tubuh.

18.00 – 20.59
Hati-hati dengan makanan yang Anda konsumsi pada jam ini. Para ahli tidak
menyarankan Anda untuk makan terlalu banyak pada malam hari karena
pencernaan Anda sudah tidak bekerja sebaik di siang hari. Pada jam ini, hati Anda
sedang berfungsi secara maksimal untuk memproduksi protein yang diperlukan
tubuh serta membersihkan darah dari berbagai zat beracun.

21.00 – 23.59
Bila Anda adalah orang yang suka bangun pagi, otak akan memproduksi hormon
melatonin lebih cepat, yaitu sekitar pukul 9 malam. Jika Anda sering begadang
dan bangun lebih siang, hormon tidur tersebut akan dihasilkan pada larut malam.
Inilah waktu yang tepat bagi Anda untuk mengurangi aktivitas dan bersiap-siap
tidur.

1.3 Factors Affecting Rest and Sleep


a. Status kesehatan
Seseorang yang sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak.
Tetapi pada orang yang sakit atau nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya
tidak dapat terpenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada system pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan
tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur.
c. Stress psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-tritofan seperti keju, susu, daging,
dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman
yang mengandung kafein maupun alcohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapa mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan
tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan
amfetamin akan menurunkan tidur REM
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk
menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

1.4 Illness or Hospitalization


Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di
rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak
teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan
anak itu sendiri.

1.5 Alteration in Sleep Patterns


Perubahan pola tidur adalah perubahan kebiasaan seseorang untuk tertidur,
dalam jangka waktu 24 jam sehari, termasuk tidur malam dan tidur siang.
Perubahan pola tidur erat kaitannya dengan perubahan siklus waktu tertidur dan
terjaga. Saat seseorang mengalami perubahan jadwal dan jumlah waktu untuk
tertidur dan terjaga, saat itulah perubahan pola tidur terjadi.
Perubahan pola tidur terjadi karena adanya ‘utang’ tidur
Perubahan pola tidur biasanya diawali dengan adanya perubahan waktu
terjaga. Hal ini dapat disebabkan karena faktor umur, kesibukan, aktivitas,
kebiasaan berolahraga, stress, dan berbagai kondisi lingkungan. Pengurangan
waktu untuk tertidur (sleep loss) adalah hal yang paling sering menjadi pemicu
perubahan pola tidur. Selisih waktu tidur dari waktu tidur normal seseorang akan
menjadi “utang” (sleep debt) yang dapat terakumulasi. Utang tersebut harus
dibayar dengan penambahan waktu tidur, kapan pun itu.
Waktu tidur yang hilang biasanya dibayar dengan waktu tidur di waktu
lainnya yang biasanya kita tidak tertidur. Nah, ssaat itulah perubahan pola tidur
terjadi. Perubahan pola tidur pada umumnya menyebabkan seseorang untuk tidur
di siang hari, tidur lebih awal atau lebih larut, bahkan tidur malam dalam waktu
yang lebih panjang. Namun beberapa orang tertidur lebih lama saat akhir pekan
untuk mengganti kekurangan waktu tidur saat hari kerja, dan hal ini dikenal
dengan istilah social jetlag.
Berbeda dengan kekurangan waktu tidur, perubahan pola tidur juga dapat
disebabkan oleh kekurangan waktu tidur. Keduanya dapat menurunkan performa
mental dan fisik karena kekurangan waktu tidur. Secara langsung, seseorang
dengan perubahan waktu tidur memiliki risiko atau sudah mengalami dampak dari
kekurangan waktu tidur.
 Dampak perubahan pola tidur pada kesehatan
1. Gangguan sekresi hormon
Hormon kortisol yang berfungsi agar kita tetap terjaga pada siang hari, hormon
pertumbuhan yang membantu mengatur pertumbuhan massa otot, hormon
reproduksi; serta FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) yang mengatur fungsi organ reproduksi dan perkembangan pada masa
pubertas. Kurangnya waktu tidur saat malam hari akan mengganggu sekresi dan
kinerja hormon tersebut, meskipun sudah ditambah waktu tidur siang.
2. Memicu kegemukan
Perubahan pola tidur yang menyebabkan seseorang kekurangan waktu tidur di
malam hari memicu sekresi hormon yang menyebabkan kegemukan. Hormon ini
memicu rasa lapar pada siang hari dan menyebabkan seseorang ingin memakan
lebih banyak makanan. Setelah keinginan makan terpenuhi, kemungkinan
individu tersebut mulai mengantuk akibat kurangnya waktu tidur saat malam hari.
Akibatnya adalah kurangnya aktivitas pada siang hari dan energi yang tidak
terpakai akan tersimpan sebagai lemak.
3. Diabetes Mellitus
Waktu tidur yang abnormal akibat perubahan pola tidur, khususnya pada akhir
pekan, juga dapat meningkatkan kadar gula darah. Komponen penyeimbang kadar
gula darah juga lebih sedikit dihasilkan oleh tubuh apabila seseorang tidur pada
waktu siang hingga sore hari.
4. Meningkatkan risiko kardiovaskuler
Kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan gangguan pada kinerja jantung.
Perubahan pola tidur juga meningkatkan kadar lemak dalam darah. Perubahan
pola tidur akan menyebabkan kurangnya waktu beristirahat pada malam hari,
akibatnya kita mengganti pada waktu lain. Namun tidur pada waktu yang
abnormal akan mengganggu metabolisme tubuh pada siang hari sehingga kadar
lemak darah cenderung meningkat. Hal ini akan meningkatkan risiko
penyumbatan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Sehingga seseorang yang
mengalami perubahan pola tidur akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit
kardiovaskuler.

1.6 Hypersomnia or Narcolepsy


Hipersomnia dapat diartikan sebagai kantuk yang berlebihan. Ada banyak
penyebab hipersomnia, diantaranya karena bekerja secara shift, kondisi keluarga
(seperti mendapatkan bayi baru), sedang studi atau karena kehidupan sosial.
Penyebab lain hipersomnia adalah karena gangguan tidur, obat-obatan, dan
penyakit. Hipersomnia seringkali disembuhkan dengan penyesuaian kebiasaan
hidup.
 Karakteristik hipersomnia
Karakteristik hipersomnia berbeda pada tiap-tiap orang, tergantung dari usia, gaya
hidup dan penyebab yang mendasarinya. Menurut klasifikasi internasional, kantuk
di siang hari didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana penderitanya tidak
mampu terjaga dan waspada selama waktu terjaga di siang hari, sehingga
mengantuk dan tidur.

Dalam kasus yang ekstrem, orang dengan hipersomnia mungkin tidur nyenyak di
malam hari selama 12 jam atau bahkan lebih, tetapi masih tetap perlu tidur di
siang hari. Tidur siang atau malam mungkin tidak membantu penderita
hipersomnia, pikiran mereka selalu diselimuti rasa kantuk dan keinginan untuk
tidur.
 Gejala hipersomnia
Tergantung dari penyebabnya, gejala hipersomnia dapat berupa:
- Merasa lelah yang hebat sepanjang hari
- Selalu ingin tidur di siang hari
- Merasa tetap mengantuk meskipun telah tidur malam dan tidur siang
- Sulit berpikir dan membuat keputusan, pikiran tidak jernih
- Apati (kurang emosi, motivasi, atau antusiasme)
- Sulit berkonsentrasi atau mengingat
- Peningkatan risiko kecelakaan, terutama kecelakaan kendaraan bermotor.
 Penyebab hipersomnia
Kantuk berlebihan di siang hari dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa dan
keadaan, seperti:
- Kurang tidur - Sebelum hipersomnia muncul, jam kerja yang panjang
ditambah dengan lembur mungkin belum akan memiliki efek selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Tapi, remaja yang bergadang
hingga pagi, mungkin akan merasa lelah selama seminggu.
- Faktor lingkungan - terbangun dari tidur yang disebabkan oleh berbagai
gangguan, seperti karena teman mendengkur, bayi yang terjaga, tetangga
berisik, suhu panas atau dingin, atau karena tidur di kasur yang tidak
nyaman.
- Kerja shift - sangat sulit mendapatkan istirahat yang cukup apabila bekerja
secara shift, terutama mereka yang shift malam.
- Kondisi mental - kecemasan dapat membuat seseorang tidak dapat tidur di
malam hari, yang membuat mereka rentan mengalami kantuk di siang hari.
Karena depresi dan kecemasan sangat menguras energi.
- Obat-obatan - obat-obatan seperti alkohol, kafein, obat penenang, obat
tidur dan antihistamin dapat mengganggu pola tidur.
- Penyakit - seperti hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), refluks
esofagus, asma nokturnal dan penyakit kronis dapat mengganggu tidur.
- Perubahan zona waktu - pergi ke belahan bumi lain yang memilki zona
waktu yang berbeda dapat mempengaruhi jam biologis internal.
- Gangguan tidur - seprti sleep apnea, sindrom kaki gelisah, tidur berjalan,
narkolepsi, hipersomnia idiopatik dan insomnia, semuanya dapat
menyebabkan hipersomnia.

1.7 Assessment
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
A. Riwayat tidur
1. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4. Kebiasaan tidur siang;
5. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami
gangguan tidur;
7. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di
kclopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
b. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat
bingung;
c. Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

B. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, sakit kepala.

C. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi,
night terrors, mendengkur, dll

D. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam

1.8 Intervention to Promote Rest and Sleep


a) Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan:
1. Pintu kamar klien ditutup.
2. Kurangi stimulus, misalnya percakapan.
3. Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b) Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan
musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dapat dilakukan
dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang
disukainya.
c) Diet
1. Aniurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi
protein, seperti susu dan keju.
2. Hindari banyak minum sebelum tidur.
d) Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
e) Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur.
Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres
sebelum tidur.
f) Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
1. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
2. Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
3. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah
4. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik menit sebelum tidur
g) Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
h) Berdoa sesuai dengan agamanya.

Referensi
 Ardiansyah, Dicky.2015. Konsep Fisiologis Istirahat, Tidur, dan Asuhan
Keperawatan.http://dickyandriansyah.web.unej.ac.id/2015/03/12/konsep-
fisiologis-istirahat-tidur-dan-asuhan-keperawatan/. Diakses pada tanggal
19 April 2017
 Anindyaputri, Irene.2017. Memahami Jam Biologis: Jadwal Kerja Organ
Dalam Tubuh Kita. https://hellosehat.com/jam-biologis-manusia/. Diakses
pada tanggal 19 April 2017
 http://www.trendilmu.com/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-istirahat-
dan.html
 https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/sleep-
hypersomnia
 Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
 Febriana, Desita. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan
Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/18429/
18244 [11 Desember 2012]
 Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
 Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko
Enuresis pada anak Taman Kanak-Kanak di Kota madya Denpasar.
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-3-2.pdf. [12 Desember 2012]
 Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai