Anda di halaman 1dari 5

Cendawan

Cendawan atau jamur merupakan organisme yang bersifat heterotropik atau

tumbuhan berinti, memiliki spora dan tidak berklorofil serta mempunyai benang

benang bercabang yang disebut dengan hifa. Melalui dinding dari selulosa ataupun

kitin, jamur berkembangbiak secara aseksual (tidak kawin) maupun secara seksual

(kawin) (Suhardiman, 1983). Jamur tidak memiliki klorofil sehingga dalam mencari

makanannya dengan cara mengambil zat-zat yang sudah jadi atau dihasilkan oleh

organisme lain. Sifat inilah yang membuat jamur digolongkan sebagai tumbuhan

heterotrofik (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Jamur atau biasa yang disebut mushroom merupakan fungi, mempunyai

bentuk tubuh buah brukuran besar dan bisa diamati secara langsung. Tubuh buah

dari jamur umumnya memiliki bentuk seperti payung (Achmad et al, 2011).

Kemudian jamur banyak dijumpai pada saat musim hujan, biasanya menempel pada

kayu-kayu lapuk, serasah dedaunan dan pohon-pohon yang tumbuh (Hiola, 2011).

Tubuh buah dari jenis jamur mampu dibedakan antara satu dengan lainnya,

perbedaan tersebut dapat diamati secara langsung pada bagian tubuh jamur yaitu

tudung (pileus), lamella (gills), tangkai (stipe) dan serta cawan (volva). Adanya

perbedaan ukuran, bentuk dari pileus, warna dan tangkai dapat memudahkan

identifikasi dari suatu jenis jamur tertentu. (Smith et al, 1988).

Kapang

Kapang atau moulds merupakan fungi multiseluler berbentuk koloni dari suatu
filamen atau benang. Koloni tersebut dibangun oleh suatu struktur dasar berupa tubulus
berbentuk silinder yang bercabang-cabang dengan diameter bervariasi anatar 2 sampai 10
µm dan disebut hifa. Lebar hifa dari suatu species biasanya relatif
konstan selama pertumbuhannya. Koloni dari hifa-hifa ini biasanya kan tumbuh bersama
sama diatas permukaan suatu media dan membentuk suatu lempengan yang secara
kolektif disebut miselium, yang dapat dilihat secara mudah tanpa mikroskop (gambar
8.6). Perkembangan miselium terjadi karena pertumbuhan dari masing-masing hifa
dengan cara perpanjangan ujung-ujung hifa dan percabangan dari hifa tersebut.
Hifa merupakan suatu tubulus yang mengandung nucleus (inti) dengan jumlah
lebih dari satu (bahkan dapat berjumlah ratusan), yang dilingkupi sitoplasma. Biasanya
sitoplasma dalam suatu hifa dapat saling bertukar. Beberapa hifa dapat terbagi menjadi
beberapa sel oleh adanya septa atau dinding pemisah pada tempat-tempat tertentu
sepanjang hifa. Dalam tiap-tiap sel yang dibatasi septa tersebut dapat terkandung satu
nukleus (hifa uninukleat), juga ada yang mengandung lebih dari satu nukleus yang
disebut hifa multinukleat. Beberapa species fungi lain, hifanya tidak mengandung septa

sehingga hifa tersebut tidak terbagi menjadi beberapa sel. Hifa semacam ini disebut hifa
nonseptat atau hifa aseptat . Septa yang membatasi tiap-tiap sel tidak sepenuhnya
membatasi sitoplasma sel yang berdekatan melainkan masih ada pori yang memungkinkan
terjadinya perpindahan sitoplasma dan nukleus antara sel-sel tersebut
sebagaimana terjadi pada hifa non septat. Ada tidaknya septa ini sering digunakan
sebagai salah satu cirri dalam identifikasi.

Khamir

Khamir melakukan reproduksi aseksual dengan cara bertunas (budding), pembelahan


langsung atau dengan hifa. Sebagian besar khamir melakukan reproduksi seksual dengan
membentuk asci, yang mengandung askospora haploid dengan jumlah bervariasi antara satu hingga
delapan askospora. Askospora dapat menyatu dengan nukleus dan membelah seiring dengan
pembelahan vegetatif, tetapi beberapa khamir memiliki askospora yang menyatu dengan askospora
lain (Schneiter, 2004).

Khamir memiliki manfaat yang penting dalam perkembangan bioteknologi. Isolasi dan
identifikasi dari total perkiraan keanekaragaman khamir di dunia baru dilakukan sekitar 1%. Diantara
89 genera khamir yang pernah terdaftar dalam monograf khamir, sebanyak 37 genera atau 42%
ditemukan di Indonesia. Hal ini mengindikasikan eksplorasi khamir masih sangat jarang dilakukan,
sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya keanekaragaman khamirnya
(Kurtzman et al., 2006).
No. Cendawan Kapang Khamir
1. Jumlah sel
Multiseluler dan Multiseluler Uniseluler
uniseluler
2.
Ukuran Makroskopik Mikroskopik, namun Mikroskopis
membentuk hifa
yang dapat dilihat
dengan mata
telanjang

3. Cara Membutuhkan Aerob mutlak Aerob sejati Fakultatif


Oksigen

4 Ciri khas Dinding sel Memiliki septa Tidak memiliki


mengandung flagelum
kitin, glucan,
selulosa, dan
mannan
5 Saprofit dan Saprofit Parasit atau patogen
Cara Bertumbuh parasit

6 Memiliki payung Berbentuk filamen Berbentuk ovoid atau


Bentuk berwarna yang yang disebut hifa. spheroid. Kadang
biasanya Kumpulan hifa dapat membentuk
ditopang oleh disebut miselium. miselium semu.
semacam batang.
7 Habitat Di darat dan di Pada medium yang Medium dengan
tempat yang mengandung sumber gula/garam yang tinggi
lembab karbon organic.
8 Suhu pertumbuhan 22-30⁰C 25-30 ⁰C (optimum) 25-30⁰C (optimum)
34-47⁰C (maksimum) 34-47⁰C (maksimum)

9 pH pertumbuhan 3,8-5,6 4,0-4,5 3-6

10 Reproduksi aseksual Pembelahan, Konidiaspora, Tunas multilateral dan


penguncupan, sporangiospore, polar
pembentukan oidium,
spora klamidospora,
blastospora
11 Reproduksi seksual Peleburan Aksospora, Menghasilkan
nucleus dari dua basidiospora, aksospora
sel induknya zigospora, dan
oospora

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Arinda Kusuma dkk.2014. Kandungan Total Fungi Serta Jenis Kapang dan Khamir pada
Limbah Pabrik Pakan yang Difermentasi dengan Berbagai Aras Starter ‘Starfung’.

file:///C:/Users/HP/Downloads/1874-3516-5-PB.pdf. Diakses Rabu, 25 Maret 2020 pukul


20:38 WIB

Anda mungkin juga menyukai