Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
Pencemaran Laut ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.3.1 Logam berat
2.3.2 Tumpahan minyak
2.3.3 Sampah
2.3.4 Pestisida
2.3.5 Eutrofikasi
2.3.6 Peningkatan keasaman
2.3.7 Polusi kebisingan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di daratan
seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang
membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan
kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat
mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk
dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak
bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk
dapat dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di
mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah
tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan
pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme
laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-
lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan.
Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh
zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton
memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan
oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan
planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai
tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level
tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam
tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung
logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam
insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam
tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang
di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan
yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam
berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO
(Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan
untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam
berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang
sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia.
Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut,
bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk
menangani pencemaran laut tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
d) Apa saja kasus Pencemaran Laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di dunia?
1.3 Tujuan
2. PEMBAHASAN
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hamper tidak bisa
dielakkan. Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun.
Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak
mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau
lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah
logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi
anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada
perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya
berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan
pertambangan.
Semen, keramik : Cr
Tekstil : Cr
Industri kulit : Cr
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat
bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin
terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk
ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat
di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang
mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila
memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia,
logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap
kesehatan.
Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah
menyebabkan ribuan orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk
Minamata Jepang. Industri Kimia Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2)
sebagai katalisator dalam memproduksi acetaldehyde sintesis di mana setiap
memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100 gr mercury
dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk Minamata.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung
dari air maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang
tinggi pada daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi
sehari-hari bagi masyarakat Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam
rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm.
Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut
dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera
perasa dan bahkan banyak yang meninggal dunia.
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung
dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang
Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta
metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya
untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit,
sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di
laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba,
penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang
membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi
hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan
kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini
termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana
molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun
sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk
di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi
dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.
Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara,
tanah dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan
banyak lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki
atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat
menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih
asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang
dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan
iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin
memanas, maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah
yang paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu
karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang
dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih
asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan larut
karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain yang
dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu hal ini
sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan suhu
tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari
sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi
sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan
laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang
sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak
ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun
1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah
meningkat sepuluh kali lipat).
1. Sumber alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses
fisika serta proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api
dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis
misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan
survei seismik, pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll.
Kebanyakan dari survei seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber suara,
alat ini merupakan alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat
mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut dapat
menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya
terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat dari
tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga
berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini
dapat menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis
mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana
dalam operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan
kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan di
sini, salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan
peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga
merusak secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.
5. Kegiatan militer
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber
suara yang menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas
kapal naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam
aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu
sistem yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA) untuk keperluan
militernya. Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif
terhadap kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut
ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip
adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah melalui
beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari sekitar
160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena gangguan seperti vertigo,
gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut dan dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan
oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998)
dan Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan
oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau
Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami perubahan kelakuan
dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia
laut( termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat
latihan militer Amerika yang menggunakan sonar.
2.3Dampak pencemaran laut
2.3.1 Logam berat
· Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup
dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat
beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai
dapat menyebabkan hipertensi
· Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka
panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
· Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap.
Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada
kelahiran.
2.3.2 Tumpahan minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka
berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak
dan mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
2.3.3 Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak
jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut.
Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan ini,
sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui
kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota laut, adanya
sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang paling
sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan air laut, dll.
2.3.4 Pestisida
v Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat
merubah tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga
ikan.
v Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap
racun pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati),
dll.
2.3.5 Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan
jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis.
Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami
kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2 karena
terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak
CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal
pada hewan-hewan di perairan tersebut.
2.3.6 Peningkatan keasaman
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas yang
dapat berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang
menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa
suara-suara biologi ini penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi
antara ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau melemahkan mangsa.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
laut :
Ø Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah
puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
Ø Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di
laut.
Ø Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
kehidupan.
5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang
akan mencemari laut.
A. United Nation Covention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS)
Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak karya dari PBB tentang
hukum laut, yang disetujui di montego Bay, Jamaica tanggal 10 Desember
1982[9]. Konvensi Hukum Laut 1982 secara lengkap mengatur perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut (protection and preservation of the marine environment)
yang terdapat dalam Pasal 192-237.
Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara mempunyai kewajiban
untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Pasal 193 menggariskan prinsip
penting dalam pemanfaatan sumber daya di lingkungan laut, yaitu prinsip yang
berbunyi : bahwa setiap Negara mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi
sumber daya alamnya sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka dan sesuai dengan
kewajibannya untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut.
Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan upaya-upaya
guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan (control)
pencemaran lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran, seperti pencemaran dari
pembuangan limbah berbahaya dan beracun yang berasal dari sumber daratan (land-
based sources), dumping, dari kapal, dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi. Dalam
berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan pengendalian pencemaran lingkungan
tersebut setiap Negara harus melakukan kerja sama baik kerja sama regional maupun
global sebagaimana yang diatur oleh Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.
Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur dalam
London Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa residu
minyak, bahan campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari tindakan
dumping ini adalah apabila ada “foce majeur”, yaitu dimana pada suatu keadaan
terdapat hal yang membahayakan kehidupan manusia atau keadaan yang dapat
mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.
Total hydrocarbons (oily waters, crude, bilge water, used oils, dll) yang diizinkan
untuk dibuang ke laut oleh sebuah kapal adalah tidak boleh melebihi 1/15000 dari
total muatan kapal. Sebagai tambahan, pembuangan limbah tidak boleh melebihi 60
liter setiap mil perjalanan kapal dan dihitung setelah kapal berjarak lebih 50 mil dari
tepi pantai terdekat. Register Kapal harus memuat daftar jenis sampah yang
dibawa/dihasilkan dan jumlah limbah minyak yang ada. Register Kapal harus
dilaporkan ke pejabat pelabuhan.
b. Annex II : Control of pollution by noxious liquid substances
Aturan ini memuat sekitar 250 jenis barang yang tidak boleh dibuang ke laut,
hanya dapat disimpan dan selanjutnya diolah ketika sampai di pelabuhan. Pelarangan
pembuangan limbah dalam jarak 12 mil laut dari tepi pantai terdekat.
Aturan tambahan ini tidak dilaksanakan oleh semua negar yaitu aturan standar
pengemasan, pelabelan, metode penyimpanan dan dokumentasi atas limbah
berbahaya yang dihasilkan kapal ketika sedang berlayar
Aturan ini khusus untuk faecal waters dan aturan kontaminasi yang dapat diterima
pada tingkatan (batasan) tertentu. Cairan pembunuh kuman (disinfektan) dapat
dibuang ke laut dengan jarak lebih dari 4 mil laut dari pantai terdekat. Air buangan
yang tidak diolah dapat dibuang ke laut dengan jarak lebih 12 mil laut dari pantai
terdekat dengan syarat kapal berlayar dengan kecepatan 4 knot.
Aturan ini tidak dapat efektif dilaksanakan karena tidak cukupnya negara yang
meratifiskasi (menandatangani persetujuan.)
3. PENUTUP
3.1Kesimpulan
a) Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah
industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif
(asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA