Anda di halaman 1dari 23

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Natrium dan Kalium Dalam Darah”

Afrida Cahya Nirwana


260110160021
Kelas A 2016
Senin, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
1.1 Menentukan kadar natrium dan kalium dalam urin dengan
menggunakan Flame Atomic Emission Spectroscopy (FAES).

II. Prinsip
2.1 Spektroskopi Emisi Atom
Sampel yang diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi
litium atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas
propan. Ion natrium, kalium, litium, atau sesium bila mengalami
pemanasan akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu (Klutts and Scott, 2006).

2.2 Eksitasi Elektron

Eksitasi elektron yaitu peristiwa berpindahnya elektron dari


tingkat energi lebih rendah ke tingkat energy lebih tinggi dan saat
kembali ke keadaan dasar elektron akan mengemisikan energi melalui
pancaran sinar. Sinar yang dipancarkan memiliki energi tertentu dan
spesifik untuk suatu unsur maka dapat digunakan untuk pengujian
kualitatif. Intensitas sinar dapat pula diukur untuk pengujian kuantitatif
karena intensitas sinar sebanding dengan konsentrasi unsur [ CITATION
Ang05 \l 1057 ]

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar

Homeostasis cairan tubuh adalah hal penting bagi kelangsungan hidup


semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor,
yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai
“profil elektrolit” (Scott dan Klutts, 2006).
Natrium aktif secara osmotik merupakan elektrolit yang memberikan
kontribusi besar dalam menentukan osmolaritas serum. Ion natrium banyak
terdapat didalam cairan ekstraseluler yang berperan untuk memelihara tekanan
osmotik, keseimbangan asam-basa dan membantu transmisi impuls saraf.
Konsentrasi natrium dalam serum diatur oleh ginjal, SSP dan system endokrin.
Nilai rujukan kadar natrium dalam serum darah adalah 135-144 mmol/L
(Kemenkes RI, 2011).
Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan intraseluler,
bersama bikarbonat ,kalium memiliki fungsi sebagai buffer utama. Lebih kurang
80% - 90% kalium dikeluarkan dalam urin melalui ginjal. Aktivitas
mineralokortikoid dari adrenokortikosteroid juga mengatur konsentrasi kalium
dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi kalium di dalam tubuh
berada di ekstraseluler dan 50 mmoL berada dalam cairan intraseluler (Kemenkes
RI, 2011).
Sebesar 98% dari jumlah kalium berada di dalam cairan intrasel. Jumlah
kalium dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Jumlah kalium pada wanita lebih
kecil 25% dibandingkan dengan laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa
lebih kecil 20% dibandingkan dengan anak-anak (Priest, et al., 1996).
Konsentrasi kalium dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai
untuk mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi
langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi otot, keseimbangan
asam-basa dan kontraksi otot jantung. Nilai rujukan kadar kalium dalam serum
darah adalah sebesar 3,6-4,8 mmol/L (Kemenkes RI, 2011).
Hipokalemia dapat menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung,
sedangkan hyperkalemia dapat menyababkan aritmia jantung. Hipokalemia dapat
terjadi karena asupan kalium yang kurang, pengeluaran kalium yang berlebihan
dan kalium masuk ke dalam sel. Sebaliknya jika kalium keluar dari intrasel
menuju ke ekstrasel serta ekskresi kalium ke ginjal berkurang dapat menyebabkan
hiperkalemia [ CITATION Dar08 \l 1033 ].
Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini yaitu
apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor (sumber
pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom tersebut yang tadinya
dalam keadaan dasar atau groud state akan tereksitasi ketingkat-tingkat energi
elektron yang lebih tinggi. Karena keadaan tereksitasi itu merupakan keadaan
yang sangat tidak stabil maka elektron yang tereksitasi itu secepatnya akan
kembali ke tingkat energi semula yaitu ke keadaan dasarnya (ground state).
(Anshori , 2005).
Dalam FES, larutan sampel diubah menjadi aerosol halus (ternebulasi) dan
dilewatkan ke dalam api, dimana akan terjadi proses desolvasi, vaporisasi dan
atomisasi dalam waktu yang cepat. Selanjutnya atom dan molekul naik ke
keadaan tereksitasi melalui tabrakan termal dengan konstituen yang telah menjadi
gas. Setelah kembali ke keadaan dasar, molekul akan memancarkan radiasi emisi
yang berkarakter dari komponen sampel. Radiasi yang dipancarkan melalui
monokromator yang mengisolasi panjang gelombang tertentu untuk analisis yang
diinginkan. Fotodetektor akan mengukur kekuatan radiasi yang dipilih, kemudian
akan diperkuat dan dikirim ke read outmeter (Harvey, 2000).
Cara penentuan kadar natrium dan kalium dalam tubuh dapat dilakukan
dengan menggunakan serum darah sebagai sampel analisis (Afridi, et al., 2012).
Alasan penggunaan serum darah karena terdapat elektrolit yang dbutuhkan untuk
analisis. Akan tetapi, serum mengandung banyak protein. Hal ini dapat
mengganggu dalam penentuan elektrolit yang terkandung dalam serum darah,
sehingga diperlukan perlakuan terhadap sampel terlebih dahulu (Merrell, et al.,
2004).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Bulb
b. Flame atomic emission spectroscopy
c. Labu ukur
d. Mikropipet dan tip
e. Pipet volume
f. Sentrifugator
g. Timbangan analitik
h. Vial polietilen
i. Wadah plastik

5.2 Bahan
a. Air suling
b. Air deionisasi
c. Asetoniril
d. Kalium klorida
e. Natrium klorida
f. Sampel darah

VI. Data Pengamatan

No
Prosedur Hasil Foto
.
1. Pembuatan Larutan Stok
Natrium Baku dan
Kalium Baku 100 ppm
- Ditimbang 25,4348 Didapatkan NaCl
mg dan KCl baku baku sebanyak
sebanyak 1,91 mg. 25,4348 mg dan
KCl baku
sebanyak 1,91 mg.
- Dipindahkan NaCl Didapatkan larutan
baku ke dalam labu NaCl dalam labu
ukur 100 mL yang ukur 100 mL.
telah dibilas dengan
air deionisasi
- Ditambahkan 100 mL
air deionisasi ke labu
NaCl baku dan kocok
hingga larut,
kemudian
ditambahkan hingga
tanda batas
- Ditambahkan KCl Didapatkan larutan
baku ke dalam labu KCl dalam labu
ukur 50 mL yang ukur 50 mL.
telah dibilas dengan
air deionisasi.
- Ditambahkan 50 mL
air deionisasi ke
masing-masing labu
dan kocok hingga
larut, kemudian
menambahkan hingga
tanda batas
2. Pembuatan Larutan Baku
Kalibrasi Natrium dan
Kalium
- Air deionisasi Didapatkan air
digunakan sebagai deionisasi sebagai
blanko blanko.
- Sebanyak 0,25; 0,5; 1; Didapatkan larutan
2; 4 mL larutan Na baku variasi
baku 100 ppm dipipet konsentrasi yaitu 1,
ke masing-masing 2, 4, 8, 16 ppm
lima labu ukur 25 mL
(1, 2, 4, 8, 16 ppm)
- Dipipet 0,05; 0,1; Didapatkan larutan
0,15; 0,25; 0,3 mL baku variasi
larutan K baku 100 konsentrasi yaitu
ppm ke masing- 0,25; 0,5; 0,75;
masing lima labu ukur 1,25; 1,5 ppm.
25 mL (0,25; 0,5;
0,75; 1,25; 1,5 ppm)
- Ditambahkan air
deionisasi hingga
tanda batas, lalu
kocok hingga
homogen

3. Preparasi Sampel Darah


- Dimasukkan 3-5 mL Didapatkan ±5 mL
darah ke dalam darah dalam
tabung (tanpa tabung berwarna
antikoagulan) merah (tanpa
antikoagulan).

- Didiamkan darah Didapatkan darah


hingga membeku ± 20 yang telah
menit membeku.
- Dilakukan Didapatkan darah
sentrifugasi pada yang telah
darah dengan disentrifugasi
kecepatan 3000 rpm dengan 3000 rpm
selama 10 menit selama 10 menit.
- Diambil Didapatkan
supernatannya supernatant yang
disebut sebagai
serum.
- Ditambahkan 1,5 mL Didapatkan 500 µl
asetonitril ke dalam serum yang telah
setiap 500 µl serum, ditambahkan
lalu di sentrifugasi asetonitril dan
kembali telah
disentrifugasi.
- Diambil fase yang Didapatkan fase
bening, lalu disimpan bening yang
di freezer disimpan dalam
freezer.
- Diencerkan serum Didapatkan serum
darah sebanyak 50 darah yang telah
kalinya dengan air diencerkan
deionisasi sebanyak 50
kalinya.
- Dipipet 500 µL serum Didapatkan 500 µL
darah ke dalam labu serum darah ke
ukur 25 mL, dalam labu ukur 25
ditambahkan air mL.
deionisasi dan kocok
hingga larut,
kemudian
ditambahkan hingga
tanda batas

4. Penentuan Natrium dalam


Darah
- Alat FAES Didapatkan alat
dinyalakan dan FAES dalam
distabilkan , keadaan nyala
kemudian dilakukan kemudian
pengukuran awal didapatkan hasil
selama 15 menit pengukuran awal
dengan air deionisasi air deionisasi
sebagai blanko
dengan intensitas
emisi 0.
- Peralatan yang Didapatkan
digunakan dibilas peralatan yang
dengan air suling, telah dibilas
kemudian dengan air dengan air suling
deionisasi dan air deionisasi.
- Vial diisi dengan air Didapatkan larutan
deionisasi (blanko), baku Na sebanyak
larutan baku (1, 2, 4, 25 mL dengan
8, 16 ppm Na) serta konsentrasi 1, 2, 4,
larutan sampel 8, 16 ppm dan
sebanyak masing- sampel serum
masing 25 mL. dalam labu ukur 25
Sebelumnya setiap mL.
vial dibilas dengan
larutan masing-
masing
- Diisi vial dengan air Didapatkan larutan
deionisasi (blanko), baku K sebanyak
larutan baku (2, 4, 6, 20 mL dengan
8, 10 ppm K) serta konsentrasi 0,25,
larutan sampel 0,5, 0,75, 1,25 ,
masing-masing 25 dan 1,5 ppm dan
mL. Sebelumnya sampel serum
setiap vial dibilas dalam labu ukur 20
dengan larutan mL.
masing-masing
- Dialirkan air Didapatkan meter
deionisasi hingga reading stabil
pembacaan meter dengan blanko
(meter reading) stabil, 0,00 dan larutan
dengan tombol blanko baku Na tertinggi
untuk pembacaan pada 50.
meter (meter reading)
0,00. Mengalirkan
larutan baku Na
tertinggi (16 ppm)
hingga pembacaan
meter (meter reading)
stabil, dengan tombol
fine sensitivity untuk
pembacaan meter
(meter reading) 50
- Tahap prosedur Didapatkan hasil
kalibrasi diulangi kalibrasi dengan
dengan air deionisasi blanko 0,00 dan
dan larutan baku Na larutan baku stabil
tertinggi beberapa kali pada 50.
hingga didapatkan
keduanya stabil pada
0,00 dan 50
- Dialirkan blanko, lima Didapatkan
larutan baku, dan pembacaan dari
sampel. Dilakukan setiap larutan
tiga pengulangan dalam meter
pembacaan dari setiap reading yang
larutan hingga stabil.
pembacaan meter Didapatkan hasil
(meter reading) satu intensitas emisi
kali stabil larutan baku Na
yaitu sebagai
berikut :
Baku 1 ppm : 2
Baku 2 ppm : 4
Baku 4 ppm : 7
Baku 8 ppm : 12
Baku 16 ppm : 19

- Kalibrasi kedua Didapatkan hasil


dilakukan dengan kalibrasi dengan
menempatkan sampel blanko 0,00 dan
di antara dua larutan larutan baku stabil
baku yang yang pada 50.
pembacaannya sesuai
dengan sampel
- Keseluruhan proses Didapatkan
kalibrasi diulangi pembacaan hasil
dengan tiga kalibrasi dari
pengulangan setiap larutan
pembacaan sebanyak dalam meter
minimal 1 / 2 kali reading yang
stabil.
Didapatkan hasil
intensitas emisi
sampel yaitu
sebagai berikut :
Sampel 1 : 3,5
Sampel 2 : 4
Sampel 3 : 2,25
Sampel 4 : 2

5. Penentuan Kalium dalam


Darah
- Untuk kalium, air Didapatkan meter
deionisasi dengan reading stabil
tombol blanko untuk dengan blanko
pembacaan meter 0,00 dan larutan
(meter reading) 0,00. baku K tertinggi
Larutan baku K pada 50.
tertinggi (10 ppm)
dengan tombol fine
sensitivity untuk
pembacaan meter
(meter reading) 50
- Tahap prosedur Didapatkan hasil
kalibrasi diulangi kalibrasi dengan
dengan air deionisasi blanko 0,00 dan
dan larutan baku K larutan baku stabil
tertinggi beberapa kali pada 50.
hingga didapatkan
keduanya stabil pada
0,00 dan 50
- Dialirkan blanko, lima Didapatkan
larutan baku K, dan pembacaan dari
sampel. Melakukan setiap larutan
tiga pengulangan dalam meter
pembacaan dari setiap reading yang
larutan hingga stabil.
pembacaan meter Didapatkan hasil
(meter reading) satu intensitas emisi
kali stabil larutan baku K
yaitu sebagai
berikut :
Baku 0,25 ppm : 2
Baku 0,5 ppm : 3
Baku 0,75 ppm : 5
Baku 1,25 ppm : 8
Baku 1,5 ppm : 10
- Kalibrasi kedua Didapatkan hasil
dilakukan dengan kalibrasi dengan
menempatkan sampel blanko 0,00 dan
di antara dua larutan larutan baku stabil
baku yang yang pada 50.
pembacaannya sesuai
dengan sampel
- Keseluruhan proses Didapatkan
kalibrasi diulangi dan pembacaan hasil
tiga pengulangan kalibrasi dari
pembacaan sebanyak setiap larutan
minimal 1 / 2 kali dalam meter
reading yang
stabil.
Didapatkan hasil
intensitas emisi
sampel yaitu
sebagai berikut :
Sampel 1 : 0,2
Sampel 2 : 0,75
Sampel 3 : 0,7
Sampel 4 : 0,25
VII. Perhitungan

Pembuatan Larutan Stok Natrium Baku 100 ppm


C .V . Mr NaCl
g =
Ar Na
100.0,1. 58,5
=
23
= 25,4348 mg

Pembuatan Larutan Stok Kalium Baku 100 ppm


C .V . Mr KCl
g =
Ar K
10.0,1. 74,5
=
39
= 1,91 mg
Untuk 50 mL = 1,91 x 5 = 9,55 mg

Pengenceran dari Larutan Stok Natrium Baku 100 ppm


 1 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 1 = V2 . 100
V2 = 0,25 mL

 2 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 2 = V2 . 100
V2 = 0,5 mL

 4 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 4 = V2 . 100
V2 = 1 mL

 8 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 8 = V2 . 100
V2 = 2 mL

 16 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 16 = V2 . 100
V2 = 4 mL

Pengenceran dari Larutan Stok Kalium Baku 100 ppm


 0,25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,25 . 20
V1 = 0,05 ml

 0,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,5 . 20
V1 = 0,1 ml

 0,75 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,75 . 20
V1 = 0,15 ml

 1,25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 1,25 . 20
V1 = 0,25 ml

 1,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 1,5 . 20
V1 = 0,3 ml

Pengenceran Sampel Serum Sebanyak 50 kalinya


1
x 1000.000 = 20.000 ppm
50
mL
20.000 ppm = x 1000.000
25 mL
mL = 0,5 mL
= 500 µL

Kurva Baku Natrium


Konsentrasi ppm Intensitas Emisi
1 2
2 4
4 7
8 12
Kurva
16 Baku Natrium19
20
18 f(x) = 1.11 x + 1.92
16 R² = 0.98
14
12
10
Emisi

8 Linear ()
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)
Hasil Natrium dalam Sampel
sampel emisi 1 emisi 2 rata-rata emisi (y)
1 4 3 3,5
2 5 3 4
3 2,5 2 2,25
4 3 1 2
*FP = 50

Nilai Rujukan Na dalam Serum


Na = 135-145 mmol/L Na = 135-145 mmol/L
mmol mmol
Na = 135 x Ar Na = 145 x Ar
L L
mmol g mmol
= 135 x 23 = 145 x
L mol L

g
23
mol
= 3105 mg/L = 3335 mg/L
= 3105 ppm = 3335 ppm

Sampel 1
Y = 1,1102x + 1,9167
3,5 = 1,1102x + 1,9167
3,5−1,9167
X =
1,1102
= 1,4261 ppm
X . FP = 1,4261 x 50
= 71,305 ppm

Sampel 2
Y = 1,1102x + 1,9167
4 = 1,1102x + 1,9167
4−1,9167
X =
1,1102
= 1,8765 ppm
X . FP = 1,8765 x 50
= 93,825 ppm

Sampel 3
Y = 1,1102x + 1,9167
2,25 = 1,1102x + 1,9167
2,25−1,9167
X =
1,1102
= 0,3002 ppm
X . FP = 0,3002 x 50
= 15,01 ppm

Sampel 4
Y = 1,1102x + 1,9167
2 = 1,1102x + 1,9167
2−1,9167
X =
1,1102
= 0,0750 ppm
X . FP = 0,0750 x 50
= 3,75 ppm
Kurva Baku Kalium

Konsentrasi ppm Intensitas Emisi


0,25 2
0,5 3
0,75 5
1,25 8
1,5 10

Kurva Baku Kalium


12

10
f(x) = 6.47 x + 0.1
8 R² = 0.99
Intensitas Emisi

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Konsentrasi

Hasil Kalium dalam Sampel


sampel emisi 1 emisi 2 rata-rata emisi (y)
1 0,2 - 0,2
2 0,5 1 0,75
3 0,9 0,5 0,7
4 0,2 0,3 0,25
*FP = 50

Nilai Rujukan K dalam Serum


K = 3,5-5,3 mmol/L K = 3,5-5,3 mmol/L
mmol mmol
K = 3,5 x Ar K = 5,3 x Ar
L L
mmol g mmol g
= 3,5 x 39 = 5,3 x 39
L mol L mol
= 136,5 mg/L = 206,7 mg/L
= 136,5 ppm = 206,7 ppm

Sampel 1
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,2 = 6,4651 x + 0,1047
0,2−0,1047
X =
6,4651
= 0,0147 ppm
X . FP = 0,0147 x 50
= 0,737 ppm

Sampel 2
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,75 = 6,4651 x + 0,1047
0,75−0,1047
X =
6,4651
= 0,0998 ppm
X . FP = 0,0998 x 50
= 4,99 ppm

Sampel 3
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,7 = 6,4651 x + 0,1047
0,7−0,1047
X =
6,4651
= 0,092 ppm
X . FP = 0,092 x 50
= 4,6 ppm
Sampel 4
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,25 = 6,4651 x + 0,1047
0,25−0,1047
X =
6,4651
= 0,022 ppm
X . FP = 0,022 x 50
= 1,123 ppm

VIII. Kesimpulan
Dapat ditentukan kadar Natrium dan Kalium dalam darah dengan flame
atomic emission spectroscopy dengan hasil kadar Natrium pada sampel
yaitu sebesar 71,305 ppm, 93,825 ppm, 15,01 ppm, dan 3,75 ppm. Hasil
kadar natrium tersebut tidak memenuhi nilai rujukan natrium dalam darah
yaitu 3105 ppm – 3335 ppm. Sedangkan, untuk hasil kadar Kalium pada
sampel yaitu 0,737 ppm, 4,99 ppm, 4,6 ppm, dan 1,123 ppm, hasil kadar
kalium tersebut tidak memenuhi nilai rujukan kalium dalam darah yaitu
sebesar 136,5 – 206,7 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, B., & Arif, N. (2005). Aplikasi Spektrofotometer Emisi Pada Analisis
Unsur-Unsur Bahan Paduan Aluminium AlMgSi-1. Jurnal Teknologi
Bahan Nuklir, 1(2), 58-107.
Anshori JA. 2005. Spektrometri Serapan Atom . Pelatihan Instrumentasi Analisa
Kimia. Universitas Padjajaran.
Darwis, D., Moenajat, Y., Nur, B., Madjid, A., P., S., & Aniwidyaningsih, W.
(2008). Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit dan Asam-Basa
Fisiologi dan Patofisiologi Diagnosis dan Tatalaksana (2 ed.). Jakarta:
FK UI.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw Hill.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alkes.
Klutts, J. S. & Scott M. G. 2006. Physiology and Disorders of Waters,
Electrolytes and Acid-Base Metabolism. In Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics. Edition 4th, Ed. Philadelphia:
Burtis CA, Ashwood ER and Bruns DE, Elsevier Saunders.
Merrell, K., Southwick, K., Graves, S. W., Esplin, M. S., Lewis, N. E., et al. 2004.
Analysis of Low-Abundance, Low-Molecular-Weight Serum Proteins
using Mass Spectrometry. J Biomol Tech. Vol. 15, hal. 238–248.
Priest, G; Smith, B; and Heitz. 1996. Electrolyte Analyzer Operator annual 1st
Edition. USA: AVL Scientific Corporation.
Scott, M.G., LeGrys, V.A. and Klutts, J., 2006. Electrochemistry and Chemical
Sensors and Electrolytes and Blood Gases' In : Tietz Text Book of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol 1.
Philadelphia: Elsevier Saunders In.

Anda mungkin juga menyukai