Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

NTSI6501
GEOLOGI TEKNIK

Makalah
“ Tanah Longsor Terhadap Bidang Infrastruktur”

Oleh Kelompok :

Nama Anggota :

Feryan Ernanda 180523630178

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab terjadinya tanah longsor di
2. Bagaimana keadaan geologi pada lokasi tersebut
3. Bagaimana dampak dari tanah longsor terhadap infrastruktur pada lokasi tersebut
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi dampak dari tanah longsor pada lokasi

1.3 TUJUAN
1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya tanah longsor di
2. Mengidentifikasi keadaan geologi pada lokasi tersebut
3. Mengidentifikasi dampak dari tanah longsor terhadap infrastruktur pada lokasi
tersebut
4. Memberikan solusi untuk mengatasi dampak dari tanah longsor pada lokasi

1.4 MANFAAT
1. Agar dapat mengidentifikasi dampak-dampak dari tanah longsor pada lokasi
tersebut
2. Agar dapat mengetahui solusi dalam mengatasi dampak tanah longsor pada lokasi

1.5 BATASAN MASALAH


1. Makalah ini hanya membahas dampak setelah terjadinya tanah longsor di
2. Makalah ini hanya membahas dampak setelah terjadinya tanah longsor secara
visual dan melalui data-data yang akurat
3. Makalah ini hanya membahas dampak akibat tanah longsor terhadap infrastruktur
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN TANAH LONGSOR


Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng (UU no 24 Tahun 2007)

2.2 JENIS-JENIS TANAH LONGSOR


Berikut ini adalah jenis-jenis tanah longsor :
a) Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landau,

b) Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
c) Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok
batu.

d) Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar
yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

e) Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
f) Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air,
dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter
seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat
menelan korban cukup banyak.

2.3 GEJALA TANAH LONGSOR


a) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
b) Biasanya terjadi setelah hujan.
c) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
d) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
2.4 KARAKTERISTIK TANAH
2.5 PENYEBAB TANAH LONGSOR
Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor :
a) Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal
musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada
awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air
akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah
karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah.
b) Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor.
c) Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d) Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e) Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan
jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f) Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran


mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g) Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h) Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
i) Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
j) Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
k) Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
l) Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.

2.6 DAMPAK TANAH LONGSOR

2.7 SOLUSI TANAH LONGSOR


BAB III

PEMBAHASAN
3.1 IDENTIFIKASI KASUS
Tempat : Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah
Letak Geografis : 7o 12’ – 7o 31’ LS dan 109o 29’ – 109o 45’50’’ BT
Kondisi Geografis : Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997
ha. Wilayah ini juga terdiri dari 20 Kecamatan. Sebagian besar wilayah Banjarnegara
berada pada ketinggian 100 sampai dengan 1000 meter di atas permukaan laut.
Wilayah Banjarnegara memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3000
mm/tahun. Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis,
wilayah ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a) Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari dataran
tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief yang
curam dan bergelombang. Zona ini meliputi kecamatan Kalibening,
Pandanarum, Wanayasa, Pangetan, Pejawaran, Batur, Karangkobar,
Madukara.
b) Zona Tengah, merupakan zona depresi Serayu yang cukup subur. Bagian
wilayah ini meliputi kecamatan Banjarnegara, Ampelsari, Bawang,
Purwanegara, Mandiraja, Purworejo, Klampok, Susukan, Wananadi,
Banjarmangu, Rakit.
c) Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu Selatan, merupakan
daerah pegunungan yang memiliki relief curam meliputi kecamatan
Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan.
3.2 ANALISIS KASUS

Permasalahan tanah longsor tersebut terjadi di Desa Kalitlaga, Kecamatan Pangetan,


Banjarnegara. Berkaitan dengan hal tersebut makalah ini bertujuan untuk melakukan analisis
penyebab dan mekanisme terjadinya kelongsoran

A. Longsor
Menurut Suryolelono (2002), tanah longsor merupakan fenomena alam yang berupa
gerakanmassa tanah dalam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan dari luar
yang menyebabkanberkurangnya kuat geser tanah dan meningkatnya tegangan geser tanah.
Pengurangan parameter kuat geser tanah disebabkan karena bertambahnya kadar air tanah
dan menurunnya ikatan antar butiran tanah.Sedangkan tegangan geser tanah meningkat
akibatmeningkatnya berat satuan tanah.

B. Tipe Gerakan Tanah


Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi BencanaGeologi (2006), karakteristk
gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi enam macam sebagaiberikut ini.
1) Longsoran (slides): merupakan longsoran denganbidang gelincir datar di sepanjang
diskontinuitas ataubidang lemah yang secara pendekatan sejajar dengan permukaan
lereng sehingga terjadi gerakan tanahsecara translasi.
2) Jatuhan (falls): merupakan pergerakan materialpembentuk lereng yang sangat cepat
termasuk batu jatuh bebas, lompatan, dan bergulir ke bawah padapermukaan lereng,
atau batu menggelinding ataupecahan batu bergerak ke bawah di permukaan lereng.
3) Robohan (topples): terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas., yang umumnya terjadi pada lerengyang terjal hingga
menggantung terutama di daerah pantai.
4) Sebaran (spreads): kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan
terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya. Sebaran juga merupakan gerakan
tanah yang umumnya terjadikearah samping karena terjadi pada kemiringan-
kemiringan atau muka lahan datar/sangat datar.
5) Aliran (flows): gerakan hancuran material ke bawahlereng dan mengalir seperti cairan
kental dan sering terjadi dalam bidang geser relatif sempit.6) Kompleks (combination
of types): merupakangabungan dua atau lebih dari tipe gerakan massabatuan atau tanah.

C. Lokasi
Lokasi penelitian tempat terjadinya tanah longsor adalah Desa Kalitlaga,
Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah.
Desakalitlaga berada koordinat 7°14’ LS 109°47’ BT.
D. Hasil Investigasi
Dari hasil investegasi lapangan, dapat disampaikanhal-hal sebagai berikut ini.
1) Kondisi topografi: secara topografi Desa Kalitlaga berada pada ketinggian
antara 556 - 997 meter di atas permukaan laut yang membujur di daerah
PegununganKendeng dengan relief bergelombang dan curam.Kemiringan
lereng bervariasi antara 30° sampai 60°.
2) Material tanah: lapisan tanah atas yang ada di Desa Kalitlaga memiliki
komposisi sebagian besar lempungdengan sedikit pasir dan bersifat subur.
Jenis tanah ini berasal dari pelapukan hasil letusan gunung api seperti yang
banyak dijumpai di Indonesia. Lapisan yang ada di bawahnya berupa batuan
lempung yang memiliki permeabilitas kecil.
3) Kondisi pergerakan tanah: pergerakan tanah di Desa Kalitlaga terjadi sejak
tahun 1965an Hal tersebut diperoleh dari keterangan penduduk setempat.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, dapat di sampaikan bahwa telah terjadi
longsoran di beberapa titik di Dusun Nganjir dan Prigi. Disamping itu,
jugaterjadi pergerakan tanah yang masih aktif, ditandaidengan adanya retakan-
retakan yang semakin lamasemakin melebar. Secara garis besar,
dapatdisampaikan, di Desa Kalitlaga terdapat enam lokasiyang rawan terhadap
kelongsoran, yaitu Dusun Nganjir, Dusun Prigi, Dusun Derikan, Dusun
Klesem, DusunGunturan dan Dusun Kali Putih.

E. Mekanisme longsoran
Mekanisme pergerakan longsoran yang terjadi di Desa Kalitlaga secara
pengamatan visual dilapangan terjadi beberapa tempat yang masih berada
didalamsuatu blok besar yang akibat pergerakan massa tanahberukuran lempung
pasiran meluncur diatas bidanggelincir batu lempung. Dengan adanya bidang
luncur berupa batu lempung di bawah massa tanah lempungpasiran, maka pada
saat musim hujan datang batu lempung tersebut tidak dapat meloloskan air,
bahkanmenjadi jenuh air dan licin sehingga terjadi luncuran massa tanah di
atasnya. Jenis longsoran adalahluncuran lengkung (nendatan).

F. Penyebab Longsoran
Ada tiga hal utama yang menyebabkan kelongsoran di Desa Kalitlaga, yaitu faktor
topografi, drainase, dangeologi. Secara lebih detail dapat dijabarkan sebagai
berikut ini.

1. Faktor topografi lereng: Desa kalitlaga terletak didaerah pegungan dengan


kemiringan lereng yang cukup curam berkisar 20°-45°. Hal ini menjadi
penyebab utama Desa kalitlaga sangan rentan terhadap bencana longsor.
2. Faktor drainese: penyebab kedua terjadinya gerakantanah di Desa Kalitlaga
adalah sistem drainase di DesaKalitlaga yang kurang baik. Kurang baiknya
sistem drainase ini, secara langsung dapat meningkatkantekanan hidrostatis
air, sehingga kuat geser tanah ataubatuan akan semakin berkurang sehingga
terjadigerakan tanah.
3. Faktor geologi: berdasarkan peta geologi, kawasan Desa Kalitlaga termasuk
dalam dalam anggota breksiformasi tapak, yang memiliki jenis tanah batu
pasir, breksi susunan andesit dan sisa tumbuhan. Karakteristikjenis tanah ini
memiliki nilai kohesi yang rendah dengan permeabilitas tinggi. Air tanah
dapat meresap dengan mudah, sehingga menurunkan nilai kuat geser tanah.
Apabila terdapat bidang diskontinuitas di lapisan bawah, hal ini akan sangat
rentan terhadap bahaya tanah

3.3 DAMPAK
3.4 SOLUSI
BAB IV

KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai