Anda di halaman 1dari 6

Nama : Zahrah Salsabila

NIM : 1805025171

Kelas : 4C

Tugas 2

1. Jelaskan patofisiologi faktor risiko berikut yang berkontribusi dalam menyebabkan


hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal pula sebagai tekanan darah tinggi merupakan masalah
kesehatan yang mendunia. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Mills et al, 2016).
Hipertensi berkontribusi dalam memperburuk penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal
(WHO, 2013).

a. Obesitas
Obesitas adalah salah satu faktor risiko hipertensi. Brown et al." melaporkan
prevalensi hipertensi pada laki-laki yang mengalami obesitas (indeks massa
tubuh/IMT 2 30) adalah 42%. Angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan
IMT lebih rendah (IMT < 25), yaitu 15%. Hasil serupa juga ditemukan pada
perempuan. Pada perempuan obesitas (IMT 2 30) proporsi hipertensi sebesar 38%
sedangkan pada IMT < 25 proporsi lebih rendah yaitu 15%. The Framingham Heart
Study menyatakan terdapat asosiasi erat antara obesitas dan hipertensi. Studi tersebut
menyatakan bahwa 65% faktor risiko hipertensi pada perempuan dan 78% pada laki-
laki berkaitan erat dengan obesitas." Mekanisme yang terlibat dalam patofisiologi
hipertensi melibatkan aktivasi sistem saraf simpatis dan renin-angiotensin-
aldosteron.3 Selain itu, terjadinya disfungsi endotel dan abnormalitas fungsi ginjal
juga menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi pada penderita obesitas.
b. Stress
Menurut penelitian Sugiharto (2007) terdapat hubungan antara stress dengan kejadian
hipertensi yaitu orang yang stress kejiwaan mengalami hipertensi. Stress
meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
bertahap yang berarti semakin stress seseorang akan semakin tinggi tekanan darahnya.
Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti
cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru
menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya hipertensi.

c. Kebiasaan merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S. Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap
28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan
8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam
median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari (Nuraini, 2015).

Merokok dan hipertensi adalah dua faktor risiko yang terpenting dalam penyakit
aterosklerosis, penyakit jantung koroner, infark miokard akut, dan kematian
mendadak. Merokok telah menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap tahun
(Gumus et al, 2013). Pada penelitian yang telah banyak dilakukan, dijelaskan bahwa
efek akut yang disebabkan oleh merokok antara lain meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah dengan adanya peningkatan kadar hormon epinefrin dan norepinefrin
karena aktivasi sistem saraf simpatis. Banyak penelitian juga mengatakan bahwa efek
jangka panjang dari merokok adalah peningkatan tekanan darah karena adanya
peningkatan zat inflamasi, disfungsi endotel, pembentukan plak, dan kerusakan
vaskular (Gumus et al,2013).
d. Jeniskelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah
penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada 10
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Nuraini,
2015).
e. Kurang aktifitas fisik
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri (Nuraini, 2015).

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan DASH diet dan alasan rasional diet tersebut!
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Diet yang dikenal saat ini di
negara maju bagi pasienpasien hipertensi adalah diet DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension), yang merupakan diet sayuran serta buah yang banyak mengandung serat
pangan (30 gram/hari).
Studi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet menunjukkan bahwa diet
tinggi sayur, buah, dan hasil olahan susu rendah lemak yang kadar lemak jenuh dan lemak
totalnya rendah serta tinggi kandungan kalium, kalsium, dan magnesium dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 6-11 mmHg dan tekanan darah diastolik 3-6 mmHg.
Studi kohort menunjukkan bahwa pola makan DASH diet berhubungan dengan rendahnya
insiden hipertensi pada wanita. Pada penelitian ini asupan makan menggunakan pedoman
DASH diet, tetapi terdapat beberapa zat gizi yang anjuran konsumsinya menggunakan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk populasi Indonesia. Oleh karena itu, asupan makan
pada penelitian ini disebut asupan makan DASH like diet.
Asupan makan yang tidak sesuai DASH like diet dapat meningkatkan risiko hipertensi
tetapi secara statistik tidak signifikan. Wanita prediabetes yang obesitas perlu melakukan
penurunan berat badan agar tekanan darah terkontrol. Hal ini dapat dilakukan dengan
edukasi kepada subjek untuk meningkatkan aktivitas fisik seperti olahraga 3x/minggu
selama 30 menit dan mengurangi aktivitas sedenter seperti menonton TV, berbaring, dan
duduk. Selain itu, tenaga gizi juga perlu memberikan edukasi mengenai asupan makan
DASH like diet untuk mencegah peningkatan tekanan darah dan gangguan kardiovaskular
pada prediabetes. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian konseling kepada pasien
yang berisiko hipertensi. Penelitian serupa dengan metode penelitian cohort diperlukan
untuk melihat hubungan asupan makan DASH like diet dengan risiko hipertensi.

3. Berikan pendapat kalian mengenai penerapan DASH diet!


Menurut saya diet DASH baik dilakukan untuk penderita hipertensi karena Diet DASH
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan konsumsi buah-buahan, sayuran, serta
produk olahan susu rendah atau tanpa lemak. Pola makan yang sarat akan buah-buahan,
sayuran, olahan susu, dan gandum utuh dalam diet DASH yang membantu tubuh kita
mendapatkan mineral seperti kalium, magnesium, kalsium, serta serat yang cukup.
Dengan demikian, tekanan darah Anda pun dapat terjaga dalam batas normal. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dari diet DASH :
1. Kurangi asupan garam
Kalau kita mengkonsumsi garam diluar batas normal akan mengganggu keseimbangan
cairan yang ada dalam tubuh sehingga bisa menyebabkan hipertensi.
2. Kurangi makanan yang mengandung kolesterol
Kalau kita mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol berlebihan maka
akan menyebabkan aliran darah tidak lancar dan memicu penyakit jantung.
3. Banyak konsumsi buah, sayur.
Perbanyakan makan makanan yang mengandung serat tetapi juga harus banyak
minum, kalau tidak bisa memicu adanya konstipasi atau susah buang air besar.
4. Perbanyak olahraga

Daftar Pustaka

Syavardie, Yimmi. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Matur,
Kabupaten Agam. Diakses dari
http://ejournal.stikesyarsi.ac.id/index.php/JAV1N1/article/viewFile/33/124. Pada tanggal 25
Maret 2020. Pukul 09.38 WIB.

Natalia Diana , Hasibuan Petrus ,Hendro. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Pada
Penduduk Kecamatan Sintang,Kalimantan Barat. eJKI. Diakses dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/view/4498/3430. Pada tanggal 25 Maret 2020. Pukul
10.15 WIB.

Untario, Eric. 2017. Hubungan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi. Diakses dari
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzEyMGQxNjVmY2U5N
mFjYjllMmM4ZDZhZTU5MzQwOTllMmZiYzY1Mg==.pdf. Pada tanggal 25 Maret 2020.
Pukul 10.30 WIB.

Rahadiyanti Ayu , dkk. 2015. Asupan makan DASH-like diet untuk mencegah risiko hipertensi
pada wanita prediabetes. Jurnal Giziz Klinik Indonesia. Diakses dari
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/download/19290/12521. Pada tanggal 25 Maret 2020. Pukul
11.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai