Anda di halaman 1dari 14

STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif

dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER


"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".

Contoh:
hidrogen  + oksigen     hidrogen oksida 
   (4g)         (32g)               (36g)

2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST


"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"

Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14)  : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust:


bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang
membentuk senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.

Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%

3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON


"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa
salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur
kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".

Contoh:

Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,


NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16

Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa


Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT

dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)

Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan


kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:

A. HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2

Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada
temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den
tekanan 2 atmosfir ?

Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2.5 = P2 . 10    P2 = 1 atmosfir

B. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai
bilangan bulat den sederhana".

Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2

Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi
tersebut 1 liter gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14

Jawab:

V1/V2 = n1/n2   10/1 = (x/28) / (0.1/2)   x = 14 gram

Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.

C. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan
dengan keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

D. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan
bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4
liter volume ini disebut sebagai volume molar gas.
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1
atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)

Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol

Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter

Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27)   V2 = 12.31 liter
1.
Massa Atom Relatif (Ar)
merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa 1
atom karbon 12
2. Massa Molekul Relatif (Mr)
merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan
1/12 massa 1 atom karbon 12.
Massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa merupakan penjumlahan
dari massa atom unsur-unsur penyusunnya.

Contoh:

Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?

Jawab:

Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220

1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.

Jika bilangan Avogadro = L maka :

L = 6.023 x 1023

1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.


1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersehut.

Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat

Contoh:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?

Jawab:

Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40

mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol

Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.

PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT

1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume
asalkan suhu den tekanannya sama)

Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari

HNO3 (aq) + H2S (g)    NO (g) + S (s) + H2O (l)

Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah dengan


memisalkan koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e sehingga:

a HNO3 + b H2S  c NO + d S + e H2O

Berdasarkan reaksi di atas maka

atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)


atom O : 3a = c + e  3a = a + e  e = 2a
atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a   2b = 3a  b = 3/2 a
atom S : b = d = 3/2 a

Maka agar terselesaikan kita ambil sembarang harga misalnya a = 2 berarti: b = d =


3, dan e = 4 sehingga persamaan reaksinya :

2 HNO3 + 3 H2S  2 NO + 3 S + 4 H2O

Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada hukum-hukum


dasar ilmu kimia.

Dalam hal ini akan diberikan bermacam-macam contoh soal hitungan kimia beserta
pembahasanya.

Contoh-contoh soal :

1. Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C = 12 ; O=


16 ; Ca=40)

Jawab :

1 mol CaCO, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol O


Mr CaCO3 = 40 + 12 + 48 = 100
Jadi kadar kalsium dalam CaCO3 = 40/100 x 100% = 40%

 
2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan asam
klorida encer berlebih sesuai reaksi :

2 Al (s) + 6 HCl (aq)  2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)

Berapa gram aluminium klorida dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan
pada kondisi standar ?

Jawab:

Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan


2 mol Al x 2 mol AlCl3   3 mol H2
5.4 gram Al = 5.4/27 = 0.2 mol

Jadi:

AlCl3 yang terbentuk = 0.2 x Mr AlCl3 = 0.2 x 133.5 = 26.7 gram


Volume gas H2 yang dihasilkan (0o C, 1 atm) = 3/2 x 0.2 x 22.4 = 6.72 liter

 
3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini
direduksi dengan gas CO sehingga dihasilkan besi.
Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ?

Jawab:

1 mol Fe2O3 mengandung 2 mol Fe


maka : massa Fe2O3 = ( Mr Fe2O3/2 Ar Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320
ton
Jadi bijih besi yang diperlukan = (100 / 80) x 320 ton = 400 ton
 

4. Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut
dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa
garam tersebut menjadi 15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung
dalam garam tersebut ?

Jawab :

misalkan rumus garamnya adalah CuSO4 . xH2O

CuSO4 . xH2O    CuSO4 + xH2O

24.95 gram CuSO4 . xH2O = 159.5 + 18x mol

15.95 gram CuSO4 = 159.5 mol = 0.1 mol

menurut persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan bahwa:


banyaknya mol CuS04 . xH2O = mol CuSO4; sehingga persamaannya

24.95/ (159.5 + 18x) = 0.1   x = 5

Jadi rumus garamnya adalah CuS04 . 5H2O

Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam
molekul.
Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan Ar masing-masing unsurnya
- % massa dan Ar masing-masing unsurnya
- perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnya

Rumus molekul: bila rumus empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui maka
rumus molekulnya dapat ditentukan.

Contoh: Suatu senyawa C den H mengandung 6 gram C dan 1 gram H.


Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut bila
diketahui Mr nya = 28 !
Jawab: mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2
Jadi rumus empirisnya: (CH2)n
Bila Mr senyawa tersebut = 28 maka: 12n + 2n = 28   14n = 28   
n=2

Jadi rumus molekulnya : (CH2)2 = C2H4

Contoh: Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan


gas diperlukan oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak
60 ml. Tentukan rumus molekul hidrokarbon tersebut !
Jawab: Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum

CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g) x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat
dalam reaksi.
Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol
berbanding lurus dengan volumenya

Maka:

mol CxHy : mol O2 : mol CO2 =1 : (x + 1/4y) :x


20 : 100 : 60 =1 : (x + 1/4y) :x
1 :5 :3 =1 : (x + 1/4y) :x

atau:

1 : 3 = 1 : x x = 3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y = 8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8

a. Reaksi Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau
pada reaksi tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga H = ( - )

Contoh : C(s) + O2(g)    CO2(g) + 393.5 kJ ; H = -393.5 kJ

 
b.
Reaksi Endoterm

Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem


atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga H = ( + )

Contoh : CaCO3(s)   CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; H = +178.5 kJ


Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan
kimia pada tekanan tetap.

a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)


Contoh: H2    2H - a kJ ; H= +akJ
b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H    H2 + a kJ ; H = -a kJ

Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :

1. Entalpi Pembentakan Standar ( Hf ):


H untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya
yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.

Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g)    H20 (l) ; Hf = -285.85 kJ


2. Entalpi Penguraian:
H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya
(= Kebalikan dari H pembentukan).

Contoh: H2O (l)    H2(g) + 1/2 O2(g) ; H = +285.85 kJ


3. Entalpi Pembakaran Standar ( Hc ):
H untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur
pada 298 K dan tekanan 1 atm.

Contoh: CH4(g) + 2O2(g)    CO2(g) + 2H2O(l) ; Hc = -802 kJ


4. Entalpi Reaksi:
H dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam
persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien
persamaan reaksi bulat sederhana.

Contoh: 2Al + 3H2SO4    Al2(SO4)3 + 3H2 ; H = -1468 kJ


5. Entalpi Netralisasi:
H yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau
basa.

Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq)    NaCl(aq) + H2O(l) ; H = -890.4 kJ/mol


6. Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-
unsurya = jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut
menjadi unsur-unsur pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik
dari positif menjadi negatif atau sebaliknya

Contoh:
N2(g) + 3H2(g)    2NH3(g) ; H = - 112 kJ
2NH3(g)    N2(g) + 3H2(g) ; H = + 112 kJ

PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI


Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya digunakan
alat seperti kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin lebih sensitif.

Perhitungan : H reaksi =  Hfo produk -  Hfo reaktan

HUKUM HESS

"Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak
tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir."

Contoh:

C(s) + O2(g)    CO2(g) ; H = x kJ    1 tahap


C(s) + 1/2 02(g)    CO(g) ; H = y kJ
   2 tahap
CO(g) + 1/2 O2(g)    CO2(g) ; H = z kJ
------------------------------------------------------------ +
C(s) + O2(g)    CO2(g) ; H = y + z kJ  

Menurut Hukum Hess : x = y + z

Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini
selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan
kimia, sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan. Untuk
molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga
membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi.

Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam
molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H2, 02, N2
atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan energi
ikatan Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara pertolongan
entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal tersebut dapat
dijabarkan dengan persamaan :

H reaksi =  energi pemutusan ikatan -  energi pembentukan ikatan


  =  energi ikatan di kiri -  energi ikatan di kanan

Contoh:

Diketahui : 

energi ikatan

C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol
Ditanya: 

H reaksi = C2H4(g) + H2(g)    C2H6(g)

= Jumlah energi pemutusan ikatan - Jumlah energi pembentukan


H reaksi  ikatan
= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ

SISTEM DISPERS

A. : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih


Dispersi kasar besar dari 100 nm.
(suspensi)
B. : partikel zat yang didispersikan berukuran antara
Dispersi koloid 1 nm - 100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih
(larutan sejati) kecil dari 1 nm.

Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan
medium pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

JENIS KOLOID

Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium
pendispersinya.

- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.


- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.

a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.

Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
permukaannya menyerap ion H+ menyerap ion S2-
   
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap
partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari
absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.

d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.

e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.

Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase


terdispersinya besar terhadap medium
pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya kecil terhadap medium
pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.

ELEKTROFERESIS

Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah


satu elektroda.
Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika
partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan
jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.
Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri
dengan alat Cottrell.

DIALISIS

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang


menempel pada permukaannya.
Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.

A. Cara Kondensasi

Cara kondensasi termasuk cara kimia.

kondensasi
Prinsip Partikel Molekular --------------> Partikel Koloid
:

Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi :

1. Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq)     3 S(s) + 2 H2O(l)

2. Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)     Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

3. Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g)    As2S3(s) + 6 H2O(l)

4.
Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4
dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer)    AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)

 
B. Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar ----------------> Partikel Koloid

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:

1. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian
dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.

2. Cara Busur Bredig


Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.

3. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3

Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi
zat lain dalam setiap satuan waktu.

Untuk reaksi: aA + bB    mM + nN


maka kecepatan reaksinya adalah:

1 (dA) 1 d(B) 1 d(M) 1 d(N)


V = ------- = ------- = -------- =
----------
- - + +
a dt b dt m dt n dt

dimana:

- 1/a . = kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi zat A


= rA
d(A) /dt per satuan wakru.
- 1/b . = kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi zat B
= rB
d(B) /dt per satuan waktu.
- 1/m . = kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi zat M
= rM
d(M) /dt per satuan waktu.
- 1/n . = kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi zat N
= rN
d(N) /dt per satuan waktu.

Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar.
Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan
berkurang pula kecepatannya.

Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi
http://www.youtube.com/watch?v=Iv0wbBvW9kA

Anda mungkin juga menyukai