OLEH :
ROSMITA S G21115001
MARWANA G21115011
1 Umur (tahun) 44 46 45
4 Peng.UT (tahun) 19 24 22
Wilayah
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Pertimbangan yang digunakan petani dalam memilih benih
sangat beragama. Selain faktor ketersediaan benih yang dapat diakses
petani dan harga benih tersebut, juga pengalaman petani tentang tingkat
produktivitas padi dari benih tersebut juga menjadi pertimbangan. Bahkan
tidak sedikit petani memilih suatu varietas karena umur tanamnya yang
pendek. Dari hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa jenis varietas
Anphari merupakan varietas padi yang dipilih petani dengan
pertimbangan umur pendek, meski produktivitasnya dinilai petani sedikit
lebih rendah. Sedangkan varietas seperti Ciherang, Cilliwung, Mikongga
memiliki umur panen kurang lebih 100 hari, dan varietas yang berumur
panjang adalah varietas Batang, dimana umur panennya dapat mencapai
120 hari. Dengan demikian perbedaan varietas padi yang diusahakan petani
menyebabkan adanya perbedaan masa panen maupun produktivitas
usahatani padi.
Secara raat-rata produktivitas usahatani untuk total wilayah studi
sekitar 6,531 ton per hektar dengan rata-rata umur panen sebesar 107 hari.
Produktivitas usahatani padi di lokasi studi di Kabupaten Pinrang sekitar
6,79 ton per hektar, dengan masa panen rata-rata sekitar 105 hari.
Sedangkan produktivitas usahatani padi di Kabupaten Wajo sekitar 6,206 ton
per hektar, dengan masa panen rata-rata hingga 107 hari. Dengan demikian
secara rata-rata produktivitas padi di Kabupaten Pinrang lebih tinggi sertaa
memiliki masa panen yang lebih pendek dibandingkan di wilayah
Kabupaten Wajo. Selain faktor varietas benih, keterbatasan sarana irigasi
pada lahan petani sampel juga di duga menjadi penyebab rendahnya
produktivitas usahatani di Kabupaten Wajo.
Tabel 4. Keragaman Luas Lahan, Produktivitas dan Umur Panen Padi,
Dirinci Menurut Wilayah Survei, Tahun 2014.
Karakteristik Responden
Lokasi
Luas (ha) Produktivitas Umur Panen (Hari)
(Ton/Ha)
PINRANG 1.91 6,791 105
Metode panen yang ditemukan di lokasi penelitian adalah penggunaan sabit biasa, dan
penggunaan mesin combine harvester. Dari sisi teknologi alat panen, petani padi di Kabupaten
Pinrang hamper seluruhnya sudah beralih dari cara panen dengan sabit ke cara panen dengan
menggunakan combine harvester. Proporsi responden yang menggunakan alat panen ini di
Kabupaten Pinrang mencapai 96,67%. Petani yang tidak menggunakan mesin panen ini juga
didasarkan alas an tehnis, yakni karena lokasi sawahnya yang jauh serta berlumpur/becek
sehingga mesin panen tidak dapat menjangkau. Kecenderungan penggunaan mesin panen
combine harvester di Kabupaten Wajo juga semakin besar, ini terlihat dari proporsi petani yang
sudah enggunakan alat ini mencapai 73,33%, sisanya menggunakan alat panen sabit biasa,
alasannya selain keterbatasan mesin panen di lokasi, juga karena kondisi sawah yang tidak dapat
dijangkau.
Alasan utama petani untuk menggunakan alat panen combine harvester selain karena
hemat biaya, keterbatasan tenaga kerja, juga karena hemat waktu. Penggunaan mesin panen ini
umumnya petani tidak lagi menanggung biaya karung, serta bagi hasil yang digunakan sebagai
biaya mesin lebih murah di bandingkan dengan metode lain.Umumnya biaya bagi hasil dari alat
ini 1 : 10, sedangkan yang menggunakan sabit biasanya 1 : 8. Waktu yang diperlukan mesin ini
untuk memanen sekaligus merontok adalah hanya sekitar 2 jam per hektar.
Panen
Jenis % TK Manusia (HOK) Mesin (Jam)
1 PINRANG Sabit Biasa 3,33 18,50 4,00
Sabit Bergerigi 0 - -
Combine Harvester 96,67 2,29 2,26
100
2 WAJO Sabit Biasa 26,67 20,00 4,00
Sabit Bergerigi 0 - -
Combine Harvester 73,33 2,23 2,05
100
2. Metode Perontokan
Alat mesin combine harvester selain melakukan pemanenan juga sekaligus merontokkan
padi, karena itu proporsi petani yang menggunakan metode panen dengan alat ini juga
proporsinya sama dengan penggunaan alat ini dalam perontokan. Selanjutnya petani yang
menggunakan metode panen dengan alat sabit, mereka merontokkan padi dengan alat
dros/Candue. Adapun proporsi responden menurut cara perontokan padi, serta alokasi tenaga
kerja manusia dan mesin pada masing-masing cara perontokan di wilayah studi terlihat pada
table berikut.
Tabel 8. Penggunaan Alat Perontok dan Alokasi Tenaga Kerja (Manusia/Mesin)
Perontok
Jenis % TK Manusia Mesin (Jam)
(HOK)
1 PINRANG Dihempas/dipukul 0 - -
Dros mesin 3,33 11.25 4,00
Dros manual 0 - -
Combine Harvester 96,67 2,29 2,06
100
2 WAJO Dihempas/dipukul 0 - -
Dros mesin 26,67 11,25 4,00
Dros manual 0 - -
Combine Harvester 73,33 2,23 2,05
100
7.5.3. Analisa Perbandingan kelebihan dan kekurangan Berdasarkan Metode Tanam dan
Metode Panen
Penggunaan metode hambur dilakukan petani, karena dianggap mudah dengan tenaga
kerja yang sedikit, dapat dilakukan sendiri oleh petani dan keluarganya. Selain itu, waktu
penanaman sangat fleksible, tergantung dari ketersediaan air, sehingga dapat dilakukan secara
serampak oleh semua petani pada satu hamparan. Keuntungan dengan system hambur secara
serempak adalah waktu tanaman, panen, dan serangan hama dapat diatur sehingga produksi
maksimal dapat dicapai. Selain itu, banyak petani meyakini bahwa dengan system hambur dapat
memberikan produksi yang maksimal pada daerah yang diperhadapkan pada keterbatasan air,
tenaga kerja, dan serangan hama. Penanaman yang dapat dilakukan secara bersamaan dapat
mengurangi serangan hama dan sekaligus kegiatan panen dapat juga dilakukan secara serentak.
Keuntungan lain yang diyakini petani dapat memberikan produksi maksimal karena semua benih
yang tertanam adalah satu biji, sehingga sebagian prinsip pola SRI terlaksana pada system
hambur.
Pertanaman Tabur Langsung (Tabela) dilakukan oleh kelompok Tani Situjue
Kabupaten Wajo. Hal ini dilakukan karena petani masih meyakini bahwa system tanam pindah
adalah lebih baik, namun ketersediaan modal dan atau tenaga ke rja tanam yang tidak tersedia,
sehingga menggunakan metode Tabela. Tabel dilakukan dengan menggunakan pipa prolong 6
inch kemudian diberikan lubang tempat keluarnya benih dengan jarak sesuai dengan jarak
tanamn yang dikehendaki. Penanaman system legowo dapata juga dilakukan dengan penggunaan
pipa pada sistem tabela, karena jarak tanamn dapat diatur.
Tabel 9. Waktu, Biaya dan Produktivitas Usahatani Padi Menurut Metode Tanam
E. ON FARM PADI
1. Pembibitan
Ada beberapa tahapan untuk menanam padi maupun budidaya padi, langkah-langkanh
tersebut perlu kita lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal. Sebelum ditanam, tanaman
padi harus disemaikan lebih dahulu. Pesemaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik,
maksudnya agar diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut:
a. Memilih Tempat Pesemaian
Tempat untuk membuat pesemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik.Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan
gembur. Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga
sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.Dekat dengan sumber air
terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian banyak membutuhkan air.
Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk menyirami
apabila persemaian itu mengalami kekeringan. Apabila areal yang akan ditanami cukup
luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi
dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.
b. Mengerjakan Tanah Untuk Pesemaian
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman.
Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan padi kering, maka tanah pesemaian
juga dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.
Pesemaian Basah,dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-
betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan lebih
dulu. Kemudian sawah digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanah menjadi klunak,
rumpput-rumputan yang akan tumbuh menjadi mati, dan bermacam-macam serngga
yang dapat merusak bibit mmati pula. Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalau
dibajak/digaru dua kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat
petakan-petakan dan memperbaiki pematang. Sebagai ukuran dsar luas pesemaian yang
harus dibuat kurang lebih 1/20 dari araeal sawa yang akan ditanamai. Jadi apabila
sawwah yang akan ditanami seluas 1Ha, maka luas pesemaian yang harus dibuat adalah
1/20 x 10.000 m² = 500 m². Adapun biji yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram
biji setiap 1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
Pesemaian Kering, Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah.
Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah
dibolak-balik dengan bajak dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang
terpenting tanah menjadi gembur.Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat
bedenganbedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120
cm, panjang 500-600 cm. Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30
cm sebagai selokan yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan biji,
pengairan, pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.
c. Penaburan Biji
Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji
yang bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan
biji-biji yang terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang
bernas, biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian
bijhi diambil dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam. Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1
mm, maka biji disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata,
tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan
mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu
jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.
d. Pemeliharaan Pesemaian
Pengairan, pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24
jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak
berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah
penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan
mempercepat pertumbuhaan. Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air
rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan
akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami
kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat
keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar.
Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau
memerlukan saja.
Pengobatan, untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot
dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian
berumur 17 hari.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman.
Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional dan cara
modern. Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan
alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau
dibantu ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi. Pengolahan tanah sawah dengan cara modern
yaitu pengolahaan tanah sawa yang dilaukan dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat
pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
a. Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau
rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya
jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
b. Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah menjjadi lunak
dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula
dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.
c. Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan
dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan
pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-
bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur
dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan
tanah.
d. Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanyya untuk
membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang
sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah. Setelah
penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang beberapa hari
diadakan pembajakan yyang kedua. Tujusnnya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk
dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.
3. Penanaman
a. Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian.
Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung
jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air
agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5 sampai 10
batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita,
usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
· Umurnya tidak lebih dari 40 hari
· Tingginya kurang lebih 25 cm
· Berdaun 5-7 helai
· Batangnya besar dan kuat
· Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan
pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan
jjarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau
pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup
dan zat-zat makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit,
tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm.
usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman bibit tidak
terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan
menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu
dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air. Dengan demiikian
jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan
berpengaruh pada hasil produksi.
4. Pemeliharaan
a. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah
pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu factor penting yang harus
mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang. Air yang
dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari sungai, sebab
air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna
untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang
baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan
kotoran. Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan
lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan
tidak boleh dibuat lurus. Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan
kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang
pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat luru, maka air akan terus mengalir
tanpa adanya pengendapan. Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air
harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air
hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
- Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
- Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
- Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air
dapat ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
- Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak
bersama-sama.
Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti
(disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit
baru jangan sampai lewat 10 hhari sesudah tanam. Selain penyulaman yang perlu
dilakukan adalah penyiangan agar rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman
padi tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan
ttanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3
minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.
b. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang
dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan
antara lain:
1. Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat
digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos.
Banyyaknya kira-kira 10 ton / ha.
2. Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK.
Adapun manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
· ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat
tumbuhnya tanaman, dan menambah besarnya gabah.
· DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan
pembentukan buah, mempercepat panen.
· ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap hama / penyakit, dan mempercepat
pembuatan zat pati.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama putih (Nymphula depunctalis), gejalanya menyerang daun bibit, kerusakan
berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi Pengendalian
yaitu pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan
tabung daun dan menggunakan BVR atau Pestona.
b. Padi Thrips (Thrips oryzae) gejalanya yaitu daun menggulung dan berwarna kuning
sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi,
pengendaliannya berupa BVR atau Pestona.
c. Wereng, gejalanya tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman
seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil, pengendaliannya yaitu bertanam
padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo
dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang
lebah dan penyemprotan BVR.
6. Pemanenan
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen merupakan saat
petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan merawat tanaman.
a. Saat panen. Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan
mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau
dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras
pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman
dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen
saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti
tanaman sudah siap dipanen, bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning,
tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau gabah yang
bertambah berat, butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak
berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.
b. Cara panen Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan
biasanya padi dipanen dengan ani-ani atau sabit. Ani-ani umumnya digunakan untuk
memanen jenis padi yang sulit rontok sehingga dipanen beserta tangkainya,
contohnya jenis padi bulu. Namun, alat ini tidak cocok digunakan untuk penanaman
padi sawah. Sabit digunakan untuk memanen padi yang mudah rontok, misalnya padi
coreh. Namun, karena alat ini dapat memungut hasil lebih cepat serta lebih gampang
memotong batang padi maka alat ini kini lebih banyak digunakan untuk panen.
c. Perontokan. Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher,
atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan secara
sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke kayu atau “kotak
gebuk” dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk menampung butir padi yang
berhamburan.
d. Pengeringan. Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah
dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit diproses menjadi
beras dengan baik. Bulir- bulir gabah daapt dijemur dengan cara dihamparkan di atas
lantai semen yang bersih dapat pula dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca panas,
sinar matahari mampu mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.
e. Pemisahan kulit gabah. Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras
yang dapat ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok. Mula-mula gabah yang
sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah hampa atau kotoran yang mungkin
terbawa selama perontokan atau pengeringan, caranya dapat dengan ditampi.
Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller atau mesin, cara ini praktis dan
cepat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki huller, pemisahan dapat dilakukan
dengan penumbuhan padi menggunakan alu dan lumpang.
F. SUBSISTEM HILIR PADI
1. Pemasaran Padi
Kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan
untuk nasional dan ekspor ke luar negeri. Contoh : Distribusi, Promosi, Konsumsi dan Informasi
pasar. Peningkatan permintaan ini harus diimbangi dengan peningkatan produksinya. Dalam hal
ini, peningkatan produksi beras tidak akan efektif bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani dan masyarakat jika tidak diimbangi oleh sistem pemasaran yang efisien.
Pemasaran beras mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani karena terkait dengan tingkat
harga yang diterima petani. Pemasaran yang tidak efisien, bentuk pasar yang kurang bersaing,
rantai pemasaran yang terlalu panjang, sarana prasarana transportasi yang kurang memadai,
sistem kelembagaan pemasaran yang tidak sehat merupakan masalah- masalah pemasaran yang
pada umumnya berpengaruh terhadap tingkat harga yang diterima petani. Dilihat dari kebutuhan
masyarakat akan makanan pokok sangat besar jadi “Pemasaran padi tidaklah susah karena
komsumen atau pedagang( pelaku bisnis) bisa langsung datang kepetani waktu panen.
Pengolahan tanaman padi sangat digemari para masyarakat karena padi pada saat diubah jadi
beras banyak sekali mengolahan yang dapat dibuat misalnya roti, kerupuk dan masih banyak lagi
jajanan kuliner yang menggunakan beras sebagai bahan dasar membuat olahan makanan.
Mata Rantai Pemasaran Gabah/Beras
Struktur aliran tataniaga gabah/beras pada garis besarnya ditemukan dua aliran, yaitu:
(I) saluran pemasaran pertama, petani menjual gabah ke pedagang pengumpul sebagai kaki
tangan pedagang kongsi. Dari pedagang pengumpul, gabah ditampung, dikelompokan
menurut jenis varietas dan disalurkan oleh pedagang kongsi ke pedagang kilang. Dari
pedagang kilang, gabah mulai mengalami perlakuan meliputi proses pengeringan,
penggilingan dan grading. beras. Beras yang telah dikemas dan diberi label selanjutnya
disalurkan ke pedagang grosir. Dari grosir disalurkan ke pengecer-pengecer untuk dijual ke
konsumen; dan (II) saluran pemasaran kedua, petani menjual gabah ke pedagang pengumpul
yang merupakan kaki tangan pemilik penggilingan desa. Di penggilingan desa, gabah
mengalami proses pengeringan, penggilingan dan grading beras. Selanjutnya beras dikemas
dengan tampa diberi label dan disalurkan ke pengecer desa untuk dijual ke konsumen.
Mayoritas petani (85%) menempuh saluran pemasaran pertama dan sisanya (15%)
menempuh saluran pemasaran kedua.
Pedagang Pedagang
pengumpul kongsi kilang Grosir beras
(Desa) (Kecamatan) (Kabupaten) I
Pedagang
Petani Pengumpul
(Desa)II
KONSUMEN
Beras kilang pada umumnya mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan beras
penggilingan lokal sehingga produk mereka dapat menguasai konsumen tingkat
kabupaten. Sebaliknya beras penggilingan desa hanya mampu menembus konsumen lokal.
Untuk meningkatkan volume penjualan, penggilingan desa mengadakan kontrak pengadaan
beras dengan pihak tertentu untuk memenuhi kebutuhan karyawan (negri maupun swasta)
yang jatah beras dari sub-dolog sudah berhenti, rata-rata jumlah kontrak sekitar 3,0-4,0 ton
beras per musim.
G. KEBIJAKAN
Data Pribadi
Nama : Rosmita S
Agama : Islam
Telepon : 082291254451
Data Pribadi
Nama : Marwana
Agama : Islam
Telepon : 082296383414