Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

NUR DIANDRA JAHJA


NIM. 821418089

JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

A. Judul Sebagai upaya untuk menekan


Identifikasi Boraks pada Makanan  kerugian, seringkali ditemui penjual
makanan yang tidak bertanggung
B. Tujuan jawab. Demi meraup keuntungan yang
1. Mengetahui perbedaan dari makanan banyak, oknum - oknum tidak
yang menggunakan boraks dengan bertanggung jawab tersebut kerap
makanan yang tidak menggunakan menambahkan bahan - bahan yang
boraks tidak seharusnya. Bahan-bahan tersebut
2. Mengetahui bagaimana cara murah, terjangkau, dan memberi efek
identifikasi boraks yang terkandung bagi fisik makanan tersebut, serta
pada makanan mempengaruhi rasa, juga teksturnya.
Salah satu bahan yang sering
C. Latar Belakang ditemukan dalam makanan sehari-hari
Dalam dunia kuliner, semakin yaitu boraks. Suatu senyawa yang
marak makanan yang beraneka ragam, termasuk senyawa yang termasuk ilegal
mulai dari jajanan pinggir jalan hingga apabila dicampurkan dalam makanan.
makanan berat. Bentuk, rupa, serta Dampak dari senyawa itu amat buruk
warnanya tentu menggugah selera. hingga dapat menyebabkan kematian.
Rasanya juga tentu nikmat. Namun, Bahkan penggunaannya sebagai
belum tentu sehat dan bergizi. Bahkan, penyedap makanan telah dilarang oleh
mungkin makanan yang kita konsumsi pemerintah.
sehari-hari belum tentu sehat, dan Bahan berbahaya tersebut telah
mungkin kita tidak tahu bahwa menyebar di masyarakat, dan mudah
makanan yang terlihat menjanjikan didapat serta terjangkau. Namun, belum
tersebut bebas dari komponen- banyak masyarakat yang sadar akan
komponen yang tidak baik bagi tubuh. adanya senyawa tersebut dalam
makanan yang dikonsumsi. Selain itu, borat biasa digunakan sebagai bahan
masyarakat juga tidak mengetahui pembuat deterjen, bersifat antiseptik
dampak apa yang akan disebabkan oleh dan mengurangi kesadahan air. Bahan
boraks. Banyak juga yang tahu, namun berbahaya ini haram digunakan untuk
meremehkan persoalan tersebut. makanan (Cahyadi, 2008).
Untuk mencegah dampak yang Senyawa-senyawa asam borat ini
semakin meluas, alangkah baiknya mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
apabila masyarakat mengerti cara berikut: jarak lebur sekitar 171oC.
membedakan makanan yang pantas dan Larut dalam 18 bagian air dingin, 4
tidak pantas dikonsumsi. Dan bagian air mendidih, 5 bagian gliserol
menyadarkan masyarakat akan dampak 85%, dan tidak larut dalam eter.
yang akan disebabkan oleh boraks. Kelarutan dalam air bertambah dengan
Sehingga dapat meningkatkan tingkat penambahan asam klorida, asam sitrat
pengetahuan masyarakat akan atau asam tartrat. Mudah menguap
kesehatan, serta tingkat kesehatan dengan pemanasan dan kehilangan
masyarakat itu sendiri. satu molekul airnya pada suhu 1000 C
Berdasarkan uraian diatas, dapat yang secara perlahan berubah menjad
diketahui bahayanya penggunaan asam metaborat (HBO2). Asam borat
boraks, maka kami melakukan merupakan asam lemah dengan garam
percobaan untuk menguji kandungan alkalinya bersifat basa, mempunyai
boraks di makanan yang biasa bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk
dikonsumsi sehari-hari. Untuk halus kristal transparan atau granul
membuktikan ada atau tidaknya putih tak berwarna dan tak berbau
senyawa berbahaya tersebut dalam serta agak manis (Khamid, 2006).
makanan, serta apa efeknya apabila Boraks atau Natrium tetraborat
dikonsumsi secara terus menerus. memiliki berat molekul 381,37. Rumus
molekul Na2B4O7.10H2O Pemeriannya
D. Dasar Teori berupa hablur transparan tidak
Boraks merupakan senyawa kimia berwarna atau serbuk hablur putih;
berbahaya untuk pangan dengan nama tidak berbau. Larutan bersifat basa
kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 terhadap fenolftalein. Pada waktu
10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk mekar di udara kering dan hangat,
padat dan jika larut dalam air akan hablur sering dilapisi serbuk warna
menjadi natrium hidroksida dan asam putih. Kelarutan boraks yaitu larut
borat (H3BO3). Boraks atau asam dalam air; mudah larut dalam air
mendidih dan dalam gliserin; tidak
larut dalam etanol (Dirjen POM,
1995). Pemerian : Cairan tak berwarna,
Penggunaan boraks di dalam jernih, mudah
makanan sudah lama dilarang menguap, mudah
olehpemerintah sesuai dengan UU RI bergerak, bau khas,
tahun 1996 pasal 10 ayat 1 mengenai rasa panas, mudah
keamanan pangan, serta PermenkesRI terbakar dengan
No. 722/Menkes/Per/X/1988 dan memberikan warna
perubahannya yaitu Permenkes biru yang tidak
No,1168/Menkes/Per/X/1999. Hal ini berasap
disebabkan karena boraks dapat Kelarutan : Sangat mudah larut
meracuni sel dan pada keracunan dalam air,kloroform
kronik, dapat mengakibatkan P, dan eter P
anoreksia, penurunan berat badan, Kegunaan : Sebagai desinfektan
muntah, diare, ruam kulit, dan lain-lain Penyimpanan : Dalam wadah ter-
(Saparinto dan Hidayanti, 2006). tutup baik ter-
Sering mengonsumsi makanan lindung dari cahaya,
berboraks akan menyebabkan ditempat sejuk, dan
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. jauh dari api.
Dalam jumlah banyak, boraks 2. Amonia (Dirjen POM, 1979)
menyebabkan demam, anuria (tidak Nama resmi : AMMONIA
terbentuknya urin), koma, merangsang Nama lain : Ammonia
sistem saraf pusat, menimbulkan Rumus molekul : NH3
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah Rumus struktur :
turun, kerusakan ginjal, pingsan
bahkan kematian (Saparinto dan
Hidayanti, 2006).
E. Uraian Bahan Berat molekul : 35,05 g/mol
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979) Pemerian :
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol Cairan jernih, tidak

Rumus molekul : C2H6O berwarna, bau khas,

Rumus struktur : menusuk kuat


Kelarutan : Mudah larut dalam
air
Kegunaan : Sebagai larutan
Penyimpanan : Dalam wadah ter- Kelarutan : Jika ditambahkan
tutup baik kedalam air meni-
3. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979) mbulkan panas
Nama resmi : ACIDUM HYDR- Pemerian : Cairan kental sep-erti
OCHLORIDUM minyak, kor-osif, dan
Nama Lain : Asam Klorida tidak berwarna
Rumus molekul : HCl Kegunaan          : Sebagai pelarut
Berat Molekul : 36,46 g/mol Penyimpanan : Dalam wadah ter-
Rumus struktur : tutup rapat
5. Metanol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : METANOLUM
Kelarutan : Larut dalam etanol, Nama lain : Metanol
asam asetat, tidak Rumus molekul : CH3OH
larut dalam air Berat molekul : 34,00 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berw- Rumus struktur :
arna, berasap, bau
merangsang jika
diencerkan asap dan Pemerian : Cairan tidak ber-
bau hilang warna, jernih, bau
Kegunaan : Sebagai pelarut khas
Penyimpanan : Dalam wadah ter- Kelarutan : Dapat bercampur
tutup rapat dengan air, mem-
4. Asam Sulfat (Dirjen POM, 1979) bentuk cairan jernih
Nama Resmi : ACIDUM SULF- dan tidak berwarna
URICUM Kegunaan : Sebagai pelarut
Nama Lain        : Asam sulfat Penyimpanan : Dalam wadah tertu
Rumus molekul : H2SO4 tup
Berat molekul   : 98,07 g/mol

Rumus struktur :
F. Alat Dan Bahan
1. Alat
Nama Gambar Fungsi

Api Bunsen Sebagai sumber pemanasan

Sebagai wadah untuk


Cawan Porselen meletakkan filtrate dari
sampel

Untuk memisahkan filtrate


Kain Saring
dan residu dari sampel

Lumpang dan Alu Untuk menghaluskan sampel

Untuk memindahkan larutan


Pipet Tetes
dengan volume yang kecil
Sebagai tempat untuk
Rak Tabung Reaksi
meletakkan tabung reaksi

Sebagai wadah untuk


Tabung reaksi mereaksikan pelarut dan
sampel

2. Bahan
Nama Gambar Fungsi

Alkohol 70% Sebagai desinfektan

Asam Klorida Sebagai pelarut

Asam Sulfat Sebagai Pelarut


Amonia Sebagai Pelarut

Ayam Sebagai sampel

Bakso Sebagai sampel

Ikan Sebagai sampel

FeCl3 Sebagai pelarut


BaCl2 Sebagai pelarut

Filtrat untuk penggunaan


Kunyit pada kertas tumerik dan
pelarut

Metanol Sebagai pelarut

Mie Sebagai sampel

Nugget Sebagai sampel


Sosis Sebagai sampel

Tahu Sebagai sampel

Untuk mengeringkan dan


Tisu membersihkan alat –alat
atau cairan yang tumpah

G. Skema Kerja
1. Metode BaCl2

Memeras sampel
Masukkan 1 mL
dengan
Menghaluskan filtrat tiap sampel
menggunakan kain
sampel ke dalam tabung
saring dan ambil
reaksi
filtratnya
Mengamati
Panaskan sampel Menambahkan 5
perubahan yang
di atas bunsen tetes larutan BaCl2
terjadi

2. Metode FeCl3

Memeras sampel
Masukkan 1 mL
dengan
Menghaluskan filtrat tiap sampel
menggunakan kain
sampel ke dalam tabung
saring dan ambil
reaksi
filtratnya

Panaskan dan
Menambahkan 5 Menambahkan 5
amati perubahan
tetes HCl tetes larutan FeCl3
yang terjadi
3. Metode Uji Bakar

Masukkan sampel
Menghaluskan Menambahkan 5
ke dalam cawan
sampel tetes asam sulfat
porselin

Bakar, dan amati Menambahkan 5


perubahan yang tetes larutan
terjadi metanol

4. Metode Kertas Tumerik

Memeras sampel
dengan Celupkan kertas
Menghaluskan
menggunakan kain tumerik dalam
sampel
saring dan ambil fltrat
filtratnya
Mengamati
Uapkan diatas
perubahan yang
amonia
terjadi

5. Metode Kurkumin

Memeras sampel
Masukkan 1 mL
dengan
Menghaluskan filtrat tiap sampel
menggunakan kain
sampel ke dalam tabung
saring dan ambil
reaksi
filtratnya

Mengamati Menambahkan 5 Mendidihkan


perubahan yang tetes ekstrak sampel di atas
terjadi kurkumin bunsen
H. Reaksi Yang Terjadi
a. Metode BaCl2
Menurut Lawrence et. al. (2012):
Na2B4O7 + BaCl2 → 2NaCl + Ba(BO2)2 + B2O3
(Natrium tetrabonat) (Barium klorida) (Natrium klorida) (Barium metaborat)
b. Metode FeCl3
Menurut Lawrence et. al. (2012):
FeCl3 + H3BO3 + HCL → FeBO3 + 3HCl
(Besi (III) klorida) (asam borat) (asam klorida) (asam klorida)
c. Metode Uji Bakar
Menurut Lawrence et. al. (2012):
H3BO3  + 3 CH3OH + H2SO4 →  B(OCH3)3 ↑ + 3 H2O
(asam borat) (methanol) (asam sulfat) (metil borat) (air)
d. Metode Kurkumin
Menurut Lawrence et. al. (2012):
HCL
H3BO3 + 2C21H20O6 C12H44BclO12
(asam borat) (curcumin) (rosasianin)
2. Pembahasan dapat menahan zat padat yang
Pada praktikum kali ini, kami mempunyai partikel lebih besar dari
melakukan percobaan identifikasi pori saringan.
boraks terhadap makanan yang sering Dalam metode BaCl2, ambil 1 mL
dikonsumsi setiap harinya, antara lain filtrate dan masukkan dalam tabung
berupa ikan, tahu, sosis, mie basah, reaksi. Filtrat ini kemudian
nugget, bakso, dan ayam. Dalam ditambahkan 5 tetes larutan BaCl 2.
pengujian ini dilakukan dengan Menurut Regina (2013) penggunaan
beberapa metode yaitu uji dengan pelarut BaCl2 dalam uji boraks karena
BaCl2, uji FeCl3, uji bakar, uji kertas merupakan pereaksi yang sederhana
tumerik, dan uji kurkumin. dan tidak membutuhkan pereaksi lain,
Langkah awal yang dilakukan ialah serta reaksi dapat berlangsung pada
membersihkan alat dengan suhu kamar tanpa kondisi tertentu.
menggunakan alkohol 70%. Lakukan pemanasan pada sampel
Penggunaan alkohol 70% ini dapat dengan campuran BaCl2 di atas api
membantu megurangi mikroba pada Bunsen. Menurut Arifin (2012) tujuan
alat sehingga tidak mengganggu hasil pemanasan dalam uji boraks ialah
yang akan didapatkan. Menurut untuk mempercepat reaksi antara
Manangka (1996) penggunaan alkohol senyawa boraks dengan pelarut yang
pada alat laboratorium sangat digunakan.
diperlukan, alkohol merupakan Dengan menggunakan metode ini,
desinfektan yang memiliki aktivitas semua sampel tidak menunjukkan
bakteriosid, dan tidak meninggalkan perubahan warna setelah pemanasan
sisa kimia. yang dapat diartikan negative
Semua sampel yang sudah mengandung boraks. Menurut Regina
disiapkan, digerus hingga halus. (2013) hasil positif ditunjukkan jika
Lakukan penyaringan dengan larutan natrium tetraborat (boraks) akan
menggunakan kain saring untuk bereaksi dengan barium klorida
mendapatkan filtrat dari sampel. membentuk endapan putih yakni
Penggunaan kain saring ini bertujuan barium metaborat (Ba(BO2)2).
untuk memisahkan filtrat dengan residu Dalam metode FeCl3, 1 mL filtrat
dari sampel. Menurut Keenan (1999) dari tiap sampel ditambahkan 5 tetes
tujuan penyaringan ialah untuk FeCl3, 5 tetes HCl, dan selanjutnya
memisahkan zat padat dan cairannya dipanaskan. Menurut Aminah (2009)
dengan menggunakan penyaring yang ketika dipanaskan, asap putih asam
borat dilepaskan. Sehingga pada saat boraks dengan terbentuknya warna
asam klorida pekat ditambahkan kepada nyala api hijau.
larutan boraks yang pekat, maka asam Pada metode uji bakar ini, semua
borat akan mengendap. sampel menunjukkan hasil negative.
Berdasarkan reaksi tersebut, Selama pembakaran, nyala api yang
sehingganya pada sampel yang terbentuk berwarna biru, sedangkan
mengandung boraks akan berubah hasil positif yang mengandung boraks
warna menjadi orange kemerahan akan menghasilkan nyala api berwara
setelah dipanaskan. Pada metode ini, hijau. Menurut Raj (2002) sampel yang
semua sampel menujukkan hasil positif mengandung boraks akan
negative mengandung boraks karena menghasilkan nyala berwarna hijau saat
tidak menunjukkan perubahan warna. pembakaran, dimana terdapat eksitasi
Dalam metode uji bakar, elektron pada atom boron yang
menggunakan residu dari sampel yang terkandung dalam senyawa boraks.
sudah dihaluskan. Menurut Hidayanti Dalam metode kertas tumerik,
(2006) pada reaksi nyala atau uji bakar, kertas tumerik akan dicelupkan pada
digunakan prinsip eksitasi elektron, filtrat yang didapatkan selama 1-2
yaitu perpindahan elektron ke tingkat menit. Menurut Lawrence et. al (2012)
yang lebih tinggi, namun tidak kertas tumerik ini dapat digunakan
permanen. dalam pengidentifikasian adanya
Pada uji bakar ini, setiap sampel boraks pada makanan karena dapat
ditambahkan 5 tetes asam sulfat. membentuk senyawa yang
Menurut Svehla (1979), penggunaan menunjukkan perubahan warna pada
asam sulfat pada uji bakar karena kertas tumerik.
larutan ini merupakan katalisator pada Kertas tumerik yang sudah
proses reaksi asam borat dengan dicelupkan pada filtrate setiap sampel,
methanol yang menghasilkan ester diuapkan diatas ammonia. Menurut
inorganik, yaitu trimetil borat. Arifin (2012), ammonia dapat
Tambahkan 5 tetes methanol pada digunakan dalam uji boraks karena
campuran sampel dengan asam sulfat. akan bereaksi dengan kurkumin dan
Menurut Sherman (1959), penggunaan menghasilkan perubahan warna pada
methanol pada uji bakar ini karena filtrate yang mengandung boraks..
merupakan pelarut yang mudah Berdasarkan hasil yang didapatkan
menguap dan mendeteksi adanya pada metode ini, semua sampel
menujukkan hasil negatif dimana tidak
terjadi perubahan warna pada kertas makanan dapat dilakukan dengan
tumerik setelah diuapkan diatas beberapa metode diantaranya, metode
ammonia. Menurut Haddad (1990) BaCl2, FeCl3, uji bakar, uji kertas
warna kertas tumerik akan berubah dari tumerik, dan uji kurkumin.
kuning menjadi merah atau hijau biru Semua sampel pada kelima uji
gelap setelah ditambah amonia encer. menunjukkan hasil negative kecuali
Dalam metode kurkumin, filtrat pada sampel mie basah dengan metode
dari tiap sampel di didihkan terlebih kurkumin yang menunjukkan
dahulu dan ditambahkan 5 tetes ekstrak perubahan warna menjadi merah
kurkumin. Menurut Lawrence et. al. kecoklatan.
(2012) sesuai dengan prinsipnya, 2. Saran
pada uji boraks dengan kurkumin, akan a. Saran Untuk Jurusan
terbentuk suatu kompleks kurkumin- Saran kami kepada pihak jurusan
boron dengan perbandingan 2:1 yang agar memperhatikan keadaan
berwarna merah cerah, bernama laboratorium dan melengkapi alat - alat
kompleks rososianin. praktikum yang masih kurang untuk
Dalam pengidentifikasian dengan kepentingan bersama.
menggunakan metode kurkumin ini, b. Saran Untuk Asisten
didapatkan hasil postif hanya pada mie Agar lebih sabar dalam
basah dimana menunjukkan perubahan membimbing praktikan dan diharapkan
warna menjadi merah kecoklatan saat kepada asisten agar lebih mengawasi
ditambahkan ekstrak kurkumin. dan tegas kepada praktikan yang
Berdasarkan hasil penelitian Halim mengganggu kenyamanan praktikan
(2012) jika sampel mengandung boraks lainnya yang sedang melaksanakan
maka akan terjadi perubahan warna dari praktikum.
kuning menjadi coklat kemerahan. c. Saran Untuk Praktikan
Warna coklat kemerahan ini merupakan Agar lebih berhati-hati saat
warna dari kompleks melakukan praktikum dan tetap
boron-kurkumin yaitu rososianin. menjaga kebersihan laboratorium.
I. Kesimpulan dan Saran J. Daftar Pustaka
1. Kesimpulan Aminah dan Himawan. 2009. Bahan-
Bahan Berbahaya dalam Kehidupan.
Berdasarkan percobaan yang telah
Bandung: Salamadani
dilakukan, maka dapat ditarik
Arifin, M., Wijaya, A.E., Kusumawardani,
kesimpulan bahwa dalam
A.S.,Lutfatin, R.I., Astuti, E.D. 2012.
pengidentifikasian boraks dalam Laporan Akhir PKM-P Curcumax
Reagen Praktis Penguji Kandungan
Boraks pada Bakso. Yogyakarta: Tutik, Regina, dkk. 2013. Tester Kit Untuk
Universitas Gadjah Mada Uji Boraks dalam Makanan.
Yogyakarta: UNY Press
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia


Edisi III. Jakarta: DEPKES RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia


Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI

Haddad, L. M., and J. F. Winchester.1990.


Borate on Clinical Management of
Poisoning and Drug Overdose. London:
WB Saunders Co

Halim, Azhar A. 2012. Boron Removal


From Aquaous Solution Using
Curcumin-Aided Electrocoagulation.
Middle-East

Keenan, C. W. 1999. Kimia untuk


Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga

Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi


Kesehatan. Jakarta: Penerbit Kompas

Lawrence, K. et al., 2012. A Simple and


Effective Colorimetric Technique for
The Detection of Boronic Acids.
Analytical Methods. Volume 4, pp.
2215-2217
Manangka, F.R. 1996. Metode Sterilisasi.
Yogyakarta: Pelita Offset

Raj, G. 2002. Advances Practical


Inorganuic Chemistry. 21th Ed. Meerut:
Goel Publishing House

Saparinto, C., dkk. 2006. Bahan Tambahan


Pangan. Yogyakarta: KANISIUS Press

Sherman, H.C. 1959. Chemistry of Food


and Nutrition. New York : The
Macmillan Company

Svehla, G., 1979. Vogel's Textbook of


Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis. 5th Ed. New York:
Longman Inc

Anda mungkin juga menyukai