Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 724

Artikel Penelitian

Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka


pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang

1 2 3
Wira Ditya , Asril Zahari , Afriwardi

Abstrak
Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita turun dari tempat tidur
dan berjalan. Tatalaksana ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pasca pembedahan
serta dapat mengurangi risiko komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara mobilisasi dini
dengan proses penyembuhan luka pada pasien pasca laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study dengan jumlah sampel 31 responden
yang diambil secara consecutive sampling technique. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan lembar observasi,
kemudian dianalisis dengan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dan proses penyembuhan luka pasca laparatomi (p = 0,003). Pasien
mobilisasi dini dengan penyembuhan luka yang baik sebanyak 14 responden (77,8%) dan buruk 4 responden (22,2%).
Responden tanpa mobilisasi dini dengan penyembuhan luka yang baik berjumlah 3 responden (23,1%), sedangkan
yang buruk 10 responden (76,9%). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pasien pasca laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr
M. Djamil Padang.
Kata kunci: laparatomi, mobilisasi dini, proses penyembuhan luka

Abstract
Early mobilization is policy to guide the patients out of their bed to walk as soon as possible. Early mobilization
is one of the factors that affect post surgical wound healing and may reduce the risk of complications. The objective of
this study was to determine the relationship between early mobilization and wound healing process for post laparatomy
patients in men and women surgical ward of Dr. M. Djamil General Hospital Padang. The design of this study was a
cross sectional to 31 respondents by consecutive sampling technique. Data were collected through questionnaire and
observation, then analyzed by chi-square test with 95% confidence interval.The results show there was a significant
relationship between early mobilization and wound healing process (p = 0.003). Patients of early mobilization with
good wound healing were as many as 14 respondents (77,8%) and bad as many as 4 respondents (22,2%).
Respondents without early mobilization who are in good wound healing were 3 respondents (23,1%) while bad ones
are 10 respondents (76,9%). Based on the results of the study, it can be concluded that there is a relationship between
early mobilization and wound healing process for post laparatomy patients in men and women surgical ward of Dr. M.
Djamil General Hospital Padang.
Keywords: laparatomy, early mobilization, wound healing process

Affiliasi penulis: 1. Prodi Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas Korespondensi: Wira Ditya, Email: wiraditya220492@gmail.com,
Kedokteran Universitas Andalas Padang) 2. Bagian Bedah FK Telp: 085766083065
UNAND, 3. Bagian Fisiologi FK UNAND

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 725

PENDAHULUAN tindakan terbanyak yang dilakukan di RSUP Dr. M.


7
Pembedahan atau operasi adalah segala Djamil Padang.
tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif Tindakan pembedahan yang dilakukan
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh
yang akan ditangani, umumnya dilakukan dengan pasien sehingga menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat
membuat sayatan yang diakhiri dengan penutupan memperpanjang masa penyembuhan karena akan
1 mengganggu kembalinya aktivitas pasien dan menjadi
dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan karena
beberapa alasan, seperti diagnostik (biopsi, laparatomi salah satu alasan pasien untuk tidak ingin bergerak
8
eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan atau melakukan mobilisasi dini. Pasien pasca operasi
apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera
2 mungkin untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
(memperbaiki luka multipel), rekonstruksi dan paliatif.
2
Laparatomi merupakan salah satu prosedur dan menurunkan insiden komplikasi pasca operasi.
pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan Mobilisasi dini dimaksudkan sebagai upaya
pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk untuk mempercepat penyembuhan dari suatu cedera
mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidup
2
masalah (perdarahan, perforasi, kanker, dan yang normal. Menurut Kasdu seperti yang dikutip oleh
1 Rustianawati et al (2013), mobilisasi dini pasca
obstruksi). Tindakan laparatomi dapat dilakukan
dengan beberapa arah sayatan: (1) median untuk laparatomi dapat dilakukan secara bertahap setelah
operasi perut luas, (2) paramedian (kanan) operasi. Pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring
umpamanya untuk massa appendiks, (3) pararektal, dahulu, namun pasien dapat melakukan mobilisasi dini
(4) McBurney untuk appendektomi, (5) Pfannenstiel dengan menggerakkan lengan atau tangan, memutar
untuk operasi kandung kemih atau uterus, (6) pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan
transversal, (7) subkostal kanan umpamanya untuk otot betis, serta menekuk dan menggeser kaki.
1,3 Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat
kolesistektomi.
Data World Health Organization (WHO) yang miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis
dikutip oleh Haynes et al (2009) menunjukkan bahwa dan tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan
selama lebih dari satu abad, perawatan bedah telah untuk dapat belajar duduk. Setelah pasien dapat
9
menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan duduk, dianjurkan untuk belajar berjalan.
di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahunnya Beberapa tujuan dari mobilisasi antara lain:
terdapat 234 juta tindakan pembedahan yang mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar
4 peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih
dilakukan di seluruh dunia.
Laporan Kiik (2013) menyebutkan adanya baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar
pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan eliminasi alvi dan urin, mengembalikan aktivitas
5 tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau
peristaltik usus pada pasien pasca operasi obdomen.
10
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun Keberhasilan mobilisasi dini dalam
2009, tindakan pembedahan menempati urutan ke-11 mempercepat pemulihan pasca pembedahan telah
dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se- dibuktikan dalam suatu penelitian terhadap pemulihan
11
Indonesia dengan 12,8%, diperkirakan 32% peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan.
6 Hasil penelitian tersebut adalah mobilisasi diperlukan
diantaranya merupakan tindakan laparatomi. Dari
data rekam medis pasien RSUP Dr. M. Djamil Padang bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu
tahun 2010 diperoleh data rata-rata 30 pembedahan mempercepat pemulihan usus dan mempercepat
laparatomi dilakukan setiap bulannya pada tahun penyembuhan pasien. Pada penelitian tentang
2009. Hal tersebut menjadikan kasus pembedahan pengaruh mobilisasi dini pada 24 jam pertama setelah
laparatomi menempati urutan ke-6 dari 40 pertama Total Knee Replacement (TKR) didapatkan hasil

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 726

bahwa mobilisasi dini merupakan cara yang murah HASIL


dan efektif untuk mengurangi timbulnya trombosis Responden yang dipilih adalah pasien pasca
12
vena pada pasca operasi. Trombosis vena laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP.
merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi Dr. M. Djamil.
pada pasca pembedahan akibat sirkulasi yang tidak
2
lancar. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis
latihan peningkatan kekuatan otot melalui mobilisasi kelamin, usia, dan tingkat pendidikan
merupakan metode yang efektif dalam pengembalian Karakteristik f %
13
fungsi otot pada pasien pasca operasi. Mobilisasi Jenis Kelamin
yang dilakukan 2 jam pertama lebih efektif dilakukan Laki-laki 18 58,1

dari pada 6 jam pasca pembedahan.


14 Perempuan 13 41,9
Usia
< 20 tahun 3 9,7
METODE 20 – 40 tahun 14 45,1
Jenis penelitian ini adalah observasional 41 – 65 tahun 10 32,3
analitik dengan desain cross-sectional study yang > 65 tahun 4 12,9
dilakukan di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr. Tingkat Pendidikan

M. Djamil Padang pada bulan September 2014 hingga Tidak Sekolah 3 9,7
SD 9 29,0
Oktober 2014.
SMP 10 32,3
Populasi penelitian adalah semua pasien yang
SMA 6 19,3
dilakukan tindakan laparatomi di RSUP Dr. M. Djamil
Perguruan Tinggi 3 9,7
Padang. Subjek yang dipilih adalah pasien pasca
laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr.
Tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi
M. Djamil Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan
kelompok responden terbanyak pasca laparatomi
eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien laparatomi yang
adalah kelompok responden berjenis kelamin laki-laki
di rawat di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr.
yaitu sebanyak 18 orang (58,1%), sedangkan
M. Djamil Padang; pasien dengan anestesi umum;
perempuan sebanyak 13 orang (41,9%).
pasien dengan hemodinamik yang stabil; bersedia
Frekuensi kelompok responden terbanyak
menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah pasien
berdasarkan usia adalah kelompok usia 20 – 40 tahun,
laparatomi dengan komplikasi; pasien dengan status
yaitu berjumlah 14 orang (45,1%), diikuti kelompok
gizi yang buruk; pasien dengan penyakit diabetes
usia 41 – 65 tahun sebanyak 10 orang (32,3%) dan
mellitus; pasien yang pernah atau sedang
kelompok > 65 tahun yang berjumlah 4 orang (12,9%),
mendapatkan terapi sitostatika. Subjek diambil dengan
sedangkan kelompok usia yang paling sedikit adalah <
menggunakan metode consecutive sampling, dimana
20 tahun yang berjumlah 3 orang (9,7%).
semua populasi yang memenuhi kriteria dijadikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, frekuensi
subjek penelitian sampai jumlahnya mencukupi, yaitu
responden terbanyak adalah kelompok berpendidikan
sebanyak 31 responden.
SMP, yaitu sebanyak 10 orang (32,3%). Kelompok
Data dikumpulkan dengan kuesioner mobilisasi
dengan frekuensi kedua terbanyak adalah kelompok
dini dengan 5 pertanyaan dan lembar observasi
dengan tingkat pendidikan SD yang berjumlah 9 orang
proses penyembuhan luka dengan 5 kategori.
(29,0%). Urutan ketiga adalah kelompok
Analisis data secara univariat dan bivariat
berpendidikan SMA sebanyak 6 orang (19,3%), diikuti
menggunakan uji chi-square dengan derajat
dengan kelompok dengan tingkat pendidikan
kepercayaan 95%. Variabel dependen adalah proses
perguruan tinggi dan tidak sekolah yang masing-
penyembuhan luka, sedangkan variabel independen
masing sebanyak 3 orang (9,7%).
adalah mobilisasi dini.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 727

Tabel 2. Distribusi frekuensi mobilisasi dini pasien yang dianggap bermakna adalah < 0,05), yang artinya
pasca laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi
RSUP Dr. M. Djamil Padang dini dengan proses penyembuhan luka pasca
Mobilisasi Dini f % laparatomi. Artinya, orang yang melaksanakan
Terlaksana 18 58,1 mobilisasi dini, proses penyembuhan lukanya akan
Tidak Terlaksana 13 41,9 lebih baik dibandingkan orang yang tidak
Jumlah 31 100
melaksanakan mobilisasi dini.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa


PEMBAHASAN
responden yang melaksanakan mobilisasi dini lebih
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar
banyak dibandingkan dengan responden yang tidak
responden yang melaksanakan mobilisasi dini adalah
melaksanakan mobilisasi dini, yaitu sebanyak 18
pasien laki-laki berusia 20 – 40 tahun serta memiliki
orang (58,1%).
riwayat pendidikan SMP sebanyak 18 orang (58,1%).
Jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta usia
Tabel 3. Distribusi frekuensi proses penyembuhan
mempengaruhi kemauan pasien untuk melakukan
luka pasien pasca laparatomi di bangsal bedah pria 15
mobilisasi dini. Jenis kelamin dapat mempengaruhi
dan wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang
respon nyeri dan mobilisasi dini. Biasanya pasien laki-
Proses Penyembuhan
f % laki lebih dapat menahan nyeri dari pada pasien
Luka
Baik 17 54,8 perempuan, sehingga laki-laki lebih mampu
16
Tidak Baik 14 45,2 melaksanakan mobilisasi dini.
Jumlah 31 100 Berdasarkan penelitian Solikin pada tahun
2010, diperoleh nilai p = 0,000 untuk hubungan tingkat
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa proses yang pendidikan dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien
15
baik pada penyembuhan luka responden lebih banyak pasca bedah digestif di RSUD Ulin Banjarmasin.
dibandingkan dengan proses yang tidak baik pada Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
penyembuhan luka responden, yaitu sebanyak 17 mendukung peningkatan pengetahuan yang
orang (54,8%). berhubungan dengan daya serap informasi, dimana
orang yang memiliki pendidikan tinggi diasumsikan
17
Tabel 4. Hubungan mobilisasi dini dengan proses lebih mudah menyerap informasi.
penyembuhan luka pasca laparatomi Salah satu faktor yang mempengaruhi
Proses Penyembuhan seseorang dalam melakukan mobilisasi dini antara lain
Luka 15
Mobilisasi Total usia. Orang dewasa cenderung tidak mau untuk
Dini Baik Tidak Baik menyusahkan orang lain dan berusaha semaksimal
f % f % f % 18
mungkin untuk melakukan apa pun sendiri.
Terlaksana 14 77,8 4 22,2 18 100
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan
Tidak
3 23,1 10 76,9 13 100 bahwa sebagian pasien pasca laparatomi mengalami
terlaksana
proses penyembuhan luka yang baik. Salah satu hal
Jumlah 17 54,8 14 45,2 31 100
yang mempengaruhinya adalah karena pasien
p = 0,003 (Pearson Chi-Square)
melaksanakan mobilisasi dini. Ada beberapa pasien
yang melaksanakan mobilisasi dini, tetapi proses
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat proporsi
penyembuhan lukanya tidak baik. Hal ini juga
responden yang melaksanakan mobilisasi dini lebih 18
dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu usia. Semakin tua
banyak dibandingkan dengan responden yang tidak
seseorang, maka akan semakin lama dalam proses
melaksanakan mobilisasi dini. Pada hasil pengolahan
penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
data diatas, dapat dilihat bahwa p = 0,003 ( nilai p
penurunan elastin dalam kulit, perbedaan penggantian

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 728

kolagen yang mempengaruhi penyembuhan luka, risiko karena tirah baring lama, seperti terjadinya
sehingga akan mempengaruhi lama perawatan pada dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di
8
pasien. seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan
Hasil analisis bivariat menunjukkan dari seluruh pernapasan dan gangguan peristaltik maupun
10,16
responden yang berjumlah 31 orang, sebagian besar berkemih.
responden mengalami proses penyembuhan luka yang Wiyono dan Arifah pada tahun 2008 dalam
baik dengan mobilisasi dini terlaksana, yaitu sebanyak penelitiannya tentang pemulihan peristaltik usus pada
14 orang (82,4%) dan sebagian kecilnya adalah pasien pasca pembedahan mengatakan bahwa
responden dengan mobilisasi dini tidak terlaksana keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat
yang mengalami proses peyembuhan luka yang baik, proses pemulihan luka pasca pembedahan, namun
yaitu sebanyak 3 responden (17,6%). juga mempercepat pemulihan peristaltik usus pada
11
Nilai p sebesar 0,003 ini lebih kecil dari 0,05, pasien pasca pembedahan. Dan mobilisasi yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dilakukan 2 jam pertama lebih efektif dilakukan dari
14
yang signifikan antara mobilisasi dini dengan proses pada 6 jam pasca pembedahan.
penyembuhan luka pasca laparatomi. Berdasarkan penelitian lain juga didapatkan
Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian bahwa pengaruh mobilisasi setelah pasca operasi
yang dilakukan oleh Yusuf pada tahun 2013 tentang laparatomi sangat besar manfaatnya dalam proses
pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka, karena mobilisasi dapat
penyembuhan luka post appendictomy di RSUD Prof. meningkatkan sirkulasi di daerah insisi sehingga akan
Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013. meningkatkan transfortasi zat-zat esensial yang
8
Diperoleh p = 0,000 yang berarti bahwa mobilisasi dini berperan dalam proses penyembuhan luka.
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penyembuhan luka. Pada penelitian Yusuf ini, pasien KESIMPULAN
dengan mobilisai dini yang kurang baik mempunyai Terdapat hubungan antara mobilisasi dini
kemungkinan 20 kali untuk mengalami luka tidak dengan proses penyembuhan luka pasien pasca
sembuh dibandingkan pasien dengan mobilisai dini laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr.
18
yang baik (RO = 19,50). Mobilisasi dini dapat M. Djamil Padang.
mempersingkat masa pemulihan untuk mencapai level
kondisi seperti pra pembedahan. Hal ini tentu akan
mengurangi waktu rawat inap di rumah sakit, menekan
19
DAFTAR PUSTAKA
biaya perawatan, dan mengurangi stres psikis.
1. Puruhito, Bisono. Pembedahan. Dalam:
Mobilisasi dini dapat menunjang proses
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, editor
penyembuhan luka pasien karena dengan
(penyunting). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC;
menggerakkan anggota badan akan mencegah
2004. hlm 265-88.
kekauan otot dan sendi, sehingga dapat mengurangi
2. Smeltzer SC, Brenda GB. Buku ajar Keperawatan
nyeri dan dapat memperlancar peredaran darah ke
Medikal Bedah. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2001.
bagian yang mengalami perlukaan agar proses
16 3. Burger JWA, Riet M, Jeekel J. Abdominal incisions:
penyembuhan luka menjadi lebih cepat. Hal ini
techniques and postoperative complications.
sejalan dengan pendapat Carpenito (2000) bahwa
Scandinavian Journal of Surgery.2002;(91):315-21.
salah satu faktor yang mempengaruhi proses
4. Haynes AB, Thomas GW, William RB, Stuart RL,
penyembuhan luka akibat pembedahan adalah
20 Abdel-Hadi SB, Dellinger EP, et al. A Surgical
mobilisasi dini. Mobilisasi merupakan faktor yang
safety checklist to reduce morbidity and mortality in
utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah
a global population. N Engl J Med. 2009;(360):
terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat
491-9.
penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 729

5. Kiik SM. Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu hospitalized patients. Scandinavian Journal of
pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca Medicine & Science in Sports. 2007;(17):464-72.
operasi obdomen di ruang ICU RSUD Labuang 14. Israfi J. Pengaruh mobilisasi dini latihan duduk
Baji Makassar. Jurnal Kesehatan. 2013;1(1):13-20. terhadap peningkatan motilitas usus pada pasien
6. Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. pasca bedah dengan general anastesi di RSI
Jakarta: Departemen Kesehatan; 2010. Jemursari (skripsi). Surabaya: Fakultas
7. Fahmi F. Pengaruh terapi musik terhadap tingkat Keperawatan Universitas Airlangga; 2010.
gangguan tidur pada pasien paska operasi 15. Solikin. Analisis faktor-faktor yang berhubungan
laparatomi di IRNA B (Teratai) dan IRNA Ambun dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca
Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang (skripsi). bedah digestif di RSUD Ulin Banjarmasin. 2010.
Padang: Fakultas Keperawatan Universitas (diunduh 30 September 2014). Tersedia dari: URL:
Andalas; 2012. HYPERLINK
8. Noer NA. Faktor-faktor yang berhubungan dengan http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137230-%2028480-
lama hari rawat pada pasien pasca operasi Analisis%20faktor-full%20text.pdf
laparatomi di rumah sakit umum daerah Labuang 16. Potter PA, Perry AG. Fundamental keperawatan.
Baji Makassar. 2010 (diunduh 26 September Edisi ke-4 (terjemahan). Jakarta: EGC; 2006. hlm
2014). Tersedia dari: URL: HYPERLINK 517-9.
https://app.box.com/s/83103e737c60e4bb29c9 17. Rismalia R. Gambaran pengetahuan dan perilaku
9. Rustianawati Y, Sri K, Rizka H. Efektivitas pasien pasca operasi appendectomy tentang
ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri mobilisasi dini di RSUP Fatmawati Tahun 2009.
pada pasien post operasi laparatomi di RSUD (skripsi). Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kudus. JIKK. 2013;4(2):1-8. Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
10. Garrison SJ. Dasar-dasar terapi dan latihan fisik. Hidayatullah; 2010.
Jakarta: Hypocrates; 2004. 18. Yusuf N. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
11. Wiyono N, Arifah S. Pengaruh ambulasi dini proses penyembuhan luka post appendictomy di
terhadap pemulihan peristaltik usus pasien paska rumah sakit umum daerah Prof. Dr. Aloei Saboe
operasi fraktur femur dengan anestesi umum di Kota Gorontalo Tahun 2013. 2013 (diunduh 25
RSUI Kustati Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, September 2014). Tersedia dari: URL:
Journal News In Nursing. 2008;1(2): 57-62. HYPERLINK
12. Chandrasekaran S, Ariaretnam SK, Tsung J, http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view
Dickison D. Early mobilization after total knee File/2857/2833
replacement reduces the incidence of deep venous 19. Majid A, Judha M, Istianah U. Keperawatan
thrombosis. ANZ Journal of Surgery. 2009; (79): perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2011.
526-9. 20. Carpenito LJ. Buku saku diagnosa keperawatan.
13. Suetta C, Magnusson SP, Beyer N, Kjaer M. Effect Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2000. hlm 68-70.
of strength training on muscle function in elderly

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)

Anda mungkin juga menyukai