Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Clinical Study 2


Departemen Maternitas

Oleh:
Umroh Indah Lestari
165070201111019
Reguler 1
Kelompok 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DEFINISI
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat
(Manuaba, 2001). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
ETIOLOGI
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung pada sel-
sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat
karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel
yang imatur.
KLASIFIKASI
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:
1. Mioma sub mukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh kearah
kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila
tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang
disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina.
2. Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium. Disebut juga sebagai mioma intraepitalial,
biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena
adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3. Mioma subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan
kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma
intraligamen. (Sarwono, 2005).
PATOFISIOLOGI
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding miometrium normal.
Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos
dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri
sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut
letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramuskular dan subserosum.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering
ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot
subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila
tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi
infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
PATHWAY

MANIFESTASI KLINIK
1) Perdarahan tidak normal
2)   Penekanan rahim yang membesar
3)   Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat,
Eritrosit turun.
2) USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6) ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
7) Ultrasonografi: menetapkan adanya Mioma Uteri.
8) Histeroskopi : dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta
bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9) MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :

1) Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut :


a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3 menstruasi setiap
minggu sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan
gejala. Obat ini menekan sekresi genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik
yang serupa yang ditekankan pada periode postmenopause efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH . Ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan ,
mengurangi kehilangan  darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan
akan transfuse darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat
dan osteoporosis pada waktu tersebut.
2) Penatalaksanaan operatif bila
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b. Pertumbuhan tumor ceppat
c. Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hipermenoria pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya
A. Radioterapi.
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.
c. Bukan mioma jenis submukosa
d. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
B. Operasi
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri
secara umum. Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan
keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan
kemungkinan keganasan. KERUGIAN:
a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri pada
waktu hamil.
b) Menyebabkan perlekatan.
c) Residif.
b. Histerektomi/ Pengangkatan Rahim
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Histrektomi dilakukan pada mioma yang ukurannya besar dan multipel. Pada
wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium, maksudnya adalah
untuk menjaga agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya dan menjaga
gangguan coronair atau arteriosklerosis umum. Sebaiknya dilakukan histerektomi
total, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa dilakukan histerektomi
supravaginal. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya
dilakukan pap smear pada waktu tertentu.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel (Callahan, 2005).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MIOMA UTERI


PENGKAJIAN
A. Identitas Klien

B. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dari IGD dengan keluhan nyeri perut bagian

bawah, sakit saat BAK, gejala itu ada sejak kurang lebih 3 hari yang lalu, kemudian

keluarga membawa ke RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih lanjut. 

c. Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita sakit dengan pasien dan tidak mempunyai penyakit lain, seperti HT, DM.

d. Riwayat Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi merasa sakit, haid 7 hari

siklus haid 28 hari.

e. Riwayat obstetric

No Tahun Umur Riwayat Jenis Penyakit Jenis BB PJ


kehamilan penolong kelamin

1 25 9 bln 5 hari Dukun Laki-laki 3kg 4cm


desa
f. Riwayat keluarga berencana: Pasien mengatakan mengikuti KB spiral sejak 9 tahun yang

lalu.

C. Pengkajian pola fungsional

D. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan         : compos mentis
b. TD                  : 110/70 mmhg
c. N                    : 88X/menit
d. RR                  : 20xmenit
e. S                     : 36 C
f. BB                  : 44 kg
g. TB                  : 156 cm
h. Lila                 : 24 cm
i. Kepala            : Masosepal
j. Mata               : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik
k. Hidung           : bersih, tidak terdapat sosius dan polip
l. Telinga          : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat
bantu, tidak ada mastoiditis
m. Mulut               : mukosa lembab, mulut bersih, gigi caries
n. Leher              : tidak ada pembesaran tiroid dan limfa
o. Dada:
Paru-paru  :is : simetris
i. Pal : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
ii. Per : sonor
iii. Aus : vesikuler

Jantung      : IS : simetris


i. Pal : tidak ada nyeri tekan
ii. Per : rekak
iii. Aus : regular
p. Abdomen  : Is : simetris datar
i. Pal : perut odema, terdapat nyeri tekan
ii. Aus  : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )
iii. Per  : tympani
iv. P : nyeri saat bergerak dan BAK
v. Q : seperti ditusuk jarum
vi. R : dan perut bagian bawah sampai vagina
vii. S : skala 6
viii. T : Kurang lebih 10 cm
q. Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC
r. Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL pada tangan kanan
s. Crt                         : < 3 detik
t. Turgor       : normal
u. Kulit          : bersih, tidak sianosis

E.       Data Penunjang

1. Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah

2. Program terapi

i. NaCL        : 12 tpm

ii. WB

3. Laboratorium ( 12 februari 2015 )

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL SATUAN

Hb 3,7 11,5-16,0 g/dl


Leukosit 4,4 4,0-11 10^3/ul
Trombosit 383 150-440 10^3/ul
Hematokrit 13,4 35,0-49,0 %
Eritrosit 2,18 3,8-5,2 10^6/ul
Granula 69,9 50-70 %
Limfosit 29,7 20-40 %
Monosit 5,4 2-8 %
MCV 61,6 82-91 Fl
MCH 16,9 27-31 Pg
MCHC 27,6 32-56 g/dl
RDW 21,5 11,6-19,8 %
GOL B - -
GDS 100 70-140 g/dl
Hbs Ag - - -

3.2 ANALISA DATA

N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN

1. Ds : Pasien merasa Perjalanan penyakit Nyeri akut


nyeri saat bergerak ( mioma uteri )
dan saat BAK Penekanan pada
P : Nyeri saat BAK syaraf
dan bergerak
Q : Sperti ditusuk
jarum
R  : Perut bawah
sampai vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do :
TD : 110/70   mmHg
        N : 88x/menit
        RR : 20x/menit
        S : 36

- Pasien lemas
-Sering memegang
perutnya
2.
Penekanan daerah Gangguan Eliminasi Urin
DS : pasien uterus
mengatakan sering
kencing sedikit dan
merasa sakit

DO :-  pasien saat


berkemih merasa
kesakitan

-sering berkemih

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut

2. Risiko gangguan eliminasi urin

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DP TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KH

1. DX Setelah dilakukan 1.Kaji karakteristik 1.Untuk memeriksa jenis skala


1 tindakan nyeri ( PQRST ) 2.Sebagai salah satu dasar askep
keperawatan 3x24 3.Aktifitas sesuai kesenangan
2.Kaji faktor yang
jam akan mengurangi nyeri
mempengaruhi
5.Untuk mengurangi nyeri
-Nyeri berkurang
3.Berikan posisi yang
KH : nyaman
-TD dalam batas 4.Ajarkan relaksasi
normal ( 100/70-
5.kolaborasi
140/90 )
pemberian analgetik
1.Meningkatkan fungsi kandung
-Skala nyeri ( 3-4 )
kemih
2.Mempertahakan pola eliminasi
1.Latih kandung
3.Mengetahui masukan dan
kemih
2. Dx keluaran
Setelah dilakukan
2 2.Managemen 4.Memenuhi kebtuhan ciran dan
tindakan
eliminasi/urine melatih refleksi kandung kemih
keperewatan
selama 3x24jam 3.Pantau eliminasi
kutimensia urine urine
dengan KH :
4.Ajarkan pasien
-Mempertahankan untuk minum 200 ml
pola berkemih pada saat makan dan
awal pulang
-Eliminasi urine
tidak terganggu

3.5 IMPLEMENTASI

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan catat apa pun
yang telah dilakukan pada klien.

3.6 EVALUASI

Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai membaik, hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai