Atas dasar data tersebut, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam sistem biaya
taksiran adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp660.000
Utang dagang Rp660.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp640.000
Persediaan bahan baku 40.000
Persediaan bahan baku Rp20.000
Pembelian 660.000
Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian 660.000 +
Rp680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000 -
Biaya bahan baku selama bulan November Rp640.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp925.000
Gaji dan upah Rp925.000
4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk.
Barang dalam proses-biaya Ov.Pabrik Rp1.276.500
Biaya Ov.Pabrik yang dibebankan Rp1.276.500
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar
tarif adalah sebagai berikut: 34.500 jam x Rp37 = Rp1.276.500
5. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama
bulan November.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.261.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp1.261.000
6. Jurnal penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp1.276.500
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.276.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi Rp2.911.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp639.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 958.500
Barang dalam poses-biaya Ov.Pabrik 1.313.500
Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk
jadi yang sesungguhnya dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan.
Perhitungan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku: 35.500 x Rp18 Rp639.000
Biaya tenaga kerja: 35.500 x Rp27 958.500
Biaya overhead pabrik: 35.500 x Rp37 1.313.500
Harga pokok taksiran produk jadi Rp2.911.000
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir
bulan November 20X7.
Persediaan produk dalam proses Rp77.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp45.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 13.500
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 18.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan
cara mengalikan unit ekuivalensi persediaan produk dalam proses akhir dengan
biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir bulan adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp18 Rp45.000
Biaya tenaga kerja 20% x 2.500 x Rp27 13.500
Biaya overhead pabrik 20% x 2.500 x Rp37 18.500
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses akhir bulan Rp77.000
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November
20X7.
Harga pokok penjualan Rp2.870.000
Persediaan produk jadi Rp2.870.000
Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg
Produk selesai bulan November 35.500
36.000 kg
Persediaan produk jadi akhir bulan 1.000 -
Jumlah produk yang terjual dalam bulan November 35.000 kg
Biaya taksiran per kg produk Rp82 x
Harga pokok penjualan Rp2.870.000
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 20X7.
Piutang dagang (35.000 kg x Rp110) Rp3.850.500
Hasil penjualan Rp3.850.500
11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang
terdapat dalam rekening barang dalam proses.
Selisih Rp35.500
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 7.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening barang dalam proses dihitung dengan cara
mencari saldo tiap-tiap rekening barang dalam proses.
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan
yang dibebankan atas dasar tarif.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp15.500
Selisih Rp15.500
Karena rekening barang dalam proses di debit dengan biaya overhead pabrik
yang dibebankan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, maka selisih antara
biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan yang sesungguhnya terjadi
terdapat dalam dua rekening: barang dalam proses (Rp35.000) dan biaya
overhead pabrik sesungguhnya (Rp15.500).
Mengenai biaya overhead pabrik, selisih antara biaya taksiran dengan biaya
yang sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua macam: (a) selisih karena
perbedaan jam tenaga kerja; (b) selisih karena perbedaan tarif biaya overhead
pabrik. Selisih karena perbedaan jam tenaga kerja terdapat dalam rekening
barang dalam proses-biaya overhead pabrik. Rekening ini di debit dengan hasil
kali jam tenaga kerja dengan tarif biaya overhead pabrik, sedangkan di sebelah
kredit dicatat jumlah taksiran jam tenaga kerja untuk menghasilkan produk kali
biaya overhead pabrik per satuan produk.
Selisih karen perbedaan tarif biaya overhead pabrik terdapat dalam rekenig
biaya overhead pabrik sesungguhnya. Rekening ini didebit dengan biaya
overhead pabrik sesungguhnya (jam tenaga kerja sesungguhnya x tarif biaya
overhead pabrik yang ditentukan di muka).
E. Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran jika Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu
Departemen Produksi.
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu digunakan
rekening transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari departemen pertama
atau departemen lain sebelum departemen produksi terakhir. Misalnya produk tertentu diolah
melalui departemen A dan menjadi produk jadi dan siap untuk dijual setelah selesai diolah
dalam departemen B. Produk yang selesai diolah dari departemen A secara fisik kemudian
ditransfer ke departemen B dan harga pokok taksiran produk selesai lebih dahulu harus dicatat
dalam rekening perantara yang disebut “Transfer departemen A”. Rekening ini dianggap sebagai
rekening persediaan yang bersifat sementara dan biaya taksiran tetap berada di dalamnya
sampa produk selesai diproses di departemen B.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur akuntansi dalam
sistem biaya taksiran secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya taksiran per satuan produk.
b. Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening barang dalam proses.
Rekening tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsur harga pokok produk.
c. Rekening barang dalam proses masing-masing departemen produksi didebit dengan biaya
produksi sesungguhnya selama periode tertentu dan dikredit dengan harga pokok taksiran
produk jadi dan harga pokok taksiran produk dalam proses akhir periode (unit ekuivalensi x
biaya taksiran per satuan produk).
d. Saldo rekening barang dalam proses tiap departemen produksi merupakan selisih biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah selisih ini di transfer kedalam rekening selisih .
Contoh 2 :
PT Eliona Sari memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi :
departemen A dan B. Dengan biaya taksiran per unit produk sebagai berikut:
Unsur Harga Pokok Departemen A Departemen B Jumlah Tiap
Unsur Biaya
Produksi
Biaya bahan baku
5 kg @ Rp60 Rp300,00 - Rp300,00
Biaya tenaga kerja
3,5 jam @ Rp27 94,50 - -
3,0 jam @ Rp50 - Rp150,00 244,50
Biaya overhead pabrik
3,5 jam @ Rp80 280,00 - -
50% dari biaya tenaga kerja - 75,00 355,00
Jumlah biaya taksiran per kg
produk Rp674,50 Rp225,00 Rp899,50
Data biaya selama kuartal pertama tahun 20X7 adalah sebagai berikut:
a. Biaya tenaga kerja sesungguhnya departemen A sebesar Rp287.330 dengan jam tenaga
kerja sesungguhnya sebanyak 31.415 jam, sedangkan biaya tenaga kerja sesungguhnya
departemen B sebesar Rp455.000.
b. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan sebagai
berikut:
Departemen A : Rp27 per jam tenaga kerja
Departemen B : 50% biaya tenaga kerja.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam kuarta pertama sebesar Rp845,00
(Departemen A) Rp22.000 (Departemen B).
c. Pencatatan biaya bahan baku memakai metode mutasi persediaan. Biaya bahan baku
sesungguhnya sebesar Rp925.000.
d. Jumlah produk yang terjual sebanyak 2.700 kg dengan harga Rp1.000 per kg.
Atas dasar data tersebut di atasjurnal-jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat kegiatan PT EI
Sari selama kuartal pertama tahun 20X7 adalah sebagai berikut:
10. Jurnal pencatatn biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi di Departemen A dan B.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.070.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp1.070.000
11. Jurnal penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan kerekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp1.075.705
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.075.705
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran yang terdapat
dalam rekening barang dalam proses.
Barang dalam proses-biaya bahan Dep.A Rp5.000
Selisih 2.545
Barang dalam proses-BTK Dep.A Rp1.940
Barang dalam proses-BOP Dep.A 2.605
Barang dalam proses-BTK Dep.B 2.000
Barang dalam proses-BOP Dep.B 1.000
Perhitungan selisih tersebut dilakukan dengan menghitung saldo rekening barang dalam
proses masing-masing departemen dengan cara mengurangi jumlah pendebitan dengan
jumlah pengkreditan masing-masing rekening tersebut. Dalam contoh ini, harus dihitung
lebih dahulu harga pokok taksiran persediaan produk yang pada awal periode masih dalam
proses:
Transfer
Unsur harga pokok Departemen A Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku
100 x 100% x Rp300 Rp30.000 - -
200 x 100% x Rp300 - Rp60.000 -
Biaya tenaga kerja
100 x 60% x Rp94,50 5.670
200 x 100% x Rp94,50 - 18.900
200 x 60% x Rp150 - - Rp18.000
Biaya overhead pabrik
100 x 60% x Rp280 16.800 - -
200 x 100% x Rp280 - 56.000 -
200 x 60% x Rp75 - - 9.000
Jumlah Rp52.470 Rp134.900 Rp27.000
Jika jurnal-jurnal tersebut di atas dan harga pokok persediaan produk dalam proses awal
dibukukan dalam rekening buku besar, maka saldo rekening barang dalam proses dapat
dihitung dan jumlah tersebut merupakan selisih.
Selisih di Departemen A
Selisih biaya bahan baku Rp5.000 L
Selisih biaya tenaga kerja 1.940 R
Selisih biaya overhead pabrik 2.605 R
Selisih di Departemen B
Selisih biaya tenaga kerja Rp2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik 1.000 R
13. Jurnal pencatatan selisih antara overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead
pabrik yang dibebankan.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp5.075
Selisih Rp5.075
F. Perlakuan Terhadap Selisih
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi dapat
diperlakukan sebagai berikut:
a. Ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rekening laba rugi
b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu
dibagikan ke rekening produk jadi dan harga pokok penjualan.
c. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening: persediaan barang dalam proses, persediaan
produk jadi dan harga pokok penjualan.
d. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini
berfungsi sebagai deferred account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan selisih-selisih
yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup (mengkompensasi).
Untuk menggambarkan perlakuan terhadap selisih yang terjadi, berikut ini diberikan contoh
pembagian selisih ke dalam rekenig-rekening: barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan
harga pokok penjualan.
a. Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi dan
produk yang terjual . kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.
b. Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga poko persediaan produk
jadi dan harga pokok produk yang terjual.
Berikut ini contoh perlakuanterhadap selisih dengan memakai dua macam dasar pembagian
tersebut.
a. Pembagian selisih atas dasar kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk
jadi, dan kuantitas produk yang terjual.
b. Pembagian selisih atas dasar harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan
produk jadi, dan harga poko yang terjual.
Pembagian Selisih Atas Dasar Perbandingan kuantitas Persediaan Produk Dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Produk Yang Terjual. Data yang dipakai dalam memberikan
contoh berikut ini diambilkan dari contoh 1 pada halaman sebelumnya, dari contoh tersebut
saldo debit rekening selisih berjumlah Rp20.000 (Rp35.500-Rp15.000). jumlah tersebut dirinci
sebagai berikut : selisih biaya bahan baku =Rp10.000, selisih biaya tenaga kerja =Rp7.000 dan
selisih biaya overhead pabrik = Rp3.000
38.000 kg
38.000 kg
Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut terdiri dari 3.000 kg produk pada awal
periode masih dalam proses sedangkan 32.500 kg sisanya berasal dari produk yang dimasukkan
dalam proses dalam bulan November. Dari jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut,
35.000 kg telah laku dijual, sehingga pada akhir bulan terdapat persediaan produk jadi sebanyak
500 kg. Tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses akhir sebanyak 2.500 kg tersebut
adalah: 100% biaya bahan baku dan 20% biaya konversi, sehingga unit ekuivalensi untuk biaya
bahan baku dan biaya konversi berturut-turut adalah 2.500 kg dan 500 kg (20%x 2.500 kg)
Pembagian selisih ke dalam rekening-rekening persediaan dalam proses, persediaan produk jadi
dan harga pokok penjualan dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:
a. Membagikan selisih-selisih ke dalam rekening produk selesai, dan persediaan produk dalam
proses atas dasat data yang tercantum di bawah ini:
Kuantitas persediaan produk selesai diolah dan persediaan produk dalam proses
Unit ekuivalensi untuk unsur harga pokok
BBB BTK BOP
Persediaan produk dalam proses akhir 2.500 kg 500 kg 500 kg
Produk selesai 32.500 32.500 32.500
Jumlah 35.000 kg 33.000 kg 33.000 kg
b. Membagikan jumlah selisih yang dialokasikan ke produk selesai tersebut di atas kepada
rekening-rekening produk jadi dan harga pokok penjualan atas dasar unit ekuivalensi
sebagai berikut:
Persediaan produk jadi 500 kg
Harga pokok penjualan 35.000
35.000 kg
Jurnal untuk membagikan selisih-selisih ke dalam rekening-rekening persediaan produk
dalam proses dan produk jadi adalah sebagai berikut:
1. Persediaan produk dalam proses Rp 714
Persediaan produk jadi 9.286
Selisih Rp10.000
Untuk membagikan selisih biaya bahan baku sebesar Rp10.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses 2.500/35.000 x Rp10.000 = Rp714
Persediaan produk jadi 32.500/35.000 x Rp10.000 = Rp9.286
2. Persediaan produk dalam proses Rp106
Persediaan produk jadi 6.894
Selisih Rp7.000
Untuk membagikan selisih biaya tenaga kerja sebesar Rp7.000 sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses 500/33.000 x Rp7.000 = Rp106
Persediaan produk jadi 32.500/33.000 x Rp7.000 = Rp6.894
3. Persediaan produk dalam proses Rp 45
Persediaan Produk Jadi 2.955
Selisih Rp3.000
Untuk membagikan selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.000 sebagai berikut :
Persediaan produk dalam proses 500/33.000 x Rp 3.000 =Rp 45
Persediaan produk jadi 32.500/33.000 x Rp 3.000 = Rp 2.945
Jurnal untuk membagikan selisih sebesar Rp 19.134 (Rp 9.286 + Rp 6.894 + Rp 2.955)
yang di alokasikan ke rekening persediaan produk jadi tersebut adalah sebagai berikut :
Harga pokok penjualan Rp18.865
Persediaan Rp18.865
Dengan adanya jurnal ini,maka selisih yang masih tertinngal dalam rekening
persediaan produk jadi adalah sebesar Rp269