Anda di halaman 1dari 22

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

A. Definisi Biaya Taksiran


Biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah satu biaya yang ditentukan di muka sebelum
produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan. Sistem biaya taksiran adalah sistem
akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka
dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.
B. Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran
Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran adalah:
a. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan : penentuan harga pokok produk, pengendalian
biaya dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan. Akuntansi biaya tidak hanya
menitikberatkan pada penentuan harga pokok produk, yang hanya terbatas pada
pengumpulan dan penggolongan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi di masa yang lalu
(biaya historis atau historical cost).
Jika manajemen menghendaki sistem pengendalian biaya dalam perusahaannya, maka ia
tidak dapat hanya mengumpulkan dan menggolongkan biaya-biaya historis saja. Manajemen
harus menentukan suatu norma untuk mengukur pelaksanaan tindakannya. Tanpa norma
pengukur yang ditentukan terlebih dahulu, ia tidak akan dapat menafsirkan biaya
sesungguhnya yang dikumpulkan, apakah terjadi penghematan atau pemborosan dalam
pelaksanaan produksinya.
Seringkali sistem biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar dapat ditentukan.
Penggunaan sistem biaya taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa
kesamaan di antara kedua sisitem tersebut.
2. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara
hubangan yang baik dengan karyawan.
b. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar.
Dalam perusahaan-perusahan tertentu, pemakaian sisitem biaya taksiran lebih ekonomis
bila dibandingkan dengan sistem biaya standar. Dalam perusahaan kecil, biaya penentuan
biaya standar merupakan beban berat dan pada umumnya manajemen belum
membutuhkan sistem pengendalian biaya yang sangat seksama. Dalam perusahaan yang
seringkali mengalami perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan
untuk penentuan biaya stabdar sangat besar, sehingga sistem pemakaian standar tidak
ekonomis.
c. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan
Banyak perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran sebagai alat pengendalian biaya dan
sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-kegiatannya. Meskipun biaya taksiran bukan
merupakan biaya yang seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan
antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk mengenai
terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan.
d. Untuk mengurangi biaya akuntansi
Penghematan biaya akuntansi dengan penggunaan sistem biaya taksiran sangat terasa jika
perusahaan menghasilkan banyak macam produk atau jika produk diolah melalui banyak
departemen atau pusat biaya. Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak
diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk dalam proses, dan
produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan menggunakan metode mutasi
persediaan perpetual inventory method). Tetapi jika perusahaan menghendaki
digunakannya metode mutasi persediaan, semua kartu persediaan produk dalam proses dan
produk jadi hanya digunakan untuk mencatat kuantitas fisik saja.
C. Penentuan Biaya Taksiran
Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga unsur: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data masa lalu, dari
perhitungan, dari rumus kimia atau matematis, atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya
taksiran ditentukan untuk setiap jenis produk yang diproduksi, pada awal masa produksi atau
pada awal tahun anggaran.
Dalam penentuan taksiran biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah produk
tertentu, perlu dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap bahan baku yang dibutuhkan dan
taksiran harganya masing-masing. Penkasiran kuantitas bahan baku yang akan dikonsumsi
dalam setiap satuan produk didasarkan pada spesifikasi teknis, percobaan, atau data masa lalu.
Penaksiran harga bahan baku yang dapat didasarkan pada harga kontrak pembelian dalam
jangka waktu tertentu. Atau jika bahan baku harus dibeli dari waktu ke waktu, dan harganya
tergantung pada keadaan harga pasar, penaksiran harga dapat didasarkan pada daftar harga
yang dipublikasikan.
Dalam penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus lebih dahulu diketahui semua jenis kegiatan
untuk mengolah produk, karena jam tenaga kerja dipengaruhi oleh kecakapan tiap-tiap
karyawan dan jenis pekerjaannya. Dalam menentukan jumlah jam tenaga kerja yang ditaksir
akan dikonsumsi untuk menghasilkan setiap satuan produk, harus diperhitungkan juga waktu-
waktu persiapan produksi, materials handing, perbaikan mesin, dan hal-hal lain yang
memerlukan jam tenaga kerja. Taksiran biaya tenaga kerja merupakan hasil kali taksiran jumlah
jam kerja untuk menghasilkan setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan pada tarif yang
ditentukan di muka. Di dalam menentukan tarif biayaoverhead pabrik ini perlu diadakan
pemisahan biaya overhead pabrik ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
overhead pabrik variabel ditaksir dengan melihat hubungan biaya tersebut dengan produksi,
dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan antara jumlah produksi dengan biaya
yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir dengan cara memperhatikan masing-masing
unsur biaya overhead pabrik tetap yang bersangkutan. Pada umumnya biaya overhead pabrik
tetap lebih mudah cara penaksirannya. Misalnya biaya depresiasi mesin , ditaksir dengan
dengan memperhitungkan jumlah mesin yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan
rencana investasi serta rencana pemberhentian pemakain mesin yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Penaksiran jumlah asuransi tergantung pada kemungkinan perubahan polis
asuransi yang diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji pengawas
dapat ditaksir dengan melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada pengawas tersebut.
Dengan demikian taksiran biaya overhead pabrik tetap merupakan jumlah taksiran masing-
masing unsur biaya overhead pabrik tersebut.
D. Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran
Dalam sistem biaya taksiran, rekening barang dalam proses didebit dengan biaya produksi yang
sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai dan produk dalam
proses dengan biaya taksiran persatuan. Karena harga pokok produk jadi yang masuk gudang
dihargai dengan biaya taksiran, maka pada saat dijual, harga pokok penjualannya adalah sebesar
hasil kali jumlah produk yang dijual dengan biaya taksiran per satuan. Selisih antara biaya
taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo rekening barang dalam
proses, dan dipindahkan ke rekening selisih.
 Prosedur pencatatan biaya bahan baku
Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal:
Persediaan bahan baku xx
Utang dagang xx
Atas dasar bukti permitaan barang, dicatat pemakaian bahan baku dalam kartu
persediaan. Jurnal pemakain bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Persediaan bahan baku xx
Dalam hal ini rekening barang dalam proses didebit sebesar biaya bahan baku
sesungguhnya . Jika metode persediaan fisik (physical inventory mothod ) digunakan,
pemeblian bahan baku dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Pembelian xx
Utang dagang xx
Pemakaian bahan baku tidak dicatat dalam kartu persediaan. Pada akhir periode
tertentu, diadakan penghitungan fisik persediaan yang masih ada dalam gudang.
Biaya bahan baku selama periode tertentu dihitung sebagai berikut:
Harga pokok persediaan bahan baku awal periode Rpxx
Pembelian xx +
Harga pokok bahan baku yang tersedia untuk produksi Rpxx
Harga pokok persediaan bahan baku akhir periode xx -
Rpxx
Dalam metode persediaan fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku selama periode
tertentu adalah:
1. Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Persediaan bahan baku xx
(untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku awal periode)
2. Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Pembelian xx
(untuk menutup rekening pembelian)
3. Persediaan bahan baku xx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
(untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir perode)
 Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja (yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-
lain untuk karyawan) yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode dijurnal sebagai
berikut :
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja xx
Biaya administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
Gaji dan upah xx
 Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Dalam sistem biaya taksiran, biaya overhead pabrik dicatat dengan menggunakan salah
satu metode berikut ini.
Metedo 1
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Persediaan suku cadang xx
Akumulasi depresiasi aktiva tetap xx
Kas xx
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama periode
tertentu dibebankan kepada produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Metode 2
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik atas dasar tarif
yang ditentukan di muka. Jurnal pencatatan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi
adalah sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Persediaan suku cadang xx
Akumulasi depresiasi aktiva tetap xx
Kas xx
Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xx
Biaya overhead yang dibebankan xx
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar
tarif dipertemukan dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan
cara menutup rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke dalam rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Jurnal penutupannya adalah sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi dan Produk Yang Masih Dalam Proses
pada Akhir Periode
Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang
dihasilkan selama satu periode dengan biaya taksiran per satuan produk. Harga pokok
produk yang masih dalam proses pada akhir periode dihitung dengan cara mengalikan
unit ekuivalensinya dengan biaya taksiran per satuan produk. Jurnal pencatatan harga
pokok produk jadi dan produk yang masih dalam proses pada akhir periode adalah
sebagai berikut:
Persediaan produk jadi xx
Persediaan produk dalam proses xx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja xx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xx
 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual
Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang terjual
dengan biaya taksiran persatuan produk. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang
dijual adalah sebagai berikut:
Harga pokok penjualan xx
Persediaan produk jadi xx
 Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya
Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada metode
pencatatan biaya overhead pabrik. Jika pencatatn biaya overhead pabrik memakai
metode 1, maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung
dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses. Selisih tersebut ditransfer ke
rekening selisih dengan jurnal sebagai berikut:
Selisih xx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja xx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran).
Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode 2, maka selisih antara biaya
taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara: (a) menghitung saldo
rekening barang dalam proses dan (b) menghitung saldo rekening biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Selisih tersebut di transfer ke rekening selisih dengan dua jurnal
sebagai berikut:
a. Selisih xx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja xx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xx
(untuk mencatat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening barang dalam proses
lebih tinggi dari jumlah pengkreditannya)
b. Selisih xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih tinggi
dari yang dibebankan atas dasar tarif)
Untuk memberikan gambaran rinci sistem biaya taksira, berikut contoh gambaran
sistem biaya taksiran yang digunakan oleh perusahaan yang produknya diolah melalui
satu departemen produksi.
Contoh 1:
PT Eliona memproduksi satu macam produknmelalui satu tahap pengolahan.
Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram produk
adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 2 kg @ Rp 9 Rp 18
Biaya tenaga kerja 1 jam @ Rp 27 27
Biaya overhead pabrik 1 jam @ Rp 37 37
Biaya taksiran per kilogram produk Rp 82
Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 20X7 adalah sebagai berikut:
1. Persediaan pada bulan November 20X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp20.000 .
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. Harga
pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp18 Rp 54.000
Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp27 Rp 54.000
Biaya overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp 37 Rp 74.000
Jumlah Rp 182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg
2. Kegiatan selama bulan November 20X7
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp660.000.
b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga
kerja sebesar Rp925.000.
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja
langsung sebesar Rp37. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam
bulan November berjumlah Rp1.261.000.
d. Produknjadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah
35.500 kg.
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp110 per kg.
3. Persediaan pada akhir bulan November 20X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk
pertama keluar pertama sebesar Rp 40.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000kg.

Atas dasar data tersebut, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam sistem biaya
taksiran adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp660.000
Utang dagang Rp660.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp640.000
Persediaan bahan baku 40.000
Persediaan bahan baku Rp20.000
Pembelian 660.000
Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian 660.000 +
Rp680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000 -
Biaya bahan baku selama bulan November Rp640.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp925.000
Gaji dan upah Rp925.000
4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk.
Barang dalam proses-biaya Ov.Pabrik Rp1.276.500
Biaya Ov.Pabrik yang dibebankan Rp1.276.500
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar
tarif adalah sebagai berikut: 34.500 jam x Rp37 = Rp1.276.500
5. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama
bulan November.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.261.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp1.261.000
6. Jurnal penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp1.276.500
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.276.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi Rp2.911.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp639.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 958.500
Barang dalam poses-biaya Ov.Pabrik 1.313.500
Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk
jadi yang sesungguhnya dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan.
Perhitungan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku: 35.500 x Rp18 Rp639.000
Biaya tenaga kerja: 35.500 x Rp27 958.500
Biaya overhead pabrik: 35.500 x Rp37 1.313.500
Harga pokok taksiran produk jadi Rp2.911.000
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir
bulan November 20X7.
Persediaan produk dalam proses Rp77.000
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp45.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 13.500
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 18.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan
cara mengalikan unit ekuivalensi persediaan produk dalam proses akhir dengan
biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir bulan adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp18 Rp45.000
Biaya tenaga kerja 20% x 2.500 x Rp27 13.500
Biaya overhead pabrik 20% x 2.500 x Rp37 18.500
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses akhir bulan Rp77.000
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November
20X7.
Harga pokok penjualan Rp2.870.000
Persediaan produk jadi Rp2.870.000
Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg
Produk selesai bulan November 35.500
36.000 kg
Persediaan produk jadi akhir bulan 1.000 -
Jumlah produk yang terjual dalam bulan November 35.000 kg
Biaya taksiran per kg produk Rp82 x
Harga pokok penjualan Rp2.870.000
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 20X7.
Piutang dagang (35.000 kg x Rp110) Rp3.850.500
Hasil penjualan Rp3.850.500
11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang
terdapat dalam rekening barang dalam proses.
Selisih Rp35.500
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 7.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening barang dalam proses dihitung dengan cara
mencari saldo tiap-tiap rekening barang dalam proses.
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan
yang dibebankan atas dasar tarif.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp15.500
Selisih Rp15.500
Karena rekening barang dalam proses di debit dengan biaya overhead pabrik
yang dibebankan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, maka selisih antara
biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan yang sesungguhnya terjadi
terdapat dalam dua rekening: barang dalam proses (Rp35.000) dan biaya
overhead pabrik sesungguhnya (Rp15.500).
Mengenai biaya overhead pabrik, selisih antara biaya taksiran dengan biaya
yang sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua macam: (a) selisih karena
perbedaan jam tenaga kerja; (b) selisih karena perbedaan tarif biaya overhead
pabrik. Selisih karena perbedaan jam tenaga kerja terdapat dalam rekening
barang dalam proses-biaya overhead pabrik. Rekening ini di debit dengan hasil
kali jam tenaga kerja dengan tarif biaya overhead pabrik, sedangkan di sebelah
kredit dicatat jumlah taksiran jam tenaga kerja untuk menghasilkan produk kali
biaya overhead pabrik per satuan produk.
Selisih karen perbedaan tarif biaya overhead pabrik terdapat dalam rekenig
biaya overhead pabrik sesungguhnya. Rekening ini didebit dengan biaya
overhead pabrik sesungguhnya (jam tenaga kerja sesungguhnya x tarif biaya
overhead pabrik yang ditentukan di muka).
E. Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran jika Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu
Departemen Produksi.
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu digunakan
rekening transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari departemen pertama
atau departemen lain sebelum departemen produksi terakhir. Misalnya produk tertentu diolah
melalui departemen A dan menjadi produk jadi dan siap untuk dijual setelah selesai diolah
dalam departemen B. Produk yang selesai diolah dari departemen A secara fisik kemudian
ditransfer ke departemen B dan harga pokok taksiran produk selesai lebih dahulu harus dicatat
dalam rekening perantara yang disebut “Transfer departemen A”. Rekening ini dianggap sebagai
rekening persediaan yang bersifat sementara dan biaya taksiran tetap berada di dalamnya
sampa produk selesai diproses di departemen B.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur akuntansi dalam
sistem biaya taksiran secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya taksiran per satuan produk.
b. Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening barang dalam proses.
Rekening tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsur harga pokok produk.
c. Rekening barang dalam proses masing-masing departemen produksi didebit dengan biaya
produksi sesungguhnya selama periode tertentu dan dikredit dengan harga pokok taksiran
produk jadi dan harga pokok taksiran produk dalam proses akhir periode (unit ekuivalensi x
biaya taksiran per satuan produk).
d. Saldo rekening barang dalam proses tiap departemen produksi merupakan selisih biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah selisih ini di transfer kedalam rekening selisih .

Contoh 2 :

PT Eliona Sari memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi :
departemen A dan B. Dengan biaya taksiran per unit produk sebagai berikut:
Unsur Harga Pokok Departemen A Departemen B Jumlah Tiap
Unsur Biaya
Produksi
Biaya bahan baku
5 kg @ Rp60 Rp300,00 - Rp300,00
Biaya tenaga kerja
3,5 jam @ Rp27 94,50 - -
3,0 jam @ Rp50 - Rp150,00 244,50
Biaya overhead pabrik
3,5 jam @ Rp80 280,00 - -
50% dari biaya tenaga kerja - 75,00 355,00
Jumlah biaya taksiran per kg
produk Rp674,50 Rp225,00 Rp899,50

Data biaya selama kuartal pertama tahun 20X7 adalah sebagai berikut:

a. Biaya tenaga kerja sesungguhnya departemen A sebesar Rp287.330 dengan jam tenaga
kerja sesungguhnya sebanyak 31.415 jam, sedangkan biaya tenaga kerja sesungguhnya
departemen B sebesar Rp455.000.
b. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan sebagai
berikut:
Departemen A : Rp27 per jam tenaga kerja
Departemen B : 50% biaya tenaga kerja.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam kuarta pertama sebesar Rp845,00
(Departemen A) Rp22.000 (Departemen B).
c. Pencatatan biaya bahan baku memakai metode mutasi persediaan. Biaya bahan baku
sesungguhnya sebesar Rp925.000.
d. Jumlah produk yang terjual sebanyak 2.700 kg dengan harga Rp1.000 per kg.

Data produksi selama kuartal pertama tahun 20X7 sebagai berikut:

Data Produksi Departemen A Departemen B


a. Persediaan produk dalam proses pada awal
periode , dengan tingkat penyelesaian: biaya
bahan baku 100%, biaya konversi 60%, baik untuk
departemen A maupun B. 100 kg 200 kg
b. Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 3.100 -
c. Jumlah produk yang diterima dari departemen A - 3000
d. Produk selesai yang ditransfer ke departemen B 3000 -
e. Produk selesai yang ditransfer ke gudang - 3.100
f. Persediaan produk dalam proses pada akhir
periode, dengan tingkat penyelesaian: biaya bahan
baku 100%, biaya konversi 40%, baik untuk
departemen A maupun B 200 100

Atas dasar data tersebut di atasjurnal-jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat kegiatan PT EI
Sari selama kuartal pertama tahun 20X7 adalah sebagai berikut:

1. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang dipakai:


Barang dalam proses-BBB Dep.A Rp925.000
Persediaan bahan baku Rp925.000
2. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen A:
Barang dalam proses-BTK Dep A Rp287.330
Gaji dan upah Rp287.330
3. Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk di Departemen A,
atas dasar tarif yang ditentukan di muka:
Barang dalam proses-BOP Dep.A Rp848.205
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp848.205
4. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari Departemen A ke
Departemen B.
Transfer Departemen A Rp2.023.500
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp900.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 283.500
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 840.000
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari Departemen A ke B
adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 3.000 x Rp300,00 Rp 900.000
Biaya tenaga kerja 3.000 x 94,50 283.500
Biaya overhead pabrik 3.000 x 280,00 840.000
Rp2.023.500
5. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen B:
Barang dalam proses-BTK Dep.B Rp455.000
Gaji dan upah Rp455.000
6. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk Departemen B
atas dasar produk yang ditentukan di muka.
Barang dalam proses-BTK Dep.B Rp227.500
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp227.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari Departemen B ke gudang.
Persediaan produk jadi Rp2.788.450
Transfer Departemen A Rp2.090.950
Barang dalam proses-BTK Dep.B 465.000
Barang dalam proses-BOP Dep.B 232.500
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer departemen B ke gudang
adalah sebagai berikut:
Harga pokok taksiran yang berasal dari departemen A (dikreditkan
dalam rekening transfer departemen A) 3.100 kg x Rp674,50 Rp2.090.950
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Biaya tenaga kerja 3.100 kg x Rp150 465.000
Biaya overhead pabrik 3.100 kg x Rp75 232.500
Jumlah Rp2.788.450
8. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk yang terjual
Harga pokok penjualan Rp2.428.650
Persediaan produk jadi Rp2.428.650
9. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran persediaan produk yang masih dalam proses pada
akhir periode di departemen A dan B.
Persediaan produk dalam proses-Dep.A Rp89.960
Barang dalam proses-BBB Dep.A Rp60.000
Barang dalam proses-BTK Dep.A 7.560
Barang dalam proses-BOP Dep.A 22.400
Persediaan produk dalam proses-Dep.B Rp76.450
Transfer Departemen A Rp67.450
Barang dalam proses-BTK Dep.A 6.000
Barang dalam proses-BOP Dep.A 3.000
Perhitungan harga pokok taksiran produk yang masih dalam proses pada akhir periode di
departemen A dan B disajikan dalam tabel berikut:
Transfer
Unsur Harga Pokok Departemen Departemen Departemen
A A B
Biaya bahan baku
200 x 100% x Rp300 Rp60.000 - -
100 x 100% x Rp300 - Rp30.000 -
Biaya tenaga kerja
200 x 40% x Rp94,50 7.560 - -
100 x 100% x Rp94,50 - 9.450 -
100 x 40% x Rp150 - - Rp6.000
Biaya overhead pabrik
200 x 40% x Rp280 22.400 - -
100 x 100% x Rp280 - 28.000 -
100 x 40% x Rp57 - - 3.000
Harga pokok persediaan produk
dalam proses pada akhir periode di Rp89.900
Dep.A
Biaya dari Dep.A yang melekat pada
persediaan produk dalam proses
akhir periode di Dep.B Rp67.450
Harga pokok yang ditambahkan oleh
Dep.B yang melekat pada persdiaan
produk dalam proses akhir Dep.B Rp9.000

10. Jurnal pencatatn biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi di Departemen A dan B.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.070.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp1.070.000
11. Jurnal penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan kerekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp1.075.705
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp1.075.705
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran yang terdapat
dalam rekening barang dalam proses.
Barang dalam proses-biaya bahan Dep.A Rp5.000
Selisih 2.545
Barang dalam proses-BTK Dep.A Rp1.940
Barang dalam proses-BOP Dep.A 2.605
Barang dalam proses-BTK Dep.B 2.000
Barang dalam proses-BOP Dep.B 1.000
Perhitungan selisih tersebut dilakukan dengan menghitung saldo rekening barang dalam
proses masing-masing departemen dengan cara mengurangi jumlah pendebitan dengan
jumlah pengkreditan masing-masing rekening tersebut. Dalam contoh ini, harus dihitung
lebih dahulu harga pokok taksiran persediaan produk yang pada awal periode masih dalam
proses:

Transfer
Unsur harga pokok Departemen A Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku
100 x 100% x Rp300 Rp30.000 - -
200 x 100% x Rp300 - Rp60.000 -
Biaya tenaga kerja
100 x 60% x Rp94,50 5.670
200 x 100% x Rp94,50 - 18.900
200 x 60% x Rp150 - - Rp18.000
Biaya overhead pabrik
100 x 60% x Rp280 16.800 - -
200 x 100% x Rp280 - 56.000 -
200 x 60% x Rp75 - - 9.000
Jumlah Rp52.470 Rp134.900 Rp27.000

Jika jurnal-jurnal tersebut di atas dan harga pokok persediaan produk dalam proses awal
dibukukan dalam rekening buku besar, maka saldo rekening barang dalam proses dapat
dihitung dan jumlah tersebut merupakan selisih.
Selisih di Departemen A
Selisih biaya bahan baku Rp5.000 L
Selisih biaya tenaga kerja 1.940 R
Selisih biaya overhead pabrik 2.605 R
Selisih di Departemen B
Selisih biaya tenaga kerja Rp2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik 1.000 R
13. Jurnal pencatatan selisih antara overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead
pabrik yang dibebankan.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp5.075
Selisih Rp5.075
F. Perlakuan Terhadap Selisih
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi dapat
diperlakukan sebagai berikut:
a. Ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rekening laba rugi
b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu
dibagikan ke rekening produk jadi dan harga pokok penjualan.
c. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening: persediaan barang dalam proses, persediaan
produk jadi dan harga pokok penjualan.
d. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini
berfungsi sebagai deferred account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan selisih-selisih
yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup (mengkompensasi).

Untuk menggambarkan perlakuan terhadap selisih yang terjadi, berikut ini diberikan contoh
pembagian selisih ke dalam rekenig-rekening: barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan
harga pokok penjualan.

Dasar pembagian selisih dapat berupa:

a. Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi dan
produk yang terjual . kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.
b. Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga poko persediaan produk
jadi dan harga pokok produk yang terjual.

Berikut ini contoh perlakuanterhadap selisih dengan memakai dua macam dasar pembagian
tersebut.

a. Pembagian selisih atas dasar kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk
jadi, dan kuantitas produk yang terjual.
b. Pembagian selisih atas dasar harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan
produk jadi, dan harga poko yang terjual.

Pembagian Selisih Atas Dasar Perbandingan kuantitas Persediaan Produk Dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Produk Yang Terjual. Data yang dipakai dalam memberikan
contoh berikut ini diambilkan dari contoh 1 pada halaman sebelumnya, dari contoh tersebut
saldo debit rekening selisih berjumlah Rp20.000 (Rp35.500-Rp15.000). jumlah tersebut dirinci
sebagai berikut : selisih biaya bahan baku =Rp10.000, selisih biaya tenaga kerja =Rp7.000 dan
selisih biaya overhead pabrik = Rp3.000

Data produksi bulan November 20X7 tersebut adalah sebagai berikut:

Persediaan produk dalam proses awal 3.000 kg

Jumlah produk yang dimasukkana dalam proses

dalam bulan November 35.000 kg

38.000 kg

Jumlah produk selesai 35.500 kg

Persediaan produk dalam proses akhir 2.500 kg

38.000 kg

Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut terdiri dari 3.000 kg produk pada awal
periode masih dalam proses sedangkan 32.500 kg sisanya berasal dari produk yang dimasukkan
dalam proses dalam bulan November. Dari jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut,
35.000 kg telah laku dijual, sehingga pada akhir bulan terdapat persediaan produk jadi sebanyak
500 kg. Tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses akhir sebanyak 2.500 kg tersebut
adalah: 100% biaya bahan baku dan 20% biaya konversi, sehingga unit ekuivalensi untuk biaya
bahan baku dan biaya konversi berturut-turut adalah 2.500 kg dan 500 kg (20%x 2.500 kg)

Pembagian selisih ke dalam rekening-rekening persediaan dalam proses, persediaan produk jadi
dan harga pokok penjualan dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

a. Membagikan selisih-selisih ke dalam rekening produk selesai, dan persediaan produk dalam
proses atas dasat data yang tercantum di bawah ini:
Kuantitas persediaan produk selesai diolah dan persediaan produk dalam proses
Unit ekuivalensi untuk unsur harga pokok
BBB BTK BOP
Persediaan produk dalam proses akhir 2.500 kg 500 kg 500 kg
Produk selesai 32.500 32.500 32.500
Jumlah 35.000 kg 33.000 kg 33.000 kg
b. Membagikan jumlah selisih yang dialokasikan ke produk selesai tersebut di atas kepada
rekening-rekening produk jadi dan harga pokok penjualan atas dasar unit ekuivalensi
sebagai berikut:
Persediaan produk jadi 500 kg
Harga pokok penjualan 35.000
35.000 kg
Jurnal untuk membagikan selisih-selisih ke dalam rekening-rekening persediaan produk
dalam proses dan produk jadi adalah sebagai berikut:
1. Persediaan produk dalam proses Rp 714
Persediaan produk jadi 9.286
Selisih Rp10.000
Untuk membagikan selisih biaya bahan baku sebesar Rp10.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses 2.500/35.000 x Rp10.000 = Rp714
Persediaan produk jadi 32.500/35.000 x Rp10.000 = Rp9.286
2. Persediaan produk dalam proses Rp106
Persediaan produk jadi 6.894
Selisih Rp7.000
Untuk membagikan selisih biaya tenaga kerja sebesar Rp7.000 sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses 500/33.000 x Rp7.000 = Rp106
Persediaan produk jadi 32.500/33.000 x Rp7.000 = Rp6.894
3. Persediaan produk dalam proses Rp 45
Persediaan Produk Jadi 2.955
Selisih Rp3.000
Untuk membagikan selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.000 sebagai berikut :
Persediaan produk dalam proses 500/33.000 x Rp 3.000 =Rp 45
Persediaan produk jadi 32.500/33.000 x Rp 3.000 = Rp 2.945
Jurnal untuk membagikan selisih sebesar Rp 19.134 (Rp 9.286 + Rp 6.894 + Rp 2.955)
yang di alokasikan ke rekening persediaan produk jadi tersebut adalah sebagai berikut :
Harga pokok penjualan Rp18.865
Persediaan Rp18.865
Dengan adanya jurnal ini,maka selisih yang masih tertinngal dalam rekening
persediaan produk jadi adalah sebesar Rp269

Pembagian Selisih Atas Dasar Harga Pokok Persediaan Produk Dalam


Proses,Persediaan Produk Jadi,Dan Harga Produk Harga Yang Terjual.
Data yang dipakai dalam memberikan contoh berikut ini diambil dari contoh no.2.Dari
contoh tersebut saldo debit rekening selisih berjumlah Rp8.250
(Rp1.940+Rp2.065+Rp2.00+Rp1.000+Rp5.705-Rp5.000).
Selisih tersebut terdiri dari :
Selisih selisih yang terjadi dalam Departemen A
Selisih Biaya Bahan Baku Rp5.000 L
Selisih Biaya Tenaga Kerja 1.940 R
SELISIH biaya overhead pabrik (Rp3.205-Rp2.60 600
Jumlah Rp3.660

Selisih Selisih Yang Terjadi Dalam Departemen B


Selisih Upah Langsung Rp 2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik(Rp2.500 – Rp1.000) 1.500 L
Jumlah Rp 500 R
Dasar dan cara pembagian tampak dalam gambar di bawah
Dari tabel tersebut dapat dibuat jurnal jurnal untuk mencatat pembagian selisih selisih
sebagai berikut
1.Selisih Rp5.000
Persediaan Produk Dalam Proses Dep.A. Rp 167
Persediaan Produk Dalam Proses Dep.B. 83
Persediaan Produk Jadi 2.500
Harag Pokok Penjualan 2.500
2.Persediaan Produk Dalam Proses Dep A Rp 26
Persediaan Produk Dalam Proses Dep. B 33
Persediaan Produk Jadi 990
Harga Pokok Penjualan 891
Selisih
Untuk Membagikan Selisih Biaya Tenaga Kerja Departemen A Sebesar Rp1.940
3.Selisih Rp600
Persediaan produk dalam proses Dep.A Rp 8
Persediaan produk dalam proses dep B 10
Persediaan produk jadi 306
Harga pokok penjualan 276
Untuk membagikan selisih biaya overhead pabrik separtemen A sebesar Rp600(Rp3.205-
Rp2.605)
4.Persidiaan Produk Dalam Proses Dep.Dep.B Rp 14
Persediaan Produk Jadi 1.045
Harga Pokok Penjualan 941
Selisih Rp2.000
5.Selisih Rp1.500
Persediaan Produk Dalam Proses Dep.B Rp 10
Persediaan Produk Jadi 784
Harga Pokok Penjualan 706

Anda mungkin juga menyukai