Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 13 No. 2, Januari 2013: 177-195


ISSN 1411-5212

Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di Indonesia


Exploitation of Working Children in Indonesia

Beta S. Iryania,∗, D. S. Priyarsonoa


a
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Abstract
This study investigated the severity of exploitation of working children and factors determining exploitation
of working children. This study used data resulted from National Labor Force Survey (Sakernas) 2011
and utilized logistic regression as the analytical tool. Based on the severity of exploitation, there are three
provinces which are always of high value severity of exploitation, namely DKI Jakarta, Banten, and West
Java. Education level of householdis an influential factor of exploitation measured by working hours and
access to education. The lower level of education of head of household, the greater chance the child to be
exploited. As for the exploitation measured by wage, girls have a chance 2.357 times greater than that of
boys to be for exploited measured by wages.
Keywords: Working Children, Exploitation, Logistic Regression, Indonesia

Abstrak
Studi ini bertujuan menganalisis tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak yang bekerja dan faktor-
faktor yang memengaruhi terjadinya eksploitasi. Data Sakernas 2011 dan regresi logistik digunakan sebagai
alat analisis. Berdasarkan tingkat keparahan eksploitasi, terdapat tiga provinsi yang selalu tinggi nilai
keparahan eksploitasinya, yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Pendidikan kepala rumah tangga
(KRT) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap eksploitasi dari segi jam kerja dan akses
pendidikan. Semakin rendah pendidikan KRT, semakin besar peluang anak untuk tereksploitasi. Sedangkan
untuk eksploitasi dari segi upah, anak perempuan memiliki peluang 2,357 kali untuk tereksploitasi dari segi
upah dibandingkan anak laki-laki.
Kata kunci: Anak yang Bekerja, Eksploitasi, Regresi Logistik, Indonesia

JEL classifications: J13, J22, J71

Pendahuluan tanggung jawab untuk memberikan semua itu,


namun apabila orang tua tidak mampu mem-
Anak adalah anugerah terindah bagi setiap berikannya maka negara wajib turun tangan.
orang tua. Selain sebagai penerus keturun-
an, anak merupakan harapan di masa depan. Peran negara dalam perlindungan terhadap
Oleh karena itu, anak harus diberi perlindung- anak sangat penting. Sebagai generasi penerus
an, pendidikan, pengajaran, dan keterampil- bangsa, anak merupakan modal pembangunan
an agar menjadi seorang yang berjiwa mulia. di masa yang akan datang, sehingga harus di-
Orang tua merupakan pihak yang paling ber- persiapkan sejak dini agar menjadi sumber da-
ya manusia yang tangguh, unggul, dan dapat

Alamat Korespondensi: Perumahan Sawangan Per-
membangun bangsanya. Pemerintah Indonesia
mai, Jl. Merpati Blok F8 No. 7, Sawangan, Depok. HP.: telah memiliki seperangkat hukum yang bertu-
085310167333. E-mail : betaseptiiryani@yahoo.com. juan melindungi hak-hak anak seperti yang ter-
178 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
cantum dalam Pasal 34 Undang-Undang Da- kerja pada usia dini, yang biasanya berasal dari
sar 1945, Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun keluarga miskin, dengan pendidikan yang ter-
1999 tentang usia minimum untuk bekerja1 , abaikan, sesungguhnya akan melestarikan ke-
dan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga- miskinan, karena anak yang bekerja tumbuh
kerjaan. Pada prinsipnya, anak tidak boleh be- menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam
kerja, namun undang-undang ini juga menye- pekerjaan yang tak terlatih dan dengan upah
butkan bahwa terdapat beberapa kasus yang yang sangat buruk. Membiarkan anak-anak be-
bisa ditoleransi, yaitu anak diperbolehkan be- kerja sebagai pengganti sekolah dapat membu-
kerja untuk kondisi dan kepentingan tertentu. at lingkaran setan (vicious circle); awalnya, be-
Akibat dilematis pemerintah yang tercermin kerja menimbulkan dampak buruk bagi seko-
dari isi undang-undang yang cenderung mem- lah, selanjutnya berpendidikan rendah atau ti-
beri celah kepada anak untuk bekerja, jumlah dak berpendidikan sama sekali dapat mengaki-
anak yang bekerja di Indonesia sampai saat ini batkan berlanjutnya keharusan anak-anak itu
masih cukup besar. Berdasarkan data Survei untuk bekerja.
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) pada
Edmonds (2007) juga mengemukakan bah-
tahun 2007, dari keseluruhan anak usia 10–17
wa pendidikan yang rendah menyebabkan pen-
tahun terdapat 3,7 juta anak yang bekerja atau
dapatan yang rendah sehingga investasi pen-
sebesar 13,2%, yang kemudian sedikit menu-
didikan pada generasi yang akan datang juga
run pada tahun 2008, menjadi 3,5 juta anak
akan rendah. Orang tua yang berpendidikan
(11,9%), dan kembali meningkat pada tahun
rendah, dengan pendapatan rendah akan me-
2009, menjadi 3,7 juta anak (12,1%). Pada ta-
mengaruhi kesehatan dan gizi anak sehingga
hun 2010, persentase anak yang bekerja kem-
berdampak pada produktivitas anak-anak ba-
bali menurun menjadi 9,0%. Walaupun begitu
ik dalam kegiatan sekolah maupun bekerja. Se-
secara jumlah masih cukup besar, yaitu 3,3 ju-
lain itu, pengalaman orang tua yang bekerja
ta anak.
pada masa anak-anak membuat mereka akan
Keberadaan anak yang bekerja ini melang-
beranggapan bahwa bekerja pada masa kanak-
gar hak perlindungan dan tumbuh kembang
kanak adalah hal yang wajar. Pernyataan Bel-
anak. Pada usia tersebut, seharusnya anak ma-
lamy sesuai dengan gambaran anak-anak be-
sih menduduki bangku sekolah. Tjandraning-
kerja di negara-negara berkembang seperti In-
sih (1995) mengatakan ketika anak-anak tidak
donesia. Anak-anak bekerja karena keadaan,
mempunyai kesempatan untuk bersekolah, ma-
yaitu untuk membantu orang tua memenuhi
ka pilihan hidupnya hanya dua, yaitu: masuk
kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya dorong-
angkatan kerja atau tidak. Namun, perlu di-
an yang kuat untuk bekerja, anak-anak rentan
ingat bahwa anak-anak justru putus sekolah
untuk mengalami eksploitasi dan dipekerjakan
lantaran bekerja. Bahkan, di lingkungan yang
di lingkungan-lingkungan berbahaya.
kondusif untuk bekerja, konsekuensi yang mun-
cul adalah gejala putus sekolah yang sering di- United Nations International Children’s
awali dengan menggabungkan sekolah sambil Emergency Fund (UNICEF) telah menetap-
bekerja. kan beberapa kriteria eksploitasi terhadap
Bellamy (1997) dalam Usman dan Nachrowi anak yang bekerja (Usman dan Nachrowi,
(2004) mengatakan bahwa anak-anak yang be- 2004), antara lain bekerja penuh waktu (full
time) untuk umur yang terlalu dini, terlalu ba-
1
nyak waktu yang digunakan untuk bekerja, pe-
UU No. 20 Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO
Convention No. 138 Concerning Minimum Age for
kerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, sosi-
Admission to Employment (Konvensi ILO Mengenai al, dan psikologis, upah yang tidak mencukupi,
Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja). tanggung jawab yang terlalu banyak, pekerja-
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 179

an yang menghambat ke akses pendidikan, pe- ja tanpa memikirkan berapa besar uang yang
kerjaan yang mengurangi martabat dan harga akan mereka peroleh. Mereka tidak punya da-
diri anak, serta pekerjaan yang merusak per- ya dan upaya sehingga mereka tidak mampu
kembangan sosial dan psikologis. menuntut pendapatan/upah/gaji yang lebih.
Walaupun Indonesia telah memiliki UU Ke- Sekalipun terdapat kekhawatiran tentang ke-
tenagakerjaan untuk melindungi anak, namun beradaan anak-anak yang bekerja, namun me-
ternyata masih banyak anak-anak bekerja yang nurut White (1994) bahwa untuk kasus In-
tereksploitasi sesuai dengan kriteria yang dite- donesia, tenaga kerja anak sebaiknya tidak
tapkan oleh UNICEF. Data tahun 2010 menun- usah dilarang. Asalkan anak-anak tersebut ma-
jukkan bahwa sebanyak 10,80% anak bekerja sih mempunyai kesempatan untuk sekolah dan
yang masih bersekolah memiliki jam kerja 35 mengerjakan pekerjaan yang masih dalam ba-
jam atau lebih dalam seminggu. Dengan asum- tas kemampuannya. Beranjak dari pendapat
si 5 hari kerja dalam seminggu, berarti mereka White, maka salah satu upaya yang dapat di-
bekerja selama 7 jam per hari, sedangkan jam lakukan untuk mengatasi masalah anak-anak
sekolah rata-rata antara 5 sampai 6 jam dalam yang bekerja adalah dengan mencegah adanya
sehari. Kondisi ini dikhawatirkan menyebab- eksploitasi terhadap mereka. Jam kerja yang
kan mereka tidak memiliki waktu yang cukup panjang, upah yang rendah, dan terancamnya
untuk kegiatan belajar. Pada kelompok anak pendidikan anak merupakan indikator adanya
yang tidak bersekolah lagi terlihat bahwa se- eksploitasi terhadap anak. Anak dengan jam
bagian besar anak cenderung memiliki jam ker- kerja yang panjang akan tereksploitasi karena
ja yang panjang, bahkan sebesar 15,99% anak mereka akan kekurangan waktu untuk berma-
memiliki jam kerja 60 jam atau lebih dalam in, bersekolah, dan mengembangkan kemam-
seminggu (BPS, 2011). puan mereka sehingga pada akhirnya mereka
dapat terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
Bekerja dengan jam kerja yang amat pan- Berdasarkan uraian pada latar belakang dan
jang akan memberikan dampak yang buruk ba- perumusan masalah, maka studi ini bertuju-
gi anak, baik dampak fisik maupun psikis. Kon- an untuk (1) mengeksplorasi tingkat keparahan
disi fisik anak masih terlalu muda untuk be- eksploitasi terhadap anak yang bekerja, dan (2)
kerja dalam jumlah waktu yang lama. Wak- mengidentifikasi faktor-faktor yang memenga-
tu bermain menjadi sedikit sehingga pengem- ruhi eksploitasi terhadap anak yang bekerja.
bangan kreativitas anak lambat. Terlebih lagi Studi ini berbeda dengan studi-studi sebelum-
mereka tidak akan bisa menikmati kebahagia- nya, karena tujuan dari studi ini adalah meng-
an masa kecil. Mereka juga sering kali harus eksplorasi tingkat keparahan eksploitasi terha-
menghadapi risiko kecelakaan kerja dan men- dap anak yang bekerja dan meneliti faktor-
jadi sasaran pelecehan atau penindasan dan faktor yang memengaruhi terjadinya tiga jenis
kesewenang-wenangan pekerja dewasa. Tjan- eksploitasi terhadap anak yang bekerja.
draningsih (1995) mengemukakan bahwa anak
yang bekerja di sektor formal (pabrik) bekerja
dengan jam kerja relatif panjang dan memper- Tinjauan Referensi
oleh gaji yang relatif lebih rendah dari pekerja
dewasa. Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi pa-
da tahun 1990 (melalui Keputusan Presiden
Pada tahun 2010, rata-rata pendapat- No. 362 ) mendefinisikan usia di bawah 18 ta-
an/upah/gaji anak bekerja per bulan sangat hun sebagai anak-anak kecuali, berdasarkan
rendah, yaitu hanya berkisar Rp207.000 (BPS,
2011). Anak yang bekerja pada umumnya ti- 2
Tentang Pengesahan Convention on the Rights of
dak mempunyai pilihan, mereka dipaksa beker- the Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak).
180 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
hukum, kedewasaan telah dicapai lebih awal. mun, untuk anak-anak ada aturan khusus yang
Selain itu, definisi yang hampir sama juga ter- didedikasikan untuk melindungi anak-anak da-
dapat pada UU No. 23 Tahun 2002 Tentang ri bentuk-bentuk pekerjaan terburuk dan ber-
Perlindungan Anak, yang mendefinisikan anak bahaya. Di sini, 40 jam per minggu digunakan
sebagai mereka yang berusia di bawah 18 ta- sebagai indikator pendekatan untuk pekerjaan
hun, termasuk bayi yang masih dalam rahim berbahaya.
ibu mereka. Anak memiliki empat hak dasar, Keputusan Presiden No. 59 tahun 20023
yaitu hak atas kelangsungan hidup, hak tum- telah mengidentifikasi tiga belas bentuk pe-
buh kembang, hak atas perlindungan, dan hak kerjaan terburuk untuk anak-anak, yaitu (1)
untuk berpartisipasi dalam kehidupan masya- mempekerjakan anak-anak sebagai pelacur, (2)
rakat. mempekerjakan anak-anak di pertambangan,
(3) mempekerjakan anak-anak sebagai penye-
International Labour Organization (ILO)
lam mutiara, (4) mempekerjakan anak-anak
mendefinisikan anak yang bekerja adalah anak-
di bidang konstruksi, (5) menugaskan anak-
anak yang terlibat dalam aktivitas produksi
anak di anjungan penangkapan ikan lepas pan-
apa pun yang termasuk dalam Sistem Neraca
tai (yang di Indonesia disebut jermal), (6)
Nasional (SNN) paling sedikit selama satu jam
mempekerjakan anak-anak sebagai pemulung,
dalam periode referensi (BPS, 2010). Menurut
(7) melibatkan anak-anak dalam pembuatan
resolusi internasional, anak-anak yang bekerja
dan kegiatan yang menggunakan bahan pele-
terdiri dari 3 kategori, yaitu mereka yang be-
dak, (8) mempekerjakan anak-anak di jalanan,
kerja sesuai dengan SNN, anak-anak berumur
(9) mempekerjakan anak-anak sebagai tulang
13–14 tahun dalam pekerjaan ringan diperbo-
punggung keluarga, (10) mempekerjakan anak-
lehkan, dan remaja di kelompok umur 15–17
anak di industri rumah tangga (cottage indus-
tahun terlibat dalam pekerjaan tidak ditun-
tries), (11) mempekerjakan anak-anak di per-
juk sebagai salah satu dari bentuk-bentuk ter-
kebunan, (12) mempekerjakan anak-anak da-
buruk pekerja anak. Sedangkan yang disebut
lam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
sebagai pekerja anak/buruh anak (Depnaker-
usaha penebangan kayu untuk industri atau
trans, 2005) adalah anak yang melakukan se-
mengolah kayu untuk bahan bangunan dan pe-
gala jenis pekerjaan yang memiliki sifat atau
ngangkutan kayu gelondongan dan kayu olah-
intensitas yang dapat mengganggu pendidikan,
an, dan (13) mempekerjakan anak-anak dalam
membahayakan keselamatan, kesehatan serta
berbagai industri dan kegiatan yang menggu-
tumbuh kembangnya dapat digolongkan seba-
nakan bahan kimia berbahaya.
gai pekerja anak. Disebut pekerja anak apabila
Keberadaan anak-anak yang bekerja dapat
memenuhi indikator antara lain: anak bekerja
dipandang dari sisi pasar tenaga kerja upah-
setiap hari, anak tereksploitasi, anak bekerja
an (Tjandraningsih, 1995). Teori yang mendu-
pada waktu yang panjang, dan waktu sekolah
kung dari sisi penawaran, menyatakan bahwa
terganggu/menjadi tidak mampu bersekolah.
kemiskinan merupakan sebab utama yang men-
Definisi yang lebih jelas dari ILO tentang dorong anak-anak bekerja untuk dapat menja-
pekerja anak adalah semua anak-anak yang min kelangsungan hidup diri dan keluarganya.
bekerja umur 5–12 tahun, tanpa melihat jam Dorongan tersebut bisa datang baik dari diri
kerja mereka, anak-anak berumur 13–14 tahun anak-anak itu sendiri maupun dari orang tua.
yang bekerja lebih dari 15 jam per minggu, Dengan melakukan pekerjaan, anak-anak da-
dan anak-anak yang bekerja umur 15–17 tahun pat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehing-
yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu. Per-
aturan mendefinisikan umur 15 tahun sebagai 3
Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan
umur minimum untuk pekerjaan umum. Na- Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 181

ga dapat mengurangi biaya yang harus dikelu- tua dengan berbagai sebab. Sebagian besar da-
arkan oleh orang tuanya. Teori yang berpijak ri mereka melarikan diri karena ingin mencari
pada sisi permintaan, menyatakan bahwa de- kebebasan dari tekanan orang tua. Mereka be-
ngan mempekerjakan anak-anak (dan perem- kerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sen-
puan dewasa) yang dianggap pencari nafkah diri.
kedua dan mau dibayar murah, majikan dapat Ketiga, rendahnya kualitas pendidikan.
melipatgandakan keuntungannya. Di dalam pandangan masyarakat, timbul suatu
Effendi (1993) menyatakan bahwa terdapat persepsi bahwa pendidikan yang berlaku seka-
dua teori yang menjelaskan mengapa anak rang, tidak atau belum menjamin anak-anak
bekerja. Pertama, teori strategi kelangsung- setelah lulus sekolah akan mendapatkan peker-
an rumah tangga (household survival strate- jaan dengan mudah. Faktor inilah yang menye-
gy). Menurut teori ini, dalam masyarakat pe- babkan orang tua cenderung untuk mengirim-
desaan yang mengalami transisi dan golong- kan anak-anak mereka untuk bekerja lebih di-
an miskin kota, mereka akan memanfaatkan ni.
sumber-sumber yang tersedia bila kondisi eko- Keempat, akibat dari perubahan proses
nomi mengalami perubahan. Salah satu upa- produksi. Adanya perkembangan industriali-
ya yang dilakukan adalah dengan mengguna- sasi yang berkembang sangat pesat dewasa ini
kan tenaga kerja keluarga. Biasanya anak-anak mengakibatkan permintaan tenaga kerja sema-
yang belum dewasa pun diikutsertakan dalam kin meningkat. Perusahaan-perusahaan lebih
menopang kehidupan ekonomi keluarga. Ke- cenderung untuk menerima anak-anak sebagai
dua, teori transisi industrialisasi. Tumbuhnya tenaga kerja daripada menerima pekerja dewa-
industrialisasi membutuhkan pemupukan mo- sa. Hal ini disebabkan karena pekerja anak le-
dal untuk meningkatkan produksi. Biasanya bih mudah diatur, memiliki produktivitas yang
para pengusaha ingin menekan biaya produk- sama dengan pekerja dewasa dan yang paling
si. Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah utama ialah pekerja anak bisa diupah dengan
dengan mencari tenaga kerja anak dan wanita gaji yang sama atau lebih rendah dari pekerja
karena bisa dibayar dengan upah yang murah dewasa. Perusahaan tidak mempunyai banyak
tetapi mempunyai tingkat produktivitas yang risiko dituntut untuk memberikan layanan dan
tinggi. tunjangan lain yang seharusnya diberikan ter-
Imawan (1999) memandang beberapa faktor hadap karyawannya, karena pekerja anak tidak
pendorong yang menyebabkan munculnya fe- memiliki perlindungan hukum yang kuat.
nomena anak bekerja. Pertama, faktor ke- Kelima, masalah budaya dan lemah-
miskinan. Kemiskinan merupakan faktor uta- nya pengawasan. Anak yang bekerja meru-
ma yang diyakini sebagai penyebab utama pakan suatu hal yang wajar dan sudah meru-
anak-anak terpaksa terjun dalam dunia kerja. pakan suatu kebiasaan. Selain itu, lemahnya
Dalam keluarga miskin, anak merupakan aset pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
keluarga. Di mana, ketika kelangsungan hidup untuk menangani pekerja anak semakin mem-
keluarga terancam, maka seluruh sumber daya buat praktik pekerja anak ini semakin diang-
keluarga akan dikerahkan untuk bekerja dalam gap sesuatu yang tidak terlalu penting.
rangka mempertahankan kelangsungan hidup- Basu dalam Todaro dan Smith (2006) me-
nya. meriksa kasus kekakuan pasar tenaga kerja de-
Kedua, melarikan diri dari kedua wasa yang mendorong adanya pekerja anak.
orang tua mereka. Dalam beberapa kasus Dia menganggap upah di pasar tenaga kerja
yang terjadi pada anak yang terpaksa bekerja dewasa cenderung kaku, sehingga menimbul-
adalah karena mereka melarikan diri dari orang kan pengangguran dewasa. Dalam keluarga de-
182 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
ngan pengangguran dewasa, maka anak-anak perkembangan sosial dan psikologis.
harus bekerja. Basu menganalisis kasus di ma- Untuk mencegah terjadinya eksploitasi ter-
na orang tua menarik anak-anak mereka dari hadap pekerja anak, Indonesia memiliki pe-
pasar tenaga kerja setelah upah tenaga kerja rangkat hukum antara lain melalui UU No.
dewasa mencapai titik kritis. Dengan demiki- 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pa-
an, pasar tenaga kerja memiliki dua kesetim- sal 69 mengatur tentang usia anak yang be-
bangan: pertama, pada saat anak-anak dan kerja, yaitu anak berumur 13 sampai 15 tahun
pekerja dewasa bekerja, akan menyebabkan pe- dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang ke-
nawaran tenaga kerja yang sangat besar dan tat dapat melakukan pekerjaan ringan sepan-
upah yang rendah, dan yang kedua, ketika ha- jang tidak menghambat atau mengganggu per-
nya orang tua yang bekerja, menyebabkan pe- kembangan fisik, mental, dan sosial anak yang
nawaran tenaga kerja yang rendah dan upah bersangkutan. Pengusaha yang mempekerjak-
tenaga kerja dewasa yang tinggi. an anak pada pekerjaan ringan harus meme-
Permasalahan mengenai anak bekerja sema- nuhi persyaratan sebagai berikut: pengusaha
kin berkembang, selain mengenai masalah anak harus mendapatkan izin tertulis dari orang tua
bekerja itu sendiri, juga masalah eksploitasi atau wali, harus ada perjanjian kerja antara
terhadap anak yang bekerja. Dengan kondisi pengusaha dengan orang tua atau wali, pengu-
anak yang masih lemah, maka rentan terjadi saha tidak boleh mengharuskan anak untuk
eksploitasi. Eksploitasi anak menunjuk pada bekerja lebih dari tiga jam sehari, pengusaha
sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang- hanya dibenarkan mempekerjakan anak pada
wenang terhadap anak yang dilakukan oleh ke- siang hari tanpa mengganggu waktu sekolah
luarga atau masyarakat. Memaksa anak untuk anak yang bersangkutan, dalam mempekerjak-
melakukan sesuatu demi kepentingan ekono- an anak, pengusaha harus memenuhi syarat-
mi, sosial ataupun politik tanpa memerhatikan syarat keselamatan dan kesehatan kerja, ada
hak-hak anak untuk mendapatkan perlindung- hubungan kerja yang jelas (antara pengusa-
an sesuai dengan perkembangan fisik, psikis, ha dan pekerja anak yang bersangkutan/orang
dan status sosialnya (Suharto, 2005). tua atau walinya), dan anak berhak menerima
upah sesuai ketentuan yang berlaku.
Ditinjau dari segi bentuk dan jenis peker-
jaan yang dilakukan anak serta ancaman ri- Menurut Tharmmapornphilas (2006),
siko yang dihadapi anak, terdapat pekerjaan- variabel-variabel studi empiris yang berhu-
pekerjaan yang dapat dimasukkan dalam kea- bungan dengan keputusan anak untuk bekerja
daan yang dikualifikasikan sebagai eksploitasi dibedakan menjadi empat kelompok; yaitu: (1)
anak berbahaya dan eksploitasi anak yang pa- karakteristik anak yang meliputi jenis kelamin,
ling tidak bisa ditoleransi lagi. UNICEF telah umur, dan urutan kelahiran, (2) karakteristik
menetapkan beberapa kriteria eksploitasi ter- rumah tangga yang meliputi pendapatan,
hadap anak yang bekerja (Usman dan Nach- pendidikan orang tua, dan jumlah anak, (3)
rowi, 2004), antara lain bekerja penuh waktu karakteristik sekolah yang meliputi jarak dari
(full time) untuk umur yang terlalu dini, terla- rumah ke sekolah dan kualitas sekolah, dan (4)
lu banyak waktu yang digunakan untuk beker- karakteristik komunitas yang meliputi lokasi,
ja, pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, infrastruktur, dan lingkungan.
sosial, dan psikologis, upah yang tidak mencu- Okurut dan Yinusa (2009) menggunakan be-
kupi, tanggung jawab yang terlalu banyak, pe- berapa variabel untuk meneliti faktor-faktor
kerjaan yang menghambat ke akses pendidik- yang memengaruhi anak-anak untuk bekerja
an, pekerjaan yang mengurangi martabat dan dan bersekolah, yaitu: karakteristik demogra-
harga diri anak, serta pekerjaan yang merusak fi individu, yang meliputi umur, jenis kelamin,
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 183

pendidikan, status anak yatim, dan kewarga- Metode


negaraan, serta karakteristik rumah tangga,
yang meliputi tingkat pendidikan kepala ru- Cakupan analisis studi ini adalah seluruh anak
mah tangga, jenis kelamin kepala rumah tang- usia 10–17 tahun yang bekerja di Indonesia pa-
ga, status bekerja kepala rumah tangga, dan da tahun 2011. Data yang digunakan dalam
ukuran rumah tangga (banyaknya anggota ru- studi ini adalah data sekunder, yaitu data Sur-
mah tangga). vei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
tahun 2011. Dari database yang ada, dipilih
Survei yang dilakukan oleh SMERU dari da-
anak usia 10–17 tahun yang kedua orang tu-
ta 100 desa pada tahun 1998–1999 menemukan
anya tercatat di dalam survei (beberapa kelu-
bahwa kurang lebih 50% dari anak yang beker-
arga memiliki informasi tentang anak, tetapi
ja masih terdaftar sebagai murid sekolah, 45%
tidak ada informasi tentang orang tua). Batas
sudah putus sekolah, sementara yang 5% be-
atas usia anak yang diteliti (17 tahun) dida-
lum terdaftar masuk sekolah (Priyambada et
sarkan pada Konvensi Hak Anak yang telah
al., 2003).
diratifikasi pada 1990 (melalui Keputusan Pre-
Studi Tharmmapornphilas (2006) tentang siden No. 36) yang mendefinisikan usia di ba-
pekerja anak di Thailand menunjukkan bah- wah 18 sebagai anak-anak kecuali, berdasarkan
wa umur meningkatkan jam kerja untuk anak hukum, kedewasaan telah dicapai lebih awal,
laki-laki tapi tidak berlaku untuk anak perem- seperti telah menikah. Selain itu, juga kare-
puan, pekerja anak di pedesaan memiliki jam na menurut ILO pada usia 15–17 tahun anak
kerja lebih lama dibandingkan pekerja anak di masih diberikan batasan jam kerja agar mere-
perkotaan, rumah tangga dengan banyak anak ka tidak terlibat dalam pekerjaan yang berba-
cenderung memiliki pekerja anak lebih banyak, haya. Sedangkan batas bawah (10 tahun) di-
jenis kelamin dan status perkawinan dari kepa- tentukan berkaitan dengan ketersediaan data.
la keluarga tidak memengaruhi penawaran pe- Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan me-
kerja anak, umur kepala keluarga berpengaruh lalui SAKERNAS hanya untuk anggota rumah
negatif terhadap adanya pekerja anak laki-laki tangga berumur 10 tahun ke atas. Padahal pa-
tapi tidak berlaku pada pekerja anak perempu- da kenyataannya banyak dijumpai anak di ba-
an, pendidikan orang tua berpengaruh negatif wah usia 10 tahun yang bekerja. Kelemahan
terhadap penawaran pekerja anak. data SAKERNAS yang lain adalah survei ha-
Okurut dan Yinusa (2009) dengan menggu- nya dapat menggambarkan anak-anak yang be-
nakan Survei Tenaga Kerja (Labour Force Su- kerja yang berada dalam suatu rumah tangga
rvey (LFS)) di Republik Botswana meneliti biasa (memiliki tempat tinggal tetap). Anak-
tentang faktor-faktor yang memengaruhi anak anak yang bekerja yang tidak mempunyai tem-
untuk bekerja dan bersekolah. Model yang di- pat tinggal atau merupakan penduduk secara
gunakan adalah multinomial logit. Hasil yang de facto saja, tidak akan terjaring dalam survei
didapat dari studi ini adalah peluang anak- ini.
anak bekerja ketika bersekolah secara negatif Eksploitasi yang diteliti disesuaikan dengan
dan signifikan dipengaruhi oleh umur anak, ke- data yang terdapat pada SAKERNAS, yaitu
pala rumah tangga berjenis kelamin perempu- hanya melihat dari sisi jam kerja, partisipa-
an, dan status bekerja kepala rumah tangga. si bersekolah, dan upah. Khusus untuk upah,
Sedangkan peluang anak-anak bekerja dan ber- studi hanya mencakup anak yang bekerja yang
sekolah, secara positif dan signifikan dipenga- menerima upah/gaji/pendapatan dengan sta-
ruhi oleh tingkat pendidikan anak, jumlah anak tus berusaha sendiri, buruh, dan pekerja bebas
dalam rumah tangga, dan kepala rumah tang- baik di sektor pertanian maupun nonpertani-
ga yang bekerja di sektor pertanian. an.
184 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
Teknik analisis data menggunakan analisis Model regresi logistik yang digunakan untuk
deskriptif dan analisis regresi logistik. Anali- memperkirakan peluang seorang anak yang be-
sis deskriptif digunakan untuk mengetahui ba- kerja untuk tereksploitasi dari segi upah ada-
gaimana karakteristik anak yang bekerja, ben- lah:
tuk eksploitasi terhadap anak yang bekerja, 
dan tingkat keparahan eksploitasi yang dihi- E(Y ) = π2 (x) = Y = exp β0
tung dengan menggunakan pendekatan Indeks + β1 anak B1905(1) + β2 anak JK(1)
Foster-Greer-Thorbecke (FGT), dengan rumus
+ β3 anak U M U R + β4 KLU Ianak(1)
(Todaro dan Smith, 2006): 
q  + β5 statuskerjaanak(1)
1 X z − yi 2

P2 = (1) (3)
n z
i=1 Model regresi logistik yang digunakan un-
dengan: tuk memperkirakan peluang seorang anak yang
z = kondisi normatif; bekerja untuk tereksploitasi dari segi akses
yi = kondisi di mana anak yang bekerja pendidikan adalah:
mengalami eksploitasi; 
q = jumlah anak yang bekerja yang mengalami E(Y ) = π3 (x) = Y = exp β0
eksploitasi;
+ β1 anak B1905(1) + β2 anak JK(1)
n = jumlah keseluruhan anak yang bekerja.
+ β3 anak U M U R + β4 anak JART 0
Sedangkan analisis regresi logistik diguna- + β5 krt JK(1) + β6 krt U M U R
kan untuk mengetahui faktor-faktor yang me- + β7 statuskawin KRT (1)
mengaruhi keputusan anak untuk bekerja ser-
+ β8 KLU Ianak(1)
ta faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
eksploitasi terhadap anak yang bekerja. + β9 tamatSDSM P
Model regresi logistik yang digunakan untuk + β10 tdktamatSD(1)
memperkirakan peluang seorang anak untuk + β11 statuskerjaanak(1)
tereksploitasi merupakan modifikasi dari mo- 
del yang digunakan oleh Tharmmapornphilas + β12 anak B5P 8B
(2006) serta Okurut dan Yinusa (2009). Model (4)
regresi logistik yang digunakan untuk memper- dengan:
kirakan peluang seorang anak yang bekerja un- π1 (x) = peluang eksploitasi dari segi jam ker-
tuk tereksploitasi dari segi jam kerja adalah: ja anak (1 untuk tereksploitasi, 0 untuk tidak
tereksploitasi);
 π2 (x) = peluang eksploitasi dari segi upah anak
E(Y ) = π1 (x) = Y = exp β0 (1 untuk tereksploitasi, 0 untuk tidak tereks-
+ β1 anak B1905(1) + β2 anak JK(1) ploitasi);
+ β3 anak U M U R + β4 anak JART 0 π3 (x) = peluang eksploitasi dari segi akses pen-
didikan anak (1 untuk tereksploitasi, 0 untuk
+ β5 krt JK(1) + β6 krt U M U R tidak tereksploitasi);
+ β7 statuskawin KRT (1) anak B1905(1) = daerah tempat tinggal anak
+ β8 KLU Ianak(1) + β9 tamatSDSM P (1 untuk perdesaan, 0 untuk perkotaan);
+ β10 tdktamatSD(1) anak JK(1) = jenis kelamin anak (1 untuk pe-
 rempuan, 0 untuk laki-laki);
+ β11 statuskerjaanak(1) anak U M U R = umur anak (kontinu dalam ta-
(2) hun);
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 185

anak JART 0 = jumlah anggota rumah tangga Sedangkan dari segi terhambatnya akses pen-
(kontinu dalam orang); didikan hanya bisa ditampilkan dalam bentuk
krt JK(1) = jenis kelamin KRT (1 untuk pe- persentase anak bekerja yang tidak bersekolah.
rempuan, 0 untuk laki-laki);
Anak-anak dikatakan tereksploitasi berda-
krt U M U R = umur KRT (kontinu dalam ta-
sarkan jam kerja apabila termasuk dalam ka-
hun);
tegori: pertama, anak-anak yang berumur ku-
Statuskawin KRT =: status perkawinan KRT
rang dari 15 tahun dengan jam kerja lebih dari
(1 untuk single/cerai, 0 untuk kawin);
jam kerja normal yang diperbolehkan. Menu-
KLU Ianak(1) = lapangan usaha anak (1 un-
rut UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003,
tuk pertanian, 0 untuk lainnya);
batasan jam kerja untuk anak-anak yang beru-
tdktamatSD(1) = pendidikan KRT tidak per-
mur kurang dari 15 tahun adalah 3 jam per hari
nah sekolah/tidak tamat SD (1 untuk tidak
dengan asumsi hari kerja dalam seminggu ada-
pernah sekolah/tidak tamat SD, 0 untuk la-
lah 5 hari. Dengan demikian, batasan jam ker-
innya);
ja yang diperbolehkan adalah maksimal 15 jam
tamatSDSM P (1) = pendidikan KRT SD-
per minggu. Kedua, anak-anak yang berumur
SMP (1 untuk tamat SD/SMP, 0 untuk lain-
15–17 tahun yang bekerja melebihi jam kerja
nya);
normal yang diperbolehkan. Menurut UU Ke-
statuskerjaanak(1) = status kedudukan anak
tenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, anak-anak
dalam pekerjaan (1 untuk informal, 0 untuk
berumur 15 tahun ke atas sudah diperboleh-
formal);
kan untuk bekerja, dan memiliki batas jam ker-
anak B5P 8B = jam kerja anak (kontinu untuk
ja normal 40 jam per minggu, dengan asumsi
jam/minggu).
jam kerja per hari 8 jam kerja dan hari kerja
seminggu adalah 5 hari.
Hasil dan Analisis Berdasarkan data SAKERNAS tahun 2011,
terdapat 3,27 juta anak yang bekerja atau se-
Tingkat Keparahan Eksploitasi terha-
besar 8,80% dari keseluruhan anak usia 10–
dap Anak yang Bekerja
17 tahun. Rata-rata jam kerja anak adalah 42
Eksploitasi terhadap anak-anak yang bekerja jam per minggu. Dari keseluruhan anak yang
dalam studi ini terdiri atas tiga kondisi, yai- bekerja tersebut, terdapat 41,80% anak yang
tu anak yang bekerja melebihi jam kerja nor- tereksploitasi berdasarkan jam kerja. Apabila
mal yang diperbolehkan, anak yang menda- dilihat perbandingan antarjenis kelamin anak,
patkan upah di bawah Upah Minimum Provinsi persentase anak laki-laki yang tereksploitasi le-
(UMP) yang telah disesuaikan dengan jam ker- bih besar daripada anak perempuan, yaitu se-
ja dan produktivitas anak, dan anak yang ti- besar 59,36% sedangkan anak perempuan sebe-
dak bersekolah (terhambat akses pendidikan). sar 40,64%. Hal ini diduga karena anak laki-laki
Tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak lebih kuat secara fisik sehingga dapat melaku-
yang bekerja dihitung dengan pendekatan in- kan pekerjaan dalam waktu yang lebih lama di-
deks FGT. Namun, indeks ini tidak dapat di- bandingkan anak perempuan. Dalam hal umur,
gunakan untuk menghitung tingkat keparahan persentase anak yang mengalami eksploitasi le-
eksploitasi dari segi terhambatnya akses pendi- bih besar untuk anak-anak dengan kelompok
dikan karena data akses pendidikan merupakan umur 15–17 tahun, yaitu sebesar 66,51% se-
data kategori, sehingga tingkat keparahan eks- dangkan ada anak yang berumur kurang dari
ploitasi terhadap anak yang bekerja yang di- 15 tahun sebesar 33,49%. Anak yang berumur
hitung dalam studi ini hanya dilihat dari dua 15–17 tahun lebih memiliki fisik yang kuat se-
sisi, yaitu dari sisi jam kerja dan upah anak. hingga dapat bekerja lebih lama daripada anak
186 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
yang berumur kurang dari 15 tahun. Sedang- hitungan tingkat keparahan kemiskinan de-
kan apabila dilihat dari daerah tempat tinggal, ngan indeks FGT. Berdasarkan penghitung-
persentase anak yang tereksploitasi lebih besar an dengan menggunakan indeks FGT, didapat-
terjadi di daerah perdesaan dibandingkan dae- kan nilai untuk Indonesia adalah 0,43. Terda-
rah perkotaan, yaitu sebesar 54,61% untuk da- pat 16 provinsi yang memiliki indeks FGT di
erah perdesaan dan 45,39% untuk daerah per- atas nilai Indonesia, hal ini berarti terdapat 16
kotaan. provinsi yang memiliki tingkat keparahan eks-
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usa- ploitasi melebihi angka nasional. Provinsi de-
ha, eksploitasi dari segi jam kerja anak terjadi ngan tingkat keparahan eksploitasi jam ker-
di semua sektor. Lapangan usaha dalam studi ja terbesar adalah DKI Jakarta, dengan in-
ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sek- deks 1,12, yang kemudian diikuti oleh Ban-
tor pertanian dan sektor lainnya (nonpertani- ten dengan indeks 0,90. Sedangkan provinsi de-
an). Anak-anak yang bekerja di sektor nonper- ngan tingkat keparahan terendah adalah Malu-
tanian memiliki persentase mengalami eksploi- ku Utara dengan nilai indeks 0,12.
tasi jam kerja yang lebih tinggi, yaitu sebesar Tingkat keparahan yang tinggi di DKI Jakar-
70,63%, sedangkan pada sektor pertanian se- ta diduga karena DKI Jakarta merupakan da-
besar 29,37%. erah perkotaan yang sangat kompleks sehing-
Secara umum, anak-anak yang tereksploita- ga mengandung potensi eksploitasi yang besar
si jam kerja lebih banyak terjadi pada me- terhadap anak yang bekerja, apalagi di DKI
reka yang berstatus kerja informal (berusa- Jakarta juga memiliki persentase anak yang
ha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak te- tereksploitasi berdasar jam kerja yang terbe-
tap/tidak dibayar, pekerja bebas, dan peker- sar dibandingkan provinsi-provinsi lain, yaitu
ja keluarga/pekerja tidak dibayar) dibanding- sebesar 69,90%.
kan yang berstatus kerja formal (berusaha Anak-anak bekerja dikatakan tereksploitasi
dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan bu- berdasarkan upah apabila upah per jam yang
ruh/karyawan/pegawai), yaitu sebesar 53,76%. diterima kurang dari UMP per jam. Produkti-
Namun, apabila dibedakan menurut karakte- vitas anak yang berumur kurang dari 15 tahun
ristik daerah tempat tinggal, terdapat perbe- diasumsikan 0,5 kali produktivitas orang dewa-
daan yang signifikan antara daerah perdesa- sa (Basu dalam Todaro dan Smith, 2006), se-
an dan perkotaan. Di daerah perdesaan, anak- dangkan anak yang berumur 15–17 tahun pro-
anak yang bekerja dengan status kerja infor- duktivitasnya sama dengan produktivitas tena-
mal lebih banyak yang mengalami eksploita- ga kerja dewasa.
si jam kerja dibandingkan anak-anak yang be- Berdasarkan data SAKERNAS 2011, rata-
kerja dengan status kerja informal, kondisi se- rata upah/gaji/pendapatan yang diterima
baliknya terjadi di daerah perkotaan, di mana anak sangatlah rendah, yaitu Rp171.190 per
justru anak-anak yang bekerja dengan status bulan. Dari keseluruhan anak yang bekerja,
kerja formal yang lebih banyak tereksploitasi terdapat 20,88% anak yang tereksploitasi da-
dibandingkan yang bekerja dengan status in- ri segi upah. Sebesar 52,31% anak yang ter-
formal. Hal ini dapat terjadi karena di daerah eksploitasi dari segi upah tinggal di daerah
perdesaan sebagian besar anak bekerja dengan perdesaan, sedangkan 47,69% tinggal di dae-
status informal, sedangkan di daerah perkota- rah perkotaan. Hal ini diduga terjadi karena
an sebagian besar anak bekerja dengan status adanya perbedaan tingkat upah antara perde-
formal. saan dan perkotaan, tingkat upah di perde-
Tingkat keparahan eksploitasi berdasar jam saan biasanya lebih rendah daripada di per-
kerja dihitung menggunakan pendekatan peng- kotaan. Anak-anak yang tereksploitasi sebe-
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 187

sar 65,71% anak berjenis kelamin laki-laki dan Dari data SAKERNAS 2011 didapat rata-rata
34,29% adalah anak perempuan. Apabila dili- upah anak per jam di DKI Jakarta adalah
hat dari lapangan usahanya, sebanyak 71,86% Rp2.588,20, besaran ini nilainya jauh di bawah
anak yang tereksploitasi upah bekerja di la- UMP per jam, padahal anak-anak bekerja se-
pangan usaha nonpertanian dan 28,14% beker- suai jam kerja normal bahkan lebih besar dari
ja di pertanian. Sebanyak 61,82% anak yang jam kerja normal pekerja dewasa.
tereksploitasi bekerja di sektor formal, yaitu Sesuai kriteria yang diberikan oleh UNICEF
sebagai buruh/karyawan/pegawai. Bagi anak- mengenai eksploitasi terhadap anak yang be-
anak yang bekerja di sektor formal, biasanya kerja, bahwa pekerjaan yang eksploitatif ada-
mereka telah terikat dengan peraturan di tem- lah pekerjaan yang menghambat ke akses pen-
pat kerja baik perusahaan maupun pabrik, ter- didikan. Oleh karena itu, perlu diteliti tentang
masuk aturan mengenai jam kerja. Mereka be- partisipasi sekolah anak yang bekerja sebagai
kerja layaknya pekerja dewasa dengan jam ker- indikator hambatan terhadap akses pendidik-
ja normal bahkan bisa melebihi jam kerja nor- an bagi anak-anak yang bekerja.
mal, namun upah yang mereka terima tidak sa-
ma dengan upah yang diterima pekerja dewasa. Dari data SAKERNAS 2011 diketahui ter-
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Tjan- dapat 59,9% anak bekerja yang tidak/belum
draningsih (1995), bahwa majikan mempeker- pernah bersekolah. Apabila dilihat berdasar-
jakan anak-anak karena mau dibayar murah, kan kelompok umur, sebagian besar anak-anak
sehingga mereka dapat melipatgandakan keun- yang terhambat akses pendidikannya berada
tungannya. Jika upah tenaga kerja anak-anak pada kelompok umur 16–17 tahun, yaitu se-
dibandingkan dengan upah tenaga kerja dewa- besar 69,34%. Hal ini mengindikasikan banyak
sa, maka upah mereka selalu lebih kecil dari anak bekerja yang putus sekolah atau tidak
upah tenaga kerja dewasa dalam sektor lapang- mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih
an usaha yang sama. tinggi. Bagi rumah tangga yang berpendapatan
rendah, anak-anak pada kelompok ini biasanya
Indeks FGT Indonesia dari segi upah sebesar akan lebih memilih untuk bekerja membantu
0,07. Terdapat sepuluh provinsi yang memili- orang tua. Untuk kelompok umur 10–15 tahun,
ki tingkat keparahan melebihi nilai indeks na- persentase anak bekerja yang belum/tidak ber-
sional. Tingkat keparahan eksploitasi dari se- sekolah sebesar 30,66%. Angka ini cukup be-
gi upah terbesar dialami oleh anak-anak yang sar mengingat bahwa Indonesia saat ini me-
bekerja di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jam- miliki program Wajib Belajar (Wajar) 9 Ta-
bi, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan, sedang- hun yang meliputi 6 tahun di SD dan 3 tahun
kan tingkat keparahan eksploitasi upah terke- di SMP. Dengan angka sebesar 30,66% menun-
cil terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan Papua. jukkan bahwa harapan dari program Wajar be-
Tingkat keparahan eksploitasi dari segi upah lum dapat dicapai, karena masih banyak anak
tertinggi yang terjadi di DKI Jakarta bisa di- yang bekerja belum menyelesakan pendidikan
hubungkan dengan besarnya persentase anak- dasar atau masih tingginya angka drop-out di
anak yang tereksploitasi dari segi jam kerja di tingkat SMP. Kondisi ini diduga selain kare-
provinsi tersebut. Provinsi DKI Jakarta me- na masalah biaya, juga karena ketidakmam-
rupakan provinsi dengan persentase anak-anak puan orang tua dalam mencukupi kebutuhan
yang tereksploitasi dari segi jam kerja terbesar sehari-hari sehingga anak-anak dipandang se-
di Indonesia, yaitu 69,90%, dan memiliki batas- bagai faktor produksi yang harus berperan ak-
an upah normatif (UMP) tertinggi keempat se- tif mencukupi kebutuhan keluarga.
telah Papua Barat, Papua, dan Aceh, yaitu se- Sebanyak 65,73% anak-anak yang terhambat
besar Rp1.290.000 (atau Rp4.031,50 per jam). akses pendidikannya adalah anak laki-laki, se-
188 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
dangkan sisanya sebanyak 34,27% adalah anak yang diperoleh adalah:
perempuan. Anak laki-laki yang tinggal di da-
erah perdesaan mempunyai peluang yang lebih g(x) = 5, 253 − 0, 239anak B1905(1)
tinggi untuk mengalami hambatan akses pen- − 0, 140anakJ K(1)
didikan dibandingkan yang tinggal di daerah − 0, 243anak U M U R
perkotaan. Sebaliknya untuk anak perempuan,
+ 0, 049anak JART 0
anak perempuan yang tinggal di daerah per-
kotaan cenderung memiliki peluang terhambat − 0, 292krt JK(1)
akses pendidikan yang lebih besar dibanding- − 0, 009krt U M U R
kan yang tinggal di daerah perdesaan. + 0, 347statuskawin(1)
Jika dilihat dari persentase anak-anak be- − 0, 715KLU Ianak(1)
kerja yang terhambat akses pendidikannya,
+ 0, 319tamatSDSM P (1)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memi-
liki persentase yang tertinggi, yaitu sebe- + 0, 690tdktamatSD(1)
sar 81,90%, yang diikuti oleh Provinsi Jawa − 2, 010statuskerjaanak(1)
Barat (79,30%), Provinsi Kalimantan Barat (5)
(78,00%), Provinsi DKI Jakarta (77,90%), dan
Provinsi Banten (72,30%). Sedangkan Provinsi di mana:
Bali memiliki persentase terkecil, yaitu 32,80%.
 
π(x)
g(x) = ln
1 − π(x)
Faktor-faktor yang Memengaruhi Dari fungsi regresi logistik terlihat bahwa
Eksploitasi terhadap Anak yang koefisien jumlah anggota rumah tangga ber-
Bekerja tanda positif, yang berarti bahwa semakin ba-
Eksploitasi dari Segi Jam Kerja nyak anggota rumah tangga, maka peluang
anak untuk tereksploitasi akan semakin besar.
Berdasarkan teori-teori yang mendasari studi, Sedangkan umur anak dan umur KRT yang
dan studi-studi terdahulu, maka faktor-faktor bertanda negatif berarti bahwa semakin tinggi
yang diduga memengaruhi terjadinya eksploi- umur anak dan umur KRT, maka peluang anak
tasi berdasar jam kerja pada anak yang beker- untuk tereksploitasi akan semakin rendah.
ja dalam studi ini yang adalah umur anak, je- Besarnya pengaruh masing-masing variabel
nis kelamin anak, lapangan usaha anak, status terhadap terjadinya eksploitasi terhadap anak
pekerjaan anak, umur Kepala Rumah Tangga yang bekerja dari segi jam kerja dapat dili-
(KRT), jenis kelamin KRT, pendidikan KRT, hat berdasarkan nilai odds ratio. Pertama, ko-
jumlah anggota rumah tangga, dan daerah efisien variabel daerah tempat tinggal bertan-
tempat tinggal. da negatif. Berarti anak-anak yang tinggal di
Metode analisis yang digunakan adalah ana- daerah perdesaan memiliki peluang lebih kecil
lisis regresi logistik dengan variabel terikat ter- untuk tereksploitasi dibandingkan anak-anak
diri atas dua kategori, yaitu tereksploitasi dan yang tinggal di daerah perkotaan. Jika vari-
tidak tereksploitasi. Prosedur yang digunakan abel yang lain konstan, maka kecenderungan
untuk membentuk regresi logistik terbaik pada anak tereksploitasi dari segi jam kerja di dae-
studi ini adalah stepwise backward (wald ). Ber- rah perdesaan sebesar 0,788 kali dibandingkan
dasarkan output SPSS, diperoleh model terbaik di daerah perkotaan.
melalui satu tahap iterasi. Tingkat signifikansi Koefisien kedua adalah jenis kelamin anak,
yang digunakan adalah 0,05. yang hasilnya bertanda negatif. Hal ini me-
Dari hasil pengolahan, fungsi regresi logistik nunjukkan bahwa anak perempuan mempunyai
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 189

peluang lebih kecil untuk tereksploitasi diban- li daripada anak pada rumah tangga dengan
dingkan dengan anak laki-laki. Dengan nilai KRT laki-laki. Hasil ini cukup mengejutkan
odds ratio sebesar 0,870 dapat diartikan bah- karena biasanya beban rumah tangga dengan
wa anak perempuan memiliki peluang 0,870 ka- KRT perempuan cenderung lebih berat diban-
li untuk tereksploitasi jam kerja dibandingkan dingkan rumah tangga dengan KRT laki-laki,
anak laki-laki. Dapat diduga karena anak laki- sehingga membutuhkan anaknya untuk bekerja
laki lebih memiliki fisik yang kuat untuk beker- lebih lama agar memperoleh tambahan penda-
ja lebih lama dibandingkan anak perempuan. patan yang lebih tinggi.
White dan Tjandraningsih (1991) dalam stu- Selanjutnya variabel umur KRT, yang ber-
di mereka menyatakan bahwa pembagian kerja tanda negatif, yang berarti bahwa semakin ber-
di sektor industri tidak didasarkan pada usia, tambahnya umur KRT, maka peluang anak da-
tapi berdasarkan jenis kelamin. lam rumah tangga itu untuk tereksploitasi se-
Berikutnya, adalah koefisien umur anak, makin menurun. Dengan nilai odds ratio yang
yang bertanda negatif, artinya semakin ting- sebesar 0,991 dapat diartikan bahwa apabila
gi umur anak, maka kecenderungan anak un- umur KRT meningkat 1 tahun, maka kecen-
tuk tereksploitasi semakin kecil. Angka exp (B) derungan anak untuk tereksploitasi dari segi
yang sebesar 0,784 berarti bahwa setiap pe- jam kerja menjadi lebih kecil 0,991 kali. Hal ini
nambahan 1 tahun umur anak, maka kecende- diduga antara lain karena semakin tua umur
rungan anak untuk tereksploitasi menjadi lebih KRT biasanya memiliki anak yang cukup besar
kecil atau sebesar 0,784 kali. Hal ini diduga ka- (dalam hal umur) sehingga batasan jam kerja
rena anak yang berumur 15 tahun ke atas ba- juga semakin longgar (40 jam per minggu un-
tasan jam kerjanya lebih banyak, yaitu 40 jam tuk anak umur 15 tahun ke atas).
per minggu, sedangkan anak yang berumur ku- Status perkawinan KRT memiliki koefisien
rang dari 15 tahun dibatasi oleh jam kerja 15 yang bertanda positif, hal ini berarti anak da-
jam per minggu. ri KRT yang berstatus single/cerai cenderung
Koefisien keempat adalah jumlah anggota memiliki peluang lebih besar untuk tereksploi-
rumah tangga, yang hasilnya bertanda posi- tasi dari segi jam kerja. Hal ini terjadi ka-
tif, artinya semakin banyak jumlah anggota ru- rena pada rumah tangga dengan KRT yang
mah tangga, maka kecenderungan anak untuk berstatus single/cerai, beban yang harus di-
tereksploitasi akan semakin besar. Angka exp tanggung KRT akan semakin besar sehingga
(B) yang sebesar 1,050 berarti bahwa setiap dengan anak membantu bekerja dalam waktu
penambahan 1 anggota rumah tangga, maka yang lama diharapkan akan memberikan tam-
kecenderungan anak untuk tereksploitasi jam bahan pendapatan rumah tangga yang besar
kerja meningkat menjadi sebesar 1,050 kali. Hal dan dapat membantu mengurangi beban eko-
ini diduga karena dengan bertambahnya jum- nomi rumah tangga. Kecenderungan anak dari
lah anggota rumah tangga, maka makin besar KRT berstatus single/cerai untuk tereksploi-
biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tang- tasi sebesar 1,415 kali dibandingkan anak yang
ga tersebut, sehingga dengan bertambahnya berasal dari KRT yang berstatus kawin.
jam kerja anak, diharapkan akan menambah Faktor lapangan usaha anak terdiri atas dua
pendapatan dengan asumsi pendapatan berhu- kategori, yaitu pertanian dan lainnya (nonper-
bungan dengan banyaknya jam kerja. tanian). Dengan nilai exp (B) yang sebesar
Jika variabel yang lain konstan, maka ke- 0,489 menunjukkan bahwa besarnya peluang
cenderungan anak untuk tereksploitasi dari se- anak-anak yang bekerja di sektor pertanian un-
gi jam kerja pada rumah tangga dengan KRT tuk tereksploitasi dari segi jam kerja adalah
berjenis kelamin perempuan sebesar 0,747 ka- 0,489 kali dibandingkan anak-anak yang beker-
190 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
ja di sektor lainnya (nonpertanian). hi terjadinya eksploitasi dari segi upah adalah:
Pendidikan KRT dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu KRT tidak pernah berseko- g(x) = − 4, 300 − 0, 221anak B1P 05
lah/tidak tamat SD, KRT berpendidikan SD–
+ 0, 113anak U M U R + 0, 857anak JK
SMP, dan lainnya. Oleh karena itu, faktor
ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu + 0, 258KLU Ianak(1)
tdktamatSD(1) dan tamatSDSM P (1). Ni- + 0, 082statuskerjaanak(1)
lai odds ratio tdktamatSD(1) adalah 1,994 (6)
artinya anak dengan KRT yang tidak per- Besarnya pengaruh masing-masing variabel
nah bersekolah/tidak tamat SD memiliki pe- terhadap terjadinya eksploitasi terhadap anak
luang untuk tereksploitasi sebesar 1,994 ka- yang bekerja dari segi upah kerja dapat dili-
li dibandingkan anak dengan KRT yang ber- hat berdasarkan nilai odds ratio. Untuk anak-
pendidikan lebih tinggi. Sedangkan variabel anak yang bekerja yang tinggal di perdesaan
tamatSDSM P (1) memiliki nilai odds ratio se- memiliki peluang untuk tereksploitasi dari se-
besar 1,376, yang berarti anak dengan KRT gi upah sebesar 0,802 kali dibandingkan anak-
berpendidikan SD-SMP memiliki kecenderung- anak yang bekerja di perkotaan. Selanjutnya,
an untuk tereksploitasi sebesar 1,376 kali anak anak perempuan memiliki peluang 2,357 kali
dari KRT yang berpendidikan lainnya. untuk tereksploitasi dari segi upah dibanding-
Lebih tingginya peluang terjadi eksploitasi kan anak laki-laki. Adanya pembedaan upah
dari segi jam kerja anak pada KRT dengan berdasarkan jenis kelamin diduga menjadi pe-
tingkat pendidikan yang lebih rendah menun- nyebabnya.
jukkan bahwa pada KRT yang berpendidikan Untuk variabel umur anak, ternyata berpe-
rendah, kesadaran akan pentingnya pendidikan ngaruh positif terhadap terjadinya eksploitasi
dan kesehatan terhadap anak juga rendah se- dari segi upah. Hal ini berkaitan dengan kon-
hingga mereka cenderung tidak memerhatikan disi upah normatif, di mana untuk anak yang
jam kerja anak mereka yang panjang yang da- berumur 15–17 tahun seharusnya mendapatkan
pat menghambat pendidikan anak atau mem- upah yang sama dengan upah pekerja dewasa.
bahayakan fisik dan psikis anak. Anak yang bekerja di sektor pertanian me-
Variabel statuskerjaanak(1) memiliki koe- miliki peluang tereksploitasi dari segi upah se-
fisien negatif, yang berarti bahwa status ke- besar 1,295 kali dibandingkan anak yang be-
dudukan anak dalam sektor informal memiliki kerja di sektor lainnya. Pertanian dikenal se-
pengaruh negatif terhadap terjadinya eksploi- bagai sektor tradisional. Pada umumnya peng-
tasi dari segi jam kerja anak. Anak-anak yang usaha yang bergerak di sektor pertanian me-
bekerja pada sektor informal memiliki peluang rupakan pengusaha kecil yang tidak mampu
0,134 kali untuk tereksploitasi jam kerja diban- memberikan upah yang tinggi, terutama ke-
dingkan anak-anak yang bekerja pada sektor pada tenaga kerja anak-anak, sehingga diduga
formal. Tjandraningsih (1995) mengemukakan mengakibatkan persentase anak-anak dengan
bahwa anak yang bekerja di sektor formal (pab- upah rendah di sektor pertanian lebih tinggi
rik) bekerja dengan jam kerja relatif panjang dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Anak-
dan memperoleh gaji yang relatif lebih rendah anak yang bekerja di sektor nonpertanian cen-
dari pekerja dewasa. derung mendapat upah/gaji/pendapatan yang
lebih baik dibandingkan sektor pertanian.
Anak-anak yang bekerja di sektor infor-
Eksploitasi dari Segi Upah
mal memiliki peluang tereksploitasi dari segi
Model regresi logistik yang diperoleh untuk upah sebesar 1,085 kali dibandingkan anak-
mengestimasi faktor-faktor yang memengaru- anak yang bekerja di sektor formal. Hal ini bisa
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 191

terjadi karena anak-anak yang bekerja di sek- memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya
tor informal tidak memiliki upah/pendapatan eksploitasi terhadap anak bekerja dari segi ak-
yang tetap. ses pendidikan. Nilai odds ratio yang sebesar
1,242 berarti bahwa anak bekerja yang ting-
Eksploitasi dari Segi Terhambatnya Ak- gal di perdesaan memiliki peluang 1,242 kali
ses Pendidikan lebih besar untuk terhambat akses pendidikan-
nya dibandingkan anak yang tinggal di dae-
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi ter- rah perkotaan. Selain bisa disebabkan karena
hambatnya akses pendidikan pada anak-anak akses atau fasilitas kesehatan di perdesaan le-
yang bekerja dalam studi ini adalah umur bih terbatas dibandingkan perkotaan, juga bi-
anak, jenis kelamin anak, lapangan usaha anak, sa disebabkan perbedaan pola pikir atau kul-
status pekerjaan anak, umur KRT, jenis kela- tur antara masyarakat perdesaan dan perkota-
min KRT, pendidikan KRT, status perkawinan an. Di perdesaan, masih ada sebagian masya-
KRT, jumlah anggota rumah tangga, dan dae- rakat yang memandang pendidikan bukanlah
rah tempat tinggal. Berdasarkan output SPSS, yang utama dan menganggap dengan masuk-
diperoleh model terbaik melalui empat tahap nya anak-anak secara dini ke dunia kerja akan
iterasi. mendidik anak untuk mandiri.
Fungsi regresi logistik yang diperoleh adalah:
Koefisien jenis kelamin anak bertanda ne-
gatif. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa
g(x) = − 6, 586 + 0, 217anak B1P 05(1) anak perempuan mempunyai peluang lebih ke-
− 0, 281anak JK(1) cil untuk tereksploitasi dibandingkan dengan
+ 0, 272anak U M U R anak laki-laki. Dengan nilai odds ratio sebesar
− 0, 005krt U M U R 0,755 dapat diartikan bahwa anak perempuan
memiliki peluang tereksploitasi dari segi akses
+ 0, 876KLU Ianak(1)
pendidikan 0,755 kali dibandingkan anak laki-
− 1, 138statuskerjaanak(1) laki.
+ 0, 974tamatSDSM P (1) Selanjutnya untuk variabel umur anak, de-
+ 1, 770tdktamatSD(1) ngan koefisien bertanda positif, artinya se-
+ 0, 081anak B5P 8B makin tinggi umur anak, maka kecenderung-
(7) an anak untuk tereksploitasi semakin besar.
Dari fungsi regresi logistik terlihat bahwa ko- Seiring dengan meningkatnya umur, diduga
efisien umur dan jumlah jam kerja per ming- menyebabkan tanggung jawab secara ekono-
gu bertanda positif, yang berarti bahwa setiap mi yang dimiliki anak semakin besar sehing-
penambahan satu satuan dari variabel-variabel ga dituntut untuk bekerja penuh waktu dan
tersebut, maka peluang anak untuk tereksploi- meninggalkan bangku sekolah. Koefisien umur
tasi dari segi akses pendidikan akan semakin KRT bertanda negatif, yang berarti bahwa se-
besar. Sedangkan umur KRT memiliki koefisi- makin bertambahnya umur KRT, maka pe-
en negatif yang berarti bahwa setiap penam- luang anak dalam rumah tangga itu untuk
bahan satu tahun umur KRT, maka peluang tereksploitasi semakin menurun. Dengan nilai
anak untuk tereksploitasi dari segi akses pen- odds ratio yang sebesar 0,995 dapat diartikan
didikan akan semakin kecil. bahwa apabila umur KRT meningkat satu ta-
Beberapa hal yang dapat ditafsirkan menge- hun, maka kecenderungan anak untuk bekerja
nai eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari menjadi lebih kecil 0,995 kali.
segi akses pendidikan, pertama, dari segi dae- Faktor lapangan usaha anak terdiri atas dua
rah tempat tinggal, dalam hal ini perdesaan kategori, yaitu pertanian dan lainnya (nonper-
192 Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
tanian). Anak yang bekerja di lapangan usaha anak bertambah 1 jam, maka kecenderungan
pertanian memiliki kecenderungan untuk ter- anak untuk tereksploitasi akan meningkat se-
eksploitasi dari segi pendidikan sebesar 2,401 besar 1,084 kali.
kali dibandingkan yang bekerja di sektor lain- Kedudukan anak dalam status kerja memili-
nya. Apabila anak memilih meninggalkan seko- ki koefisien negatif, artinya anak yang bekerja
lah untuk bekerja, maka lapangan usaha per- dengan status formal memiliki kecenderungan
tanian merupakan lapangan usaha yang paling yang lebih besar untuk terhambat akses pendi-
mudah menampungnya karena untuk bekerja dikan dibandingkan anak yang bekerja dengan
di pertanian tidak dituntut untuk memiliki su- status informal. Anak yang bekerja formal me-
atu keahlian atau kriteria pendidikan tertentu. miliki jadwal kerja dan aturan jam kerja yang
Nilai odds ratio tdktamatSD(1) adalah harus dipatuhi. Sehingga apabila jam kerja ber-
5,873 artinya anak dengan KRT yang tidak benturan dengan jam sekolah, anak-anak akan
pernah bersekolah/tidak tamat SD memiliki kesulitan untuk mengatur waktu mereka, dan
peluang untuk tereksploitasi sebesar 5,873 ka- akhirnya akan meninggalkan sekolah untuk me-
li dibandingkan anak dengan KRT yang ber- milih bekerja.
pendidikan lebih tinggi. Sedangkan variabel
tamatSDSM P (1) memiliki nilai odds ratio se-
besar 2,648, yang berarti anak dengan KRT
Simpulan
berpendidikan SD-SMP memiliki kecenderung- Hasil studi dengan menggunakan data SA-
an untuk tereksploitasi sebesar 2,648 kali anak KERNAS tahun 2011 menunjukkan bahwa ter-
dari KRT yang berpendidikan lainnya. Kon- dapat 3,27 juta anak yang bekerja di Indone-
disi ini menggambarkan adanya jebakan setan sia atau sebesar 8,80% dari keseluruhan anak
(vicious circle). Kepala rumah tangga dengan usia 10–17 tahun. Rata-rata jam kerja anak
tingkat pendidikan yang rendah, kesadaran a- per minggu adalah 42 jam. Hampir separuh
kan pendidikan anak juga akan rendah. Aki- dari anak-anak yang bekerja mengalami eks-
batnya mereka cenderung tidak memasukkan ploitasi dari segi jam kerja. Sedangkan eks-
anak-anaknya ke sekolah tapi justru melibat- ploitasi dari segi upah dialami oleh seperli-
kan anaknya untuk bekerja. Anak akan terli- ma dari total anak yang bekerja. Rata-rata
bat dalam pekerjaan yang tidak terlatih de- upah/gaji/pendapatan yang diterima anak sa-
ngan upah yang rendah. Akibat pendapatan ngatlah rendah, yaitu Rp171.190 per bulan. Se-
rendah, pada saat dewasa investasi pendidik- lain itu, lebih dari separuh dari anak-anak yang
an untuk anak mereka juga akan rendah, dan bekerja terhambat akses pendidikannya, yaitu
begitu seterusnya. tidak/belum pernah bersekolah. Permasalahan
Koefisien jumlah jam kerja per minggu anak eksploitasi terhadap anak yang bekerja terjadi
bertanda positif, artinya semakin tinggi jum- di seluruh provinsi di Indonesia, dengan ting-
lah jam kerja per minggu anak, maka kecende- kat keparahan yang berbeda pada tiap provin-
rungan anak untuk terhambat akses pendidik- si. Namun, terdapat tiga provinsi yang selalu
an semakin besar. Dengan semakin banyaknya tinggi nilai keparahan eksploitasinya, baik eks-
jam kerja anak, maka waktu anak untuk be- ploitasi dari segi jam kerja, eksploitasi dari segi
lajar, bersekolah, mengerjakan tugas-tugas se- upah, maupun persentase anak yang terham-
kolah, dan lain-lain akan semakin sedikit se- bat akses pendidikan, yaitu Provinsi DKI Ja-
hingga mereka akan terganggu pendidikannya karta, Banten, dan Jawa Barat.
dan akhirnya memutuskan untuk berhenti se- Hasil dari analisis regresi logistik menun-
kolah. Angka exp (B) yang sebesar 1,084 berar- jukkan bahwa seluruh faktor secara signifikan
ti bahwa apabila jumlah jam kerja per minggu memengaruhi terjadinya eksploitasi dari segi
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 193

jam kerja dengan faktor yang paling berpenga- na: Evidence from 2005/2006 Labour Force Survey.
ruh adalah faktor status kedudukan anak da- Botswana Journal of Economic, 6 (10), 15–33.
[8] Priyambada, A., Suryahadi, A., & Sumarto,
lam pekerjaan. Faktor-faktor yang memenga-
S. (2003). What Happened to Child Labor in
ruhi terjadinya eksploitasi dari segi jam ker- Indonesia during The Economic Crisis: The
ja adalah klasifikasi daerah tempat tinggal, je- Trade off Between School and Work. SME-
nis kelamin anak, umur anak, jumlah anggo- RU Working Paper, revised September 2005.
http://www.smeru.or.id/report/workpaper/
ta rumah tangga, jenis kelamin KRT, umur
childlabor/whchildlaborrevisedeng.pdf
KRT, status perkawinan KRT, lapangan usaha (Accessed November 15, 2012).
anak, pendidikan KRT, dan status kedudukan [9] Suharto, K. (2005). Eksploitasi Terhadap Anak &
anak dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang me- Wanita. Jakarta: CV. Intermedia.
mengaruhi eksploitasi dari segi upah kerja ada- [10] Tharmmapornphilas, R. (2006). Determinants of
Child Labor in Thailand. SIEs Journal (Volumes
lah klasifikasi daerah tempat tinggal, jenis ke- of Graduate Research: Education and Poverty
lamin anak, umur anak, umur KRT, lapangan in an International Context, 4, 39–50. http:
usaha anak, status kedudukan anak dalam pe- //www.tc.columbia.edu/sie/journal/Volume_
kerjaan, pendidikan KRT, dan jam kerja anak 4/Tharmmapornphilas_Website%20Final.pdf
(Accessed November 15, 2012).
dengan faktor yang memberi pengaruh paling [11] Tjandraningsih, I. (1995). Pemberdayaan Peker-
besar adalah jenis kelamin anak. Hasil studi ja Anak: Studi Mengenai Pendampingan Pekerja
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi eks- Anak. Bandung: AKATIGA.
ploitasi dari segi terhambatnya akses pendidik- [12] Todaro, M. P. & Smith, S. C. (2006). Pembangun-
an Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
an menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor
[13] Usman, H. & Nachrowi, D. N. (2004). Pekerja
yang tidak berpengaruh secara signifikan, ya- Anak di Indonesia: Kondisi, Determinan, dan Eks-
itu faktor jumlah anggota rumah tangga, je- ploitasi (Kajian kuantitatif ). Jakarta: Grasindo.
nis kelamin KRT, dan status perkawinan KRT, [14] White, B. (1994). Children, Work and ’Child La-
bour’: Changing Responses to the Employment of
sedangkan pendidikan KRT merupakan faktor
Children. Development and Change, 25 (4), 849–
yang paling berpengaruh. 878.
[15] White, B. & Tjandraningsih, I. (1991). Pekerja
Anak dan Remaja di Pedesaan Jawa Barat: Pe-
ngantar Studi Lapangan. Makalah. Lokakarya Ma-
Daftar Pustaka salah Pekerja Anak dan Remaja Hasil Penelitian di
Pedesaan Jawa Barat, PSP-IPB, ISS, PPLH-ITB,
[1] BPS. (2010). Working Children in Indonesia 2009.
Bogor, 18 Juni 1991.
Jakarta: BPS
[2] BPS. (2011). Profil Anak Indonesia 2010. Jakarta:
BPS
[3] Depnakertrans. (2005). Modul Penanganan Peker-
ja Anak. Jakarta: Depnakertrans
[4] Edmonds, E. V. (2007). ”Child Labor”. Handbook
of Development Economics. North Holland, Ams-
terdam: Elsevier
[5] Effendi, T. N. (1993). Sumber Daya Manusia, Pe-
luang Kerja dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
[6] Imawan, W. (1999). Krisis Ekonomi dan Dam-
paknya terhadap Perkembangan Terakhir Peker-
ja Anak. Makalah. Lokakarya Penyusunan Kebi-
jakan Penanganan Pekerja Anak di Indonesia, di-
selenggarakan Bappenas, ILO-IPEC dan Departe-
men Tenaga Kerja RI pada tanggal 22–24 Juli 1999
di Bogor
[7] Okurut, F. N. & Yinusa, D. O. (2009). Determi-
nants of Child Labour and Schooling in Botswa-
194
Tabel 1: Tingkat Keparahan Eksploitasi Anak yang Bekerja dari Segi Jam Kerja dan Upah serta Persentase Anak yang Terhambat Akses
Pendidikan Tahun 2011

Tingkat Keparahan Eksploitasi dari Tingkat Keparahan Eksploitasi dari Persentase Anak yang Terhambat Akses
No. Provinsi
Segi Jam Kerja Segi Upah Pendidikan
1. Aceh 0,19 0,05 37,3
2. Sumatera Utara 0,23 0,04 36,4
3. Sumatera Barat 0,25 0,06 45,9
4. Riau 0,44 0,09 61
5. Jambi 0,69 0,15 64,2
6. Sumatera Selatan 0,48 0,09 67
7. Bengkulu 0,31 0,05 60,5
8. Lampung 0,44 0,08 52,5
9. Kep. Bangka Belitung 0,66 0,07 81,9
10. Kep. Riau 0,34 0,09 62,9
11. DKI Jakarta 1,12 0,33 77,9
12. Jawa Barat 0,83 0,13 79,3
13. Jawa Tengah 0,56 0,01 71,1
14. DIY 0,19 0,05 51,3
15. Jawa Timur 0,36 0,08 66
16. Banten 0,9 0,16 72,3
17. Bali 0,4 0,06 32,8
18. NTB 0,22 0,07 44,4
19. NTT 0,38 0,07 54,1
20. Kalimantan Barat 0,44 0,07 78
21. Kalimantan Tengah 0,51 0,06 69,4
22. Kalimantan Selatan 0,42 0,07 62,6
23. Kalimantan Timur 0,7 0,06 63,9
24. Sulawesi Utara 0,6 0,07 61,1
25. Sulawesi Tengah 0,69 0,04 46
26. Sulawesi Selatan 0,66 0,09 47,1
27. Sulawesi Tenggara 0,25 0,05 34,8
28. Gorontalo 0,47 0,02 60,5
29. Sulawesi Barat 0,4 0,03 48,8
30. Maluku 0,21 0,02 41,9
31. Maluku Utara 0,12 0,03 36,4
32. Papua Barat 0,36 0,03 65,7
33. Papua 0,39 0,01 54,8
34. Indonesia 0,43 0,07 59,9
Sumber: BPS, diolah
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak...
Beta S. I. & D. S. Priyarsono/Eksploitasi terhadap Anak... 195

Tabel 2: Hasil Estimasi Koefisien Model, Nilai Uji Wald, Signifikansi, dan Nilai Odds Ratio dari Model
Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eksploitasi dari Segi Jam Kerja Tahun 2011

Nama Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


anak B1P05(1) -0,239 0,055 19,067 1 0,000 0,788
anak JK(1) -0,140 0,044 10,103 1 0,001 0,870
anak UMUR -0,243 0,011 494,549 1 0,000 0,784
anak JART0 0,049 0,011 18,349 1 0,000 1,050
krt JK(1) -0,292 0,101 8,396 1 0,004 0,747
krt UMUR -0,009 0,002 19,282 1 0,000 0,991
satuskawin(1) 0,347 0,095 13,382 1 0,000 1,415
KLUIanak(1) -0,715 0,052 189,265 1 0,000 0,489
tamatSDSMP(1) 0,319 0,065 23.896 1 0,000 1,376
tdktamatSD(1) 0,690 0,069 101,069 1 0,000 1,994
statuskerjaanak(1) -2,010 0,064 972,944 1 0,000 0,134
Constant 5,253 0,212 615,231 1 0,000 191,183
Sumber: BPS, diolah

Tabel 3: Hasil Estimasi Koefisien Model, Nilai Uji Wald, Signifikansi, dan Nilai Odds Ratio dari Model
Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eksploitasi dari Segi Upah Kerja Tahun 2011

Nama Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


anak B1P05(1) -0,221 0,006 1.199 1 0,000 0,802
anak JK(1) 0,857 0,006 19.210 1 0,000 2,357
anak UMUR 0,113 0,002 2.335 1 0,000 1,120
statuskerjaanak(1) 0,082 0,007 151,359 1 0,000 1,085
KLUIanak(1) 0,258 0,008 1.010 1 0,000 1,295
Constant -4,300 0,039 12.440 1 0,000 0,014
Sumber: BPS, diolah

Tabel 4: Hasil Estimasi Koefisien Model, Nilai Uji Wald, Signifikansi, dan Nilai Odds Ratio dari Model
Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eksploitasi dari Segi Akses Pendidikan Tahun 2011

Nama Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


anak B1P05(1) 0,217 0,067 10,368 1 0,001 1,242
anak JK(1) -0,281 0,050 31,224 1 0,000 0,755
anak UMUR 0,272 0,013 425,136 1 0,000 1,312
krt UMUR -0,005 0,002 4,719 1 0,030 0,995
KLUIanak(1) 0,876 0,065 183,662 1 0,000 2,401
tamatSDSMP(1) 0,974 0,085 131,657 1 0,000 2,648
tdktamatSD(1) 1,770 0,088 405,673 1 0,000 5,873
anak B5P8B 0,081 0,002 1.663 1 0,000 1,084
statuskerjaanak(1) -1,138 0,088 165,486 1 0,000 0,320
Constant -6,586 0,253 679,982 1 0,000 0,001
Sumber: BPS, diolah

Anda mungkin juga menyukai