Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan
Karunia dan Rahmat-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Perekrutan
Politik” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Sosiologi dan Politik.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan mengenai perekrutan politik
khususnya di Indonesia. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah
ini kami ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
3.1 Simpulan..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7) Apa saja contoh kasus rekrutmen politik di Indonesia?
BAB II
2
PEMBAHASAN
4
berarti rekruitmen politik mampu membangkitkan perbedaan didalam masyarakat dalam
tingkatan-tingkatan peran masyarakat.
5
Adapun beberapa pilihan partai politik dalam proses rekrutmen politik adalah sebagai
berikut:
1. Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga
bisa direkrut untuk menduduki jabatan strategis.
2. Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada latar belakang
pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik seseorang, misalnya
aktivis LSM.
3. Immediate survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai
tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan direkrut.
4. Civil service reform, merupakan proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas
seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.
Ada beberapa hal menurut Czudnowski, yang dapat menentukan terpilihnya seseorang dalam
lembaga legislatif, sebagaimana berikut:
1. Social background: Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status sosial dan ekonomi
keluarga, dimana seorang calon elit dibesarkan.
2. Political socialization: Merupakan suatu proses yang menyebabkan seorang menjadi
terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diilaksanakan oleh suatu kedudukan politik.
3. Initial political activity: Faktor ini menunjuk kepada aktivitas atau pengalaman politik
calon elit selama ini.
4. Apprenticeship: Faktor ini menunjuk langsung kepada proses “magang” dari calon elit ke
elit yang lain yang sedang menduduki jabatan yang diincar oleh calon elit.
5. Occupational variables: Calon elit dilihat pengalaman kerjanyadalam lembaga formal
yang bisa saja tidak berhubungan dengan politik, kapasitas intelektual dalam kualitas
kerjanya.
6. Motivations: Orang akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan politik karena dua hal
yaitu harapan dan orientasi mereka terhadap isu-isu politik.
7. Selection: Faktor ini menunjukkan pada mekanisme politik yaitu rekrutmen terbukan dan
rekrutmen tertutup.
6
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengusulkan adanya aturan
untuk mendorong partai politik melakukan rekrutmen calon anggota legislatif berdasarkan
"merit system" yang jelas parameternya, untuk memperbaiki kualitas.
"Parpol perlu didorong untuk melakukan rekrutmen calon-calon anggota legislatif dengan
metode dan parameter yang obyektif. Merit sistem juga harus berlaku di parpol," kata Anas
Urbaningrum di Jakarta, Kamis, pada diskusi akhir tahun 2010 bertemakan "Rekrutmen
Partai Politik, Penegakan hukum dan Pemberantasan Korupsi".
Selain Anas Urbaningrum, diskusi itu juga menghadirkan Bambang Widjojanto, Teten
Masduki dan Wali Kota DIY Herry Zudianto. Menurut Anas, rekrutmen politik berdasarkan
merit sistem diakuinya sangat tidak mudah, tetapi parpol harus mendorong. "Merit system"
merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang didasarkan pada prestasi (merit) yaitu
segenap perilaku kerja pegawai dalam wujudnya sebagai prestasi yang baik atau prestasi
buruk dan berpengaruh langsung pada naik atau turunnya penghasilan dan/atau karir jabatan.
"Sudah harus ada sistem skor. Seperti apa?. Menurut saya harus diatur dalam UU. Perintah
imperatif sehingga parpol mau tak mau harus melaksanakan," kata Anas. Menurut Anas, di
parpol sangat mungkin munculnya unsur suka dan tak suka. Anas menegaskan, rekrutmen
politik melalui "merit system" penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas anggota
legislatif. Anas mengakui jika dievaluasi anggota DPR RI, tidak semua anggota mempunyai
kapasitas yang mumpuni. "Ini terkait rekrutmen politik harus jadi bagian penting dari
parpol," kata Anas. Dalam kesempatan itu Anas juga mengatakan sampai sekarang dalam
pemilu legislatif belum menerima calon perseorangan. Meskipun, tambah Anas, pada Pemilu
1955 pernah ada calon perorangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA