Anda di halaman 1dari 5

1. Technology Acceptance Model (TAM).

Dalam penggunaaan sistem informasi, para pengguna mempertimbangkan manfaat dan


kegunaan sistem tersebut. Dalam menggunakan teknologi dilakukan dengan
menggunakan Technology Acceptence Model (TAM). Teori ini dikemukakan oleh Davis
(1989) dan dikembangkan lagi oleh beberapa peneliti seperti Adam et. al. (1992),
Szajna (1994), Igbaria et. al. (1995), Venkatesh & Morris (2000), Venkatesh & Davis
(2000), dan Sanjaya (2005).

Model TAM dilandasi oleh Theory of Reasoned Action (TRA) (Ajzen dan Fisbein, 1980,
dalam Sanjaya, 2005). TRA adalah suatu well-researched intention sebagai model
khusus yang telah terbukti berhasil untuk memprediksi dan menjelaskan tentang
perilaku seseorang dalam memanfaatkan dengan beraneka ragam bidang.

TRA telah digunakan untuk memprediksi suatu perilaku dalam banyak hal. TRA juga
dapat di jelaskan sebagai sebuah model yang mempelajari secara luas psikologi sosial
berkaitan dengan perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar (Fishbein & Ajzen,
1975. dalam Sanjaya, 2005). Dalam TRA, perilaku merupakan seperangkat perbuatan
dan tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian
dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Jadi minat berperilaku adalah
suatu ukuran tentang tujuan seseorang untuk melakukan tindakan khusus. Attitude
adalah perasaan positif seseorang tentang penentuan tujuan dan target perilaku.
Berdasarkan TRA, pengguna suatu system ditentukan oleh persepsi individu dan sikap
yang pada akhirnya akan membentuk perilaku seseorang dalam penggunaan suatu
teknologi informasi.

Menurut Venkatesh & Morris (2000) dalam Sanjaya (2005), TAM di gunakan untuk
melihat pemahaman individual yang secara terus menerus menggunakan teknologi
informasi dalam
aktifitanya. Penggunaan sistem informasi pada individu untuk melakukan aktivitas dan
pemanfaatannya masih menjadi perhatian penting bagi peneliti, walaupun terdapat
kemajuan yang cukup berarti dalam kemampuan hardware dan software.

Tingginya penggunaan suatu sistem informasi menandakan bermanfaat dan mudahnya


suatu sistem informasi. Seseorang akan memanfaatkan sistem informasi dengan alasan
bahwa sistem tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya.

Tujuan dari TAM adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama perilaku
pengguna teknologi informasi tehadap penerimaan pengguna teknologi informasi itu
sendiri. Model ini menggambarkan bahwa pengguna sistem infornasi akan dipengaruhi
oleh variabel manfaat (usefuliness) dan variabel kemudahan pemakaian (ease of use),
dimana keduanya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang telah teruji secara
empiris. TAM meyakini bahwa penggunaan sistem informasi akan meningkatkan
kinerja individu atau organisasi, disamping itu penggunaan sistem informasi tergolong
lebih mudah dan tidak memerlukan usaha keras untuk memakainya.
Namun pada perkembangan selanjutnya, sejumlah peneliti dibidang TAM tidak
menyertakan variabel attitude dalam analisisnya, karena berdasarkan fakta empiris
ditemukan hubungan mediasi attitude yang lemah antara belierfs dan behavior
intention (Vankatesh, 1999 dalam Wijaya, 2006).

2. Manfaat dan Kemudahan.


Ada banyak variabel yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi. Ada dua
determinan yang penting.

 Manfaat adalah kecenderungan seseorang menggunakan atau tidak menggunakan


aplikasi karena suatu keyakinan bahwa aplikasi tersebut akan dapat membantu mereka
untuk melakukan aktifitasnya lebih baik lagi. Manfaat merupakan penentu yang kuat
terhadap penggunaan suatu teknologi, adopsi, dan perilaku para pengguna (Davis, 1989,
Mathinshon, 1991, serta Venktesh & Davis, 2000 dalam Sanjaya, 2005).
 Kemudahan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa penggunaan suatu teknologi
akan membebaskannya dari usaha (Davis, 1989 dalam Sanjaya, 2005). Sementara
kemudahan dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang menyakini bahwa
penggunaan sistem informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha
yang keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup kejelasan penggunaan sistem
informasi dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan yang sesuai dengan
keinginan pemakai.
 Tujuan TAM diantaranya yaitu untuk menjelaskan faktor penentu penerimaan
teknologi berbasis informasi secara general serta menjelaskan tingkah laku
pemakai akhir (akhir (end-user) teknologi informasi dengan variasi yang
cukup luas serta populasi pemakai. Secara ideal sebuah model merupakan
pemakai. Dan seyogyanya suatu model merupakan prediksi, dibarengi
dengan penjelasan, sehingga peneliti maupun praktisi dapat
mengidenti fikasi mengapa sistem tertentu mungkin tidak dapat diterima,
sehingga diperlukan mengambil langkah revisi dalam rangka mengambil
langkah perbaikan, untuk mengatasinya.

 Pada akhirnya, maksud dan tujuan TAM tak lain adalah untuk menyediakan
dasar dalam rangka mengetahui pengaruh dari faktor eksternal terhadap
kepercayaan internal, sikap, dan niat. TAM diformulasikan untuk mencapai
tujuan ini melalui pengidentifikasian sejumlah kecil variabel pokok, yang
didapatkan dari penelitian sebelumnya terhadap teori maupun faktor penentu
dari penerimaan teknologi, serta menerapkan TRA sebagai latar belakang
teoretis dalam memodelkan relasi antara-variabel.

Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial Ekonomi, oleh
Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-
variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang secara sistematis
mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun
di luar perusahaan.

Sedangkan menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial mengidentifikasi, menilai dan mengukur aspek
penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan negara dalam memelihara kualitas hidup
masyarakat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya.

Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak
pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai
tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-
masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik dapat mengundang dua
sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi. Kondisi seperti ini tentunya berdampak
sangat buruk bagi peta bisnis dan iklim investasi di indonesia, terutama untuk mendapatkan
kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di indonesia. Upaya – upaya pemerintah
untuk meyakinkan dunia internasional dan stablitas sosial, politik, dan keamanan belum
menunjukkan tanda- tanda yan berarti karena tidak di dukung oleh data dan fakta yang sebenarnya.
Bahkan, para investor asing berencana untuk melakukan realokasi bisnis dan investasinya ke negara-
negara Asia tenggara lainnya seperti Vietnam, thailand, dan kamboja yang di anggap lebih kondusi
untuk investasi.

D. Tanggapan Perusahaan

Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai “warga Negara yang baik”.
Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan menghasilkan produk-produk
berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat, memberikan kontribusi kepada
komunitas, atau membantu fakir miskin.

Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan
pemerintah yang baru atau mencoba untuk menguranginya melalui ketidak patuhan. Dalam kasus
ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang
perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka
karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya.

Tanggapan Profesi Akuntan


Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah membahas bagamana profesi mereka dapat
memberikan kontribusi pada tangung jawab sosial perusahaan sebelum terjadinya gerakan pada
tahun 1960-an. Kemajuan utama dalam bidang ini di buat sejak akhir tahun 1960-an dengan di
berlakunya undang-undang yang menetapkan program -program sosial pemerintah, beberapa
akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian mereka untuk mengukur
efektivitasdari program tersebut. Lebih lanjut lagi, sesorang perlu mengukur ingkat respons
perusahaan terhadap keprihatinan yang di suarakan pada tahun 1960-an. Dengan demikian lahirlah
akuntansi sosial.

Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan
untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain
yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik dengan data-data ini.

Transfer Pricing menurut Simamora dalam Salsalina (2012), didefinisikan sebagai

nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat

pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division).

Transfer pricing juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisi
onal atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk

keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota.

Menurut Gunadi (2007) Transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan

barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dalam

transaksi bisnis finansial maupun transaksi lainnya.

Sedangkan Suryana (2012) mendefinisikan transfer pricing adalah transaksi barang

dan jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak wajar,

bisa dengan menaikkan (mark up) atau menurunkan harga (mark down), kebanyakan

dilakukan oleh perusahaan global (multinational enterprise). Yang dimaksud dengan

perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu negara di

bawah pengendalian satu pihak tertentu.

Transfer pricing dapat terjadi dalam satu grup perusahaan dan antar perusahaan yang

terikat dalam hubungan istimewa. Dalam suatu grup perusahaan, transfer pricing sering

disebut dengan istilah intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional pricing,

dan internal pricing. Istilah tersebut menunjukkan bahwa pengaturan harga tersebut tidak

sebatas kepada pengaturan harga antar-perusahaan dalam satu grup perusahaan saja, tetapi

dapat pula terjadi pengaturan harga antara-divisi pada satu perusahaan.


Pengertian transfer pricing sebagai harga yang ditimbulkan akibat penyerahan barang,

jasa dan harta tak berwujud, seperti yang telah disebutkan di atas merupakan pengertian yang

netral. Akan tetapi, istilah transfer pricing sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak

baik (abuse of transfer pricing), yaitu pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxation

income) dari suatu perusahaan multi-nasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah

dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup perusahaan nasional tersebut.

Adapun pengertian transfer pricing manipulation sendiri diartikan sebagai suatu

kegiatan untuk memperbesar biaya atau merendahkan tagihan yang bertujuan untuk

memperkecil jumlah pajak yang terutang. Dengan demikian, manipulasi transfer pricing dapat

dilakukan dengan cara memperbesar biaya atau memperkecil penjualan melalui mekanisme

harga transfer dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak. Sehingga, manipulasi

transfer pricing terjadi dengan cara menetapkan harga transfer menjadi “terlalu besar atau

terlalu kecil” dengan maksud untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Karena dengan

memperkecil jumlah pajak yang terutang, keuntungan yang diterima oleh perusahaan multi-

nasional akan semakin besar.

Jadi diambil dapat diambil kesimpulan Transfer pricing adalah mekanisme penetapan

harga yang tidak wajar atas transaksi penyediaan barang atau penyerahan jasa oleh pihak-

pihak yang memiliki hubungan istimewa (related parties). Transfer pricing biasanya

dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional. Dengan praktik yang tidak sehat tersebut,

mengakibatkan hilangnya potensi pajak yang seharusnya diterima negara Inilah sebabnya,

kegiatan yang bersifat manipulatif ini sering dikaitkan dengan kerugian Negara.

Anda mungkin juga menyukai