Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Faktor kelainan jantung disebabkan oleh beberapa hal di antaranya, faktor
keturunan atau genetik dari salah satu atau bahkan kedua orang tua anak, faktor
penyakit yang diderita ibu saat mengandung anak, seperti diabetes mellitus, sebagian
juga terjadi karena pengaruh minum banyak antibiotik atau obat-obatan lain saat
hamil.
Mengkonsumsi makanan banyak pengawet dan pewarna buatan ketika hamil,
polusi, rokok, trauma fisik, serta faktor X yang sampai sekarang belum diketahui.
Beberapa ibu yang memiliki bayi penderita kelainan jantung bawaan mengakui
selama bayi dalam kandungan, mereka tidak mengalami banyak gangguan. Mereka
jarang sakit, makan lebih bagus (jarang mual atau muntah), minum vitamin rajin.
Penyakit jantung bawaan pada anak cukup banyak ditemukan di Indonesia,
dimana sekitar 6 sampai 10 dari 1000 bayi lahir, mengidap penyakit jantung bawaan.
Sekitar 2-5 persen kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas kromosom.
Misalnya Down’s syndrome, sekitar 60 persen selalu disertai kelainan jantung
kongenital seperti defek septum ventrikel, tetralogi fallot, duktus arteriosus persisten,
dan defek septum atrium. Di antara saudara kandung, sebanyak 2-4 persen ternyata
mengidap kelainan jantung bawaan yang sama.
Pada anak penderita kelainan jantung bawaan akan memiliki gejala biru yang
terlihat pada kuku jari dan tangan, namun ada pula yang tidak disertai gejala tersebut.
Biasanya, anak yang memiliki gejala biru pada kuku, akan mengalami perubahan
yang sangat menggembirakan setelah dioperasi. Warna daging di bawah kuku akan
mulai berubah menjadi normal (merah) setelah beberapa dioperasi.

1
B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut :


1. Tujuan Umum
Penulis memahami tentang penyakit jantung bawaan dan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tersebut.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Jantung Bawaan
pada anak.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien penyakit Jantung Bawaan
pada anak.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit
Jantung Bawaan pada anak.
d. Melakukan evaluasi pada klien dengan penyakit Jantung Bawaan pada
anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      KONSEP DASAR PENYAKIT


1.        Pengertian
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang sudah
ada sejakbayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan
jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang
kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan
beberapa tahun. (Ngastiyah, 2007).
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat
adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. (Allen HD, 2001)
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang
penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia 
beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun ( Markum, 1996).

Kelainan jantung bawaan mempunyai dua penggolongan :


a. Kelainan jantung bawaan asianotik
Kelainan jantung bawaan asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak
disertai dengan warna kebiruan pada mukosa tubuh. Yang dimaksud dengan
kelainan jantung bawaan asianotik adalah :
1) Ventrikel septal defect (VSD) yaitu adanya defek atau celahan antara
ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
2) Astrial septal defect (ASD) yaitu adanya defect celahan antara atrium kiri dan
kanan.

3
3) Patent duktus arteriousus (PDA) yaitu adanya defect atau celah pada duktus
arteriuous yang seharusnya telah menutup pada usia tiga hari setelah lahir.
4) Strenosis aorta (SA) yaitu adanya penyempitan pada katup aorta yang dapat
diakibatkan oleh penebalan katup.
5) Stenosis pulmonal (SP) yaitu adanya penyempitan pada katup pulmonal.
b. Kelainan jantung bawaan sianotik
Kelainan jantung bawaan sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai
warna kebiruan dalam mukosa tubuh. Menurut walter tahun 1994 sianosis adalah
warna kebiru kebiruan yang timbul pada kulit karena Hb tak jenuh dalam darah
adalah rendah dan sering sukar untuk ditentukan kuantitasnya secara klinis dan
adapun perbedaan sianotik yang ditemukan dengan warna kepucatan pada tubuh
anak yang mungkin terjadi karena factor seperti pigmentasi dan sumber cahaya
adapun macam-macam penyakit jantung bawaan sianosis diantaranya yaitu:
1) Tetraloggi of fallot (TF) yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi dengan
gejala sianosis karena terdapat kelainan yaitu VSD sianosis pulmonal
hipertrofi ventrikel kanan dan overriding aorta.
2) Transposisi arterobesar (TAB) yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan
letak aorta dan arteri pulmonalis sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan
dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.

2.        Anatomi Fisiologi Jantung


Jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu perikardium di sebelah luar yang merupakan
lapisan pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan perietal dan visceral, diantara
dua lapisan itu terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran antara
perikardium pleura tidak meninggalkan gangguan  terhadap jantung. Yang kedua
ialah miokardium merupakan lapisan tengah dari jantung, terdiri dari otot-otot
jantung. Yang ketiga ialah endokardium terdapat disebelah dalam terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir.
Struktur jantung meliputi :

4
A.  Ruang Jantung

1. Atrium kanan
Atrium kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke
dalam ventrikel kanan kemudian ke paru-paru. Darah memasuki atrium kanan melalui
vena cava superior, Vena cava inferior, dan sinus coronarius (vena kecil yang
mengalirkan darah dari jantung sendiri).
2. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian
besar sisi depan jantung. Pada kontraksi ventrikel, tiap ventrikel harus menghasilkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang diterimanya dari
atrium ke sirkulasi pulmonal ataupun sirkulasi sistemik.
3.Atrium kiri
Atrium kiri adalah ruang dinding tipis yang terletak pada bagian belakang
jantung. Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru
melalui keempat vena pulmonalis, antara vena pulmonalis atrium kiri tidak ada katup
sejati, Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitralis.
4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang
jantung. Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-
jaringan perifer.
Ventrikel kiri mempunyai lingkaran mempermudah pembentukan tekanan yang tinggi
selama ventrikel berkontraksi. Pada saat kontraksi tekanan ventrikel kiri
meningkatkan sekitar lima kali lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel kanan.

5
B. Katup-katup jantung
Menurut Watson (2001) jantung diperlengkapi sejumlah katup untuk
mencegah darah mengalir ke arah yang salah. Terdapat empat katup utama jantung :

Katup Atrio-Ventrikular kanan : biasa juga disebut trikuspid, terletak antara atrium
kanan dan ventrikel kanan. Katup ini terdiri dari tiga daun katup (kuspid) yang
berbentuk segitiga yang terdiri dari lapisan ganda endokardium yang diperkuat oleh
jaringan fibrosa. Apabila ventrikel berkontraksi, darah dipompa balik ke arah pintu
atrio-ventrikular, tetapi dicegah masuk ke atrium kiri oleh kuspid ini.

Katup Atrio-ventrikular kiri : disebut juga katup mitral karena hanya memiliki dua
daun katup. Strukturnya mirip atrio-venrikular kanan. Katup ini mencegah aliran
balik darah ke dalam atrium kiri saat ventrikel kiri berkontraksi.

Katup Aorta : terdiri dari tiga daun katup yang mengelilingi pintu masuk ke dalam
aorta dari ventrikel kiri. Daun katup berbentuk semilunar. Ketika darah mengalir dari
ventrikel kiri ke dalam aorta , daun-daun katup menempel datar pada dinding
pembuluh. Ketika ventrikel berelaksasi maka kantung terisi darah dan
menggelembung, bertemu di tengah-tengah dan menutup lubang sepenuhnya
sehingga mencegah darah mengalir balik ke dalam ventrikel.
Katup pulmoner : menjaga lubang dari ventrikel kanan ke dalam trunkus pulmoner.
Struktur dan kerjanya mirip katup aorta.

C. Persyarafan Jantung
Jantung dipersyarafi oleh saraf otonom. Nervus vagus (saraf cranial ke-10)
memperlambat frekuensi jantung dan menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi
melalui hantaran impuls ke nodus sinuatrial. Saraf simpatis berfungsi sebaliknya.
Persarafan ganda jantung ini dikoordiansi oleh pusat jantung di medulla oblongata
otak.

6
Fisiologi Jantung
Fungsi jantung ialah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat
nutrisi lainsambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Ada
dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri. Keluaran jantung kanan
didistribusikan seluruhnya ke paru melelui arteri pulmonalis, dan keluaran jantung
kiri didistribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta.

Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot.
Selama kontraksi (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah
disemburkan ke luar. Selama  relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar
jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung
dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar
70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5L /
menit.(Brunner & Suddarth, 2002)

Sistem Sirkulasi (Vaskuler)


Kontraksi ventrikel akan mengalirkan darah ke semua bagian badan melalui sejumlah
pipa yang disebut arteri yang kemudian bercabang-cabang menjadi pembuluh-
pembuluh kecil yang disebut arteriol. Arteriol bercabang lagi untuk membentuk
jaringan pembuluh mikroskopis yang disebut kapiler. Darah kemudian terkumpul di
dalam pembulu-pembuluh kecil yang disebut venul yang kemudian bersatu dan
membentuk vena. Vena-vena akan bergabung satu sama lain dan akhirnya membawa
kembali darah ke jantung(Watson, 2001)
.

7
3.    Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
a)        Faktor Prenatal :
-       Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
-       Ibu alkoholisme.
-       Umur ibu lebih dari 40 tahun.
-       Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
-       Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
- Terkena sinar radiasi.
b)        Faktor Genetik :
-       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
-       Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
-       Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
-       Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

4.     Patofisiologis
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah 
jantung kiri sedangkan yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem
sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sistem sirkulasi sistemik
mempunyai tahanan yang tinggi.
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan
tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran
darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan
rendah. Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran
darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.

8
Kejadian ini disebut pirau (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas anatar
jantung : shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek
septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga
jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir
melalui defek tersebut ke ventrikel kiri  yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut
dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen
pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan
sianosis.

Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1.     Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia
2.     Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi
terhadap aktivitas.
3.      Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea
4.     Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.

9
Pathway penyakit jantung bawaan

Tekanan atrium septal


defect

Tekanan atrium kiri> atrium


kanan

Pirau atrium kiri ke kana

Vol. ventrikel kanan Vol.atrium kiri menurun


meningkat

Aliran darah ke paru Vol.ventrikel kiri menurun


meningkat

Cardiac output menurun


Peningkatan tekana paru

Suplai darah ke jaringan


Vol. paru menurun menurun

Gangguan difusi paru Sesak/dipsnea Hipoksia jaringan

Gangguan pertukaran gas Kerusakan kapiler paru sianosis

Keluarrnya cairan Pucat pada ekstremitas


intrvaskuler ke ekstra
vaskuler paru
Ketidak efektifan perfusi
Oedema pulmonal jaringan

Gangguan pertukaran gas

10
5.        Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF).
 Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
 Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
 Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
 Apnea
 Tachypnea
 Nasal flaring (cuping hidung)
 Retraksi dada
 Hipoksemia
 Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

6.        Pemeriksaan Diagnostik


a. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali) gambaran vaskuler paru meningkat.
b. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)

11
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
d. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
e. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

7.        Penatalaksanaan Medis


a. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan:
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
b. Medik : atasi gizi, infeksi dan kegagalan jantung. Pada kasus dengan defek kecil 
dan perkembangan baik tidak memerlukan operasi.
c. Pembedahan berupa banding, penutupan defek.
 Operasi paliatif: berupa banding (penyempitan) arteri pulmonalis untuk
mengurangi aliran darah ke paru. Setelah dilakukan banding kelak harus
diikuti dengan operasi penutupan defek sekaligus dengan membuka
penyempitan arteri pulmonalis.
 Penutupan defek septum ventrikel. Operasi dilakukan dengan sternotomi
median, dengan bantuan mesin jantung-paru.

12
8.        Komplikasi
a. Endokarditis
b. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
c. CHF
d. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
e. Enterokolitis nekrosis
f. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
g. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
h. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
i. Aritmia
j. Gagal tumbuh

13
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL

a) Keluhan utama
Ibu mengatakan anak nya sesak nafas dan kuku tangan dan kaki nya
kebiruan.
b) Riwayat kesehatan sekarang.
Biasanya pasien datang ke RSUD dr.Drajat Prawiranegara dengan
keluhan sesak nafas dan kuku tangan dan kaki nya kebiruan
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami sesak sepertiini dan pernah di rawat
di RS.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada kasus seperti ini di anggota keluarganya ada yang memiliki
riwayat penyakit jantung.
e) Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : kualitatif : CM s/d Coma
Kuantitatif :
c. Tekanan darh :sistole/diastoleol
- Nilai normal sistole <130 mmHg diastole <85 mmHg
- Nilai MAP (mean atrial pressure)
Sistole + diastole :
2

Kesimpulan : MAP Minimal 70 mmHg : perfusi ginjal yang memadai


d. Nadi : .......(N: biasanya pada kasus PJB nadi nya cepat)

14
e. Suhu :........(N: 35 C -37 C)
f. RR :...........(biasanya pada kasus PJB respirasi sesak )

f) Pemeriksaan sistematika /persistem


1. Sistem pernafasan
Pola nafas dispneu, bentuk dada simetris,tidak ada nyeri tekan pada
sinus,mukosa hidung merah muda
2. Sistem kardiovaskuler/limfe
 inspeksi : mukosa bibir berwarna biru tidak ada pembesaran getah
bening,tidak ada distensi vena jugularis, ada edema
 palpasi : akral dingin teraba,pada saat crt waktu kembali <2
detik,denyut nadi
 perkusi : bunyi perkusi ics 1 sampai antara ics 8 dan 9 pekak dan
ics 10 sampai 12 resonan
 auskultasi : adanya suara tambahan (murmur)
3. Sistem pencernaan
 inspeksi : konjungtiva tidak anemis, adanya stomatitis pada
mukosa mulut,bentuk abdomen simetris,turgor kullit abdomen
elastis
 auskultasi : bising usus 8xpermenit
 palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
 perkusi : bunyi perkusi timpani
4. Sistem persyarafan
 nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencim bau-bauan di
sekitarnya
 nervus II (optikus) : klien dapat melihat dengan jarak 2m, klien
tidak menggunakan kacamata

15
 nervus III (okulametorius) : klien dapat menggerakan bola mata
kesamping dan keatas
 nervus IV (traklearis) : meggerakan bola mata ke atas dan kebawah
normal
 nervus V (trigeminus) : klien dapat mengedipkan matanya dengan
baik
 nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata
kesamping
 nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
 nervus VIII (akustikus) : pendengaran telinga kanan dan teliga kiri
baik
 nervus IX (glosefaringeus) : klien dapat menelan dengan baik
 nervus X (vagus) : klien bisa membuka mulut
 nervus XI (spinal accesory) : klien dapat mengangkat bahu kanan
dan kirinya , juga bisa memutar kepalanya
 nervus XII (hipoglesal) : pergerakan lidah klien bebas dan tidak
ada gangguan
5. Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, penyebaran bulu mata merata,mata terllihat
normal,tidak ada kemerahan atau bengkak pada kelopak mata,
konjugtiva merah muda,tidak ada kelainan pada mata.
6. Sistem pendengaran
 Inspeksi : telinga kiri dan kanan simetris
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
7. Sistem perkemihan
 Inspeksi : Tidak terpasang kateter
8. Sistem muskulokelestal

16
Bentuk tubuh simetris, bentuk tubuh ekstremitas atas dan bawah
simetris, tidak ada edema, tidak terpasang infus, tidak ada fraktur,
kemampuan bergerak aktif.
9. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada pembesaran
kelejar tiroid.
10. Sistem integumen
 Insfeksi :Keadaan kulit tampak bersih, ada lesi atau pecah-pecah
dan , bibir sianosis, pertumbuhan bulu merat

17
 Pola kebiasaan sehari-hari

no Pola Sebelum sakit Saat sakit


1 Pola makan & Minum 3x / hari 2x / hari
1 piring ¼ piring
1 piring 3- 4 sendok
-

Air putih Air putih, susu


5-6 gelas 3-5 gelas

2 Pola Istirahat & Tidur 7-8 jam / hari 5-6 jam/ hari
1-2 jam/hari 1-2 jam (sering
bangun)
3 Personal higiene Mandi, sikat gigi Sikat gigi

4 Eleminasi 3xsehari 3x sehari


BAB kuning kuning

2xsehari 1x sehari
BAK
kuning kuning
padat padat
5 Pola aktivitas Tidak ada Di bantu
Tidak ada Di bantu
6 Kebiasaan lain Sering Tidak
mengangkat mengangkat
beban berat beban berat

A. Data psikologis
1. Status emosi

18
Ibunya mampu untuk mengontrol emosinya, ibunya tidak cepat
tersinggung, ibunya ketika tersinggung hanya diam saja.
2. Kecemasan ibu
Ibu cemas, selalu bertanya dengan perawat apakah bisa sembuh dari
penyakitnya. Kecemasan ibu termasuk cemas ringan
3. Konsep diri
a. Citra tubuh
Ibunya menyukai tubuh anaknya terutama bagian rambutnya
b. Identitas diri
ibunya merasa senang dengan profesinya
c. Peran
Sebagai ibu rumah tangga
d. Ideal diri
Ibunya berharap anaknya cepat sembuh
e. Harga diri
Ibunya adalah pekerja yang rajin
4. Koping mekanisme yang digunakan
B. Data sosial
1. Pola komunikasi
Ibunya bericara dengan tenang dan berbicara dengan jelas
2. Pola interaksi
Ibunya berinteraksi dengan baik dengan perawat,keluarga,dan klien
lain
C. Data Spiritual
Ibunya melaksanakan ibadahnya dengan baik
D. Data penunjang
 Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara
signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningka

19
 Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih
dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi
praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri ke kanan
 Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
 Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan,
pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri
pada PDA yang lebih besar.
 Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih
jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada
kecurigaan defek tambahan lainnya.

20
E. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. Gangguan pertukaran gas Tekanan atrium septal Gangguaan
b.d kongestipulmonal defect pertukaran gas b.d
Ds : - ibu menagtakan kongesti pulmonal
anaknya sesak nafas. vol.paru menurun
Do :
- pasien tampak sesak/dispneu
sesak
kerusakan kapiler paru

keluarnya cairan
intravaskuler ke ekstra
vaskuler paru

Oedema pulmonal

Gangguan pertukaran gas


a. Ketidakefektifan tekanan atrium septal Ketidakefektifan
perfusi jaringan b.d defect perfusi jaringan b.d

21
ketidakefektifan ketidakefektifan
suplai oksigen suplai darah suplai oksigen
kejaringan kejarinagnmenurun kejaringan

Ds : hipoksia jaringan
- Ibu mengatakan
bibr dan tangan Sianosis
anaknya kebiruan
Do : pucet pada ekstremitas
- Bibir dan tangan
sianosis Ketidakefektifan perfusi
jaringan

F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguaan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d ketidakefektifan suplai
oksigen kejaringan

G. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan (NOC) (NIC)
1 Gangguaan - Mendemonstrasikan -posisikan pasien untuk
pertukaran gas b.d batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
kongesti pulmonal nafas yang bersih tidak ada -identifikasi pasien
sianosis dan dispneu, perlunya pemasangan
mampu bernafas dengan alat jalan nafas,nafas
mudah tidak ada pursed bantuan
lips -monitor pola nafas

22
-monitor suara nafas
-Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
2 Ketidakefektifan -mendemonstrasikan status -intruksikan keluarga
perfusi jaringan b.d sirkulasi yand di tandai untuk mengobservasi
ketidakefektifan dengan tekanan sistol dan kulit jika ada peruban
suplai oksigen diastole dengan rengtang warna kulit.
kejaringan yang di harapkan. -monitor ada nya daerah
- mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
kemampuan kognitif yang terhadap panas atau
di tandai dengan dingin.
berkomunukasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemumpuan, menunjukan
fungsi sensori motori
cranial yang utuh: tngakat
kesadaran yang baik, tidak
ada gerakan gerakan
involunter.

H. Evaluasi

23
No Tanggal Perkembangan Nama dan TTD perawat
dan waktu (SOAP)
1. S : ibu mentakan anaknya masih
sesak nafas.
O : pasien terlihat sesak.
RR: 26x/menit
A :Masalahy belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
- Posisikan pasien untuk
mekmaksimalkan ventilasi
- Kaji tanda tanda vital

2.
S : ibu mengatak anak bibir dan
tangan anak nya tidak kebiruan
lagi..
O : tidak adanya kebiruan pada
bibir dan tangan nya.
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan.

BAB III

24
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah
besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit
jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit
jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia  beberapa
minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meniinggal pada waktu bayi.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa.
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi beberapa faktor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
kelainan-kelainan jantung bawaan, yaitu faktor prenatal dan faktor genetik.
B. Saran
1. Untuk klien yang menderita penyakit jantung bawaan, agar membatasi diri
dalam beraktifitas sehingga tidak memperbesar beban kerja jantung.
2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari
konsep dasar penyakit jantung bawaan dan asuhan keperawatannya sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar.
3. Untuk institusi pedidikan tempat kami belajar, agar menambah koleksi buku
keperawatan medikal bedah yang terbaru sehingga mempermudah mahasiswa
mencari referensi buku di perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

25
Kusuma,hardi (2015).Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 2.jogja. mediaction.
Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika.
Ngastiyah. (2007). Perawatan anak sakit. Jakarta. EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai