Yang dimaksud fraud dalam hal ini adalah semua D. Pilar dan Penerapan Strategi Anti Fraud
tindakan penyimpangan atau pembiaran yang
sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau
memanipulasi Perseroan, nasabah, atau pihak lain, yang
4 Pilar Strategi
terjadi di lingkungan Perseroan dan/atau menggunakan Anti Fraud
sarana Perseroan sehingga mengakibatkan Perseroan,
nasabah, atau pihak lain menderita kerugian, dan/atau Deteksi
Investigasi, Pelaporan Pemantauan, Evaluasi &
Pencegahan
dan Sanksi Tindak Lanjut
pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik
Mengidentifikasi & Menggali informasi sistem Memantau & mengevaluasi
secara langsung maupun tidak langsung. Mengurangi potensi
terjadinya fraud
menemukan kejadian pelaporan & pengenaan kejadian fraud serta tindak
fraud sanksi atas kejadian fraud lanjut yang diperlukan
Perseroan telah berupaya untuk menerapkan strategi Whistleblowing system (pengaduan pelanggaran) merupakan
anti fraud dengan terus meningkatkan kesadaran dan sarana komunikasi bagi pihak internal dan pihak eksternal
kewaspadaan karyawan terhadap tindakan fraud antara Perseroan untuk melaporkan tindakan fraud atau pelanggaran
lain melalui sarana pembelajaran e-learning, pelatihan yang dilakukan oleh pelaku di internal Perseroan. Pelaporan
(in class training), komik, poster, video, dan sebagainya. harus didasari itikad baik dan bukan merupakan suatu
keluhan pribadi ataupun didasari kehendak buruk/fitnah.
Contoh poster anti fraud :
Kebijakan whistleblowing system Perseroan dituangkan dalam
Surat Keputusan Direksi No. 183/SK/DIR/2012 tanggal 12
Desember 2012 tentang Penerapan Whistleblowing System
BCA yang telah diperbaharui dalam Surat Keputusan Direksi
No. 146/SK/DIR/2017 tanggal 1 November 2017 tentang
Penerapan Whistleblowing System BCA .
2. Kategori laporan
Fraud Tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu,
atau memanipulasi Perseroan, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Perseroan dan/
atau menggunakan sarana Perseroan sehingga mengakibatkan Perseroan, nasabah, atau pihak lain
menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Tindakan yang menyebabkan suatu kondisi di mana seseorang dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai kepentingan di luar kepentingan dinas, baik yang menyangkut kepentingan
Pelanggaran benturan
pribadi, keluarga, maupun kepentingan pihak-pihak lain sehingga Insan Perseroan tersebut dimungkinkan
kepentingan
kehilangan obyektivitasnya dalam mengambil keputusan dan kebijakan sesuai wewenang yang telah
diberikan Perseroan kepadanya.
Pelanggaran hukum Tindakan yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia.
C. Penanganan Pengaduan
Berikut ini merupakan alur penanganan pengaduan terkait whistleblowing system di Perseroan:
Unit Kerja :
Pengelola whistleblowing system : Biro Anti Fraud • melakukan investigasi atau
• menerima laporan dan • melakukan verifikasi dan analisa tindak lanjut
memastikan laporan sesuai data • menyerahkan hasil investigasi
kriteria • melakukan koordinasi serta atau tindak lanjut kepada pelahat
• meneruskan pengaduan kepada tindak lanjut dengan unit kerja pemutus (apabila terbukti fraud)
Biro Anti Fraud • menginformasikan status ke Biro
Anti Fraud
Yang dimaksud penyimpangan (internal fraud) adalah fraud yang dilakukan oleh pengurus, pengawas, pegawai tetap,
pegawai tidak tetap (honorer) dan/atau tenaga kerja alih daya (outsourcing). Nominal penyimpangan yang diungkapkan
adalah penyimpangan bernilai lebih dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pada tahun 2017, terdapat 10 (sepuluh) kasus penyimpangan internal (internal fraud).
Jumlah kasus yang dilakukan oleh:
Anggota Direksi dan anggota Pegawai Tidak Tetap dan
Pegawai Tetap
Internal Fraud dalam 1 tahun Dewan Komisaris Tenaga Kerja Alih Daya
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
sebelumnya berjalan sebelumnya berjalan sebelumnya berjalan
Total Fraud - - 2 10 - -
Telah diselesaikan - - 2 4 - -
Dalam proses penyelesaian - - - 3 - -
di internal Perseroan
Belum diupayakan - - - - - -
penyelesaiannya
Telah ditindaklanjuti melalui - - - 3 - -
proses hukum
III. ANTI GRATIFIKASI yang terjalin tercampur oleh hubungan pribadi dan
membuat kepentingan Perseroan berbenturan dengan
A. Latar Belakang kepentingan pribadi.
Kepercayaan masyarakat umum dan pelaku pasar
terhadap Perseroan sangat dipengaruhi oleh etika Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan
perilaku seluruh jajaran Insan Perseroan mulai dari kepercayaan masyarakat, mendukung Undang-Undang
Dewan Komisaris, Direksi, jajaran manajemen sampai No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
seluruh karyawannya. Kepercayaan ini sangat penting Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
untuk membina dan memelihara hubungan bisnis Tindak Pidana Korupsi serta mendukung pelaksanaan
dengan nasabah dan pihak ketiga lainnya yang prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
berhubungan dengan Perseroan. Direksi Perseroan memandang perlu untuk menetapkan
ketentuan mengenai benturan kepentingan, yang
Dalam prakteknya, potensi terjadinya hubungan dimaksudkan untuk memberikan pedoman jajaran
yang mengarah pada hal-hal yang lebih bersifat Insan Perseroan sebagai individu dalam berhubungan
pribadi cukup besar, sehingga hubungan bisnis dengan nasabah, rekanan, maupun dengan sesama
rekan pekerja.
• Seluruh jajaran Insan Perseroan dilarang meminta Kebijakan anti gratifikasi bersifat mengikat dan
atau menerima, mengijinkan atau menyetujui harus dipahami serta dilaksanakan sungguh-
untuk menerima suatu hadiah atau imbalan dari sunguh oleh seluruh jajaran Insan Perseroan sebagai
pihak ketiga yang mendapatkan atau berusaha bagian dari Kode Etik Bankir dan dalam rangka
mendapatkan pekerjaan atau pesanan yang mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola
berkaitan dengan pengadaan barang maupun jasa perusahaan yang baik. Apabila terjadi pelanggaran
dari Perseroan. atau ketidakpatuhan terhadap kebijakan ini, maka
pelanggarnya dapat dikenai sanksi sesuai dengan
• Dalam hal nasabah, rekanan, dan pihak-pihak lain tingkat pelanggarannya.
memberikan bingkisan pada saat-saat tertentu,
seperti pada Hari Raya atau pada perayaan Hal tersebut sudah menjadi budaya Perseroan untuk
lainnya, apabila: tidak menerima pemberian atau imbalan dari nasabah,
- akibat penerimaan bingkisan tersebut debitur, vendor, rekanan, mitra kerja dan pihak ketiga
diyakini menimbulkan dampak negatif dan lainnya atas jasa yang diberikan oleh karyawan
memengaruhi keputusan Perseroan, dan Perseroan dalam menjalankan tugasnya.
- harga bingkisan tersebut di luar batas yang
wajar.
TRANSAKSI AFILIASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN
Anggota jajaran Insan Perseroan yang menerima Perseroan telah memiliki kebijakan terkait transaksi afiliasi
bingkisan tersebut harus segera mengembalikan dan benturan kepentingan sebagaimana tercantum dalam
bingkisan tersebut disertai penjelasan secara Surat Keputusan Direksi No. 079/SK/DIR/2017 tentang
sopan bahwa seluruh jajaran Insan Perseroan tidak Transaksi Afiliasi dan Transaksi yang Mengandung Benturan
diperkenankan menerima bingkisan. Kepentingan tanggal 21 Juni 2017 yang berpedoman pada
Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.1, Lampiran Keputusan Ketua
C. Komitmen Bersama Bapepam-LK No. KEP-412/BL/2009 tanggal 25 Nopember
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dan komitmen 2009 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan
Perseroan dalam melaksanakan tata kelola perusahaan Transaksi Tertentu.
yang baik maka seluruh jajaran Insan Perseroan
diwajibkan untuk: