Dosen :
Bapak Mustaqim, S.sos., M.I.Kom
Di susun oleh :
Franesya Amara Adistira Putri
Widya Ismiriadi
Fadli rayhan
Semester :
III / Malam
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan social yang mengadakan
interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan yang sama.
1. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang
hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling memengaruhi.
Horfon menjelaskan bahwa kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan
keanggotaannya dan saling berinteraksi.
Kedua ahli sosiologi ini mendefinisikan kelompok sosial sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau
lebih manusia dan di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh anggota
atau orang lain secara keseluruhan.
4. Mayor Polak
Polak mengartikan kelompok sosial sebagai sejumlah orang yang satu sama lain memiliki hubungan
sebagai sebuah struktur untuk memenuhi kepentingan bersama.
5. Wila Huky
Kelompok sosial menurut Huky adalah suatu unit yang terdiri atas dua atau lebih yang saling berinteraksi
atau saling berkomunikasi.
6. George Homans
Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan
untuk membuat sesuatu keseluruhan yang terorganisir dan berhubungan secara timbal balik.
7. Robert K. Merton
Diambil dari buku yang ditulis oleh Kamanto Sunarto, kelompok sosial menurut Merton adalah
merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
4
SEJARAH DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun 1940-an,
diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari proses
interaksi antar anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi Jerman
penganut aliran gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang terkenal
dengan Force-Field Theory
Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur
masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Zaman liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi
dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu
penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya
Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan
lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar.
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From
Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul
solidaritas dalam kehidupannya.
5
.PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.
Dinamika kelompok merupakan sebuah konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-
ubah
Berdasarkan motivasi
6
Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan organisasi
Berdasarkan interdependensi
Berdasarkan interaksi
Pada tahap ini setiap individu dalam kelompok melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota
lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba
berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Bersamaan dengan
tampilnya perilaku individu yang berbeda-beda tersebut, secara perlahan-lahan, anggota
kelompok mulai menciptakan pola hubungan antar sesama mereka Pada tahap pertama inilah
secara berangsur-angsur mulai diletakkan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan
dengan tugas-tugas kelompok, atau yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi anggotanya,
bangkan mungkin dengan kelompok-kelompok pesaing dalam berusaha.
2) Tahap Pancaroba
Upaya memperjelas tujuan kelompok mulai tampak, partisipasi anggota meningkat. Sadar atau
tidak sadar, pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-
masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai
terjadinya konflik satu sama lain, karena setiap anggota mulai semakin menonjolkan aku-nya
masing-masing. Salah satu ciri penting dari fase ini adalah dengan berbagai cara apapun
anggotanya akan saling mempengaruhi di antara satu sama lain.
Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota kelompok mulai
melihat karakteristik kepribadian masing-masing secara lebih mendalam, sehingga lebih
memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik, bagaimana berkomunikasi dengan orang-
7
orang tertentu, bagaimana cara membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang
lain dalam kelompok. Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya
(trust) serta kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan
keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai perilaku
yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau norma kelompok,
agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efesien dalam memecahkan masalah yang dihadapi
bersama.Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh
keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh dengan
keragu-raguan dan konflik satu sama lain akibat ketertutupan diri, telah berubah menjadi sarana
untuk pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan kelompok. Selain itu sudah jelas pula
peran apa yang harus dimainkan oleh setiap anggota dalam penyelesaian pekerjaan kelompok
sesuai dengan kemampuan yang bisa ia berikan kepada kelompok.
4) Tahap Berprestasi
Kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang
satu dengan yang lainnya, norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta
peran masing-masing anggota telah jelas, ada keterbukaan dalam komunikasi dan keluwesan
dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang.
8
Pada tahap ini kelompok sudah mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan
tugas yang mereka hadapi. Anggota kelompok saling terbuka dan mengeluarkan ide-ide
dan perspektif mereka masing-masing. Sehingga kemungkinan tejadinya konflik.
Contoh : Kelompok kecil mahasiswa ospek yang telah saling mengenal tersebut
dihadapkan pada suatu permainan kelompok. Ketika mencari jalan keluar untuk
menyelesaikan permainan tersebut, beberapa anggota telah mulai berani mengungkapkan
pendapat. Pendapat yang bervariasi memungkinkan terjadinya konflik.
3. Tahap 3 – Norming
Pada tahap ini sudah terdapat kesepakatan antara anggota kelompok. Kelompok mulai
menemukan kesesuaian dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan
dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat
mempercayai satu sama lain seiring dengan melihat kontribusi penting masing-masing
anggota untuk kelompok.
Contoh: kelompok mahasiswa ospek tersebut mulai saling menentukan jalan keluar mana
yang mereka pilih untuk menyelesaikan permainan. Mereka membuat suatu kesepakatan
seperti menentukan siapa yang harus memimpin permainan dan siapa yang bekerja
menyelesaikan tugas permainan.
4. Tahap 4 – Performing
Pada tahap ini, kelompok dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas
dengan lancar dan efektif. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain dan
mereka saling respek dalam berkomunikasi.
Contoh: Kelompok mahasiswa ospek yang telah menentukan peraturan dan fungsi
anggota memulai mengerjakan permainan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.
5. Tahap 5 – Adjourning
Ini adalah tahap terakhir dalam kelompok dimana proyek tugas atau pekerjaan berakhir
dan kelompok membubarkan diri.
Contoh: kelompok mahasiswa ospek telah menyelesaikan permainan dan ospek telah
berakhir. Sehingga mereka membubarkan kelompok mereka.
2.7.STRUKTUR KELOMPOK
Struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara individu-individu dalam kelompok sesuai posisi dan
peranan masing-masing. Struktur kelompok harus sesuai/mendukung tercapainya tujuan.Yang
berhubungan dengan struktur kelompok yaitu:
9
a)Struktur Komunikasi
Sistim komunikasi dalam kelompok harus lancar agar pesan sampai kepada seluruh angota,
komunikasi yang tidak lancar akan menimbulkan ketidakpuasan anggota, pada gilirannya
kelompok menjadi tidak kompak.
b)Struktur Tugas atau Pengambilan Keputusan
Pembagian tugas harus merata dengan memperhatikan kemampuan, peranan, dan posisi masing-
masing anggota. Dengan demikian seluruh anggota kelompok ikut berpartisipasi dan terlibat,
sehingga dinamika kelompok harus semakin kuat.
c)Struktur Kekuasaan atau Pengambilan Keputusan
Kedinamisan kelompok sangat erat dengan kecepatan pengambilan keputusan selain harus jelas
siapa yang mengambil keputusan dan ketidak cepatan (kelambatan) pengambilan keputusan
menunjukkan lemahnya struktur kelompok
d)Sarana Terjadinya Interaksi
Interaksi di dalam kelompok sangat diperlukan sedangkan dalam struktur kelompok harus
menjamin kelancaran interaksi, kelancaran interaksi memerlukan sarana (contoh ketersediaan
ruang pertemuan kelompok) dapat menjamin kelancaran interaksi antar anggota.
2.Type of roles
Benne dan Sheats (dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas:
10
Task role: anggota kelompok yang melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu pada
kelompok tersebut. Misalnya sebagai coordinator, elaborator, energizer, evaluatorcritic,
information giver, information seeker, dan opinion seeker.
Sociemotional role: Posisi anggota dalam kelompok untuk mendukung perilaku interpersonal
secara akomodatif. Misalnya compromiser, encourager, follower, dan harmonizer.
Individual role : peran individu yang tidak berkontribusi dengan besar, namun tetap dibutuhkan
perannya sebagai penopang kebutuhan kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan
help seeker.
Terdapat perbedaan dengan ketiganya karena setiap anggota akan tidak mudah untuk mencapai
task role dan sociemotional role secara bersamaan. Masing-masing telah memiliki spesifikasinya sendiri.
Spesifikasi tugas cenderung untuk mendapatkan pertanyaan lagi, menampilkan ketegangan, antagonisme,
dan perselisihan. Sedangkan spesifikasi sosioemosional menerima demostrasi dari solidaritas,
pengurangan ketegangan, dan solusi dari masalah. Namun bukan berarti anggota kelompok tidak mampu
menjalankan sekaligus. Bahkan ketika anggota kelompok melakukan keduanya, maka peran mereka akan
menjadi lebih efektif.
3.Role stress
Peran ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Kadang terdapat benturan sehingga menimbulkan konflik
dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi peran mereka menjadi kompleks.
Role ambiguity : ekspektasi yang tidak jelas tentang perilaku yang akan dilakukan oleh
individu yang menempati posisi dalam kelompok. Sehingga ketika hal ini dirasakan oleh
seseorang, maka dia akan kebingungan harus berperan seperti apa dalam kelompok
tersebut.
Role conflict : Konflik yang terjadi secara intragroup dan intraindividual yang
merupakan hasil dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang mengalami
pergolakan dengan perannya sendiri akibat dari peran oranglain yang tidak sesuai
sehingga mengacaukan perannya sendiri. Hal inilah yang dinamakan intrarole conflict.
Namun apabila ketidakcocokan antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole
conflict.
Role conflict group performance: konflik dari peran yang terjadi pada anggota
cenderung mengakibatkan konflik pada performa kelompok. Apabila hal ini terjadi maka
keberlangsungan kelompok secara tidak langsung akan terancam.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang saling memiliki hubungan dan saling
berinteraksi sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa kebersamaan dan rasa memiliki.Interaksi sosial
12
dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain.
Kebutuhan itulah yang dapat Manusia dan menimbulkan suatu proses interaksi sosial manusia dalam
hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain.Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan
realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana
alam yaitu contoh masalah sosial dalam masyarakat.
3.2 SARAN
1.Dapat menerima suatunya perubahan di dalam kehidupan bermasyarakat,karena dengan mengikuti
perubahan tersebut kita dapat memiliki rasa kebersamaan dan kekompakan di dalam kehidupan social.
2.Saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain,menghargai dan membuat ikatan yang erat
untuk persatuan dan kekompakan dalam kehidupan bersama dalam interaksi social.
13