Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN

(EKA 453 CP2)


SAP 1
Dosen: Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si

Oleh:
KELOMPOK 7

I PUTU LAKSMANA NARAYANA 1707531060/ (05)


NI MADE DWITARINI 1707531114/ (18)
NI KADEK DIAN KOTAMI 1707531120/ (19)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
A. SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Pengertian. Sustainable development adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk
menciptakan kesimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti ekonomi, sosial dan
lingkungan. Sustainable development juga dapat dikatakan sebagai upaya terus-menerus yang
merupakan bagian dari proses menuju kualitas kehidupan generasi kini dan mendatang yang
lebih baik secara ekonomi dan sosial dalam batas daya-dukung suportif sumberdaya alam dan
daya-tampung asimilatif lingkungan.
Konsep. Sustainable development mempunyai dua konsep kunci meliputi kebutuhan
dan keterbatasan. Kebutuhan, yakni kesadaran akan adanya kebutuhan para masyarakat
miskin dinegara berkembang. Keterbatasan, yaitu adanya keterbatasan dari teknologi dan
organisasi sosial yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan
generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Lingkup Kebijakan. Menurut dokumen PBB hasil World Summit tahun 2005,
sustainable development mencakup tiga lingkup kebijakan dimana kebijakan tersebut saling
terhubung satu sama lain serta merupakan pilar pendorong pembangunan berkelanjutan.
Kebijakan tersebut antara lain, kebijakan pembangunan ekonomi, pembangunan sosial serta
perlindungan lingkungan.
1. Dalam aspek ekonomi
Sustainable development berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi serta mencari cara
untuk bagaimana memajukan perekonomian dalam jangka panjang tanpa harus
menghabiskan modal alam.
2. Dalam aspek sosial
Sustainable development adalah pembangunan yang berkutat pada manusia dalam hal
interrelasi, interaksi, dan interpendensi. Dimana hal tersebut erat kaitannya dengan aspek
budaya. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan budaya
masyarakat agar masyarakat tetap bisa menjalani kehidupan dengan tenang.
3. Dalam aspek lingkungan
Sustainable development berkaitan dengan perlindungan lingkungan, dimana
pembangunan yang dilakukan harus senantiasa melibatkan aspek-aspek lingkungan agar
pesatnya pembangunan tidak lantas menghancurkan kelestarian lingkungan hidup.
Prinsip – Prinsip
Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan disebut juga sebagai the Earth
Chapter yang merupakan soft-low agreements yang memuat 27 prinsip pembangunan
berkelanjutan. Adapun prinsip yang menjadi unsur penting dalam pembangunan
berkelanjutan ada 10, diantaranya adalah:
1. Prinsip Kedaulatan dan Tanggung Jawab Negara (Souvereignity and state
responsibility).
Prinsip ini dirumuskan dalam  prinsip ke-2 Deklarasi Rio. Prinsip ini mengandung makna
bahwa setiap negara diakui kedaulatannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang berada dalam batas-batas teritorial atau yuriksi negara yang
bersangkutan. Namun kedaulatan atas hak atau pemanfaatan pelaksanaan hak harus disertai
tanggung jawab.

1
2. Prinsip keadilan antar generasi (Intergenerational equity).
Prinsip ini dirumuskan dalam prinsip ke-3 Deklarasi Rio. Prinsip ini mengandung makna
bahwa generasi sekarang memiliki kewajiban menggunakan sumber daya alam secara hemat
dan bijaksana serta melaksanakan konversi sumber daya alam sehingga sumber daya alam
tetap tersedia dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk dimanfaatkan oleh generasi
mendatang.
3. Prinsip keadilan intragenerasi (intragenerational equity).
Prinsip intragenerational equity ini dirumuskan dalam prinsip 5 dan Prinsip 6 Deklarasi Rio.
Prinsip ini mengandung makna bahwa kemiskinan dan kesejangan kehidupan dalam
masyarakat merupakan masalah-masalah yang perlu diberantas. Maka dari itu akses
pemanfaatan atas sumber daya alam tidak boleh dimonopoli oleh kelompok tertentu. Tetapi
sumber daya alam semestinya menjadi modal untuk peningkatan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan.
4. Prinsip keterpaduan antara perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan.
Prinsip ini tercermin dalam prinsip ke-4 Deklarasi Rio. Perwujudan dari prinsip keterpaduan
antara perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan adalah pemberlakuan AMDAL dan
perlunya ketersediaan informasi lingkungan dalam proses pengambilan keputusan
pemerintah.
5. Prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda (common but differentiaded
principle).
Prinsip ini dirumuskan dalam prinsip 7 Deklarasi Rio. Prinsip ini mengakui adanya tanggung
jawab Negara-negara maju dalam penanggulangan masalah-masalah lingkungan. Dalam
konvensi perubahan iklim Negara-negara maju diminta untuk memainkan peran utama dalam
penanggulangan perubahan iklim. Namun konsep tanggung jawab bersama, tetapi berbeda
merupakan masalah yang pelik di antara Negara-negara maju berkembang karena masih
belum begitu jelas sejauh mana konsep ini mengandung kewajiban hukum Negara-negara
maju untuk misalkan memberi bantuan keuangan, pembangunan kapasitas, alih teknologi
kepada negara -negara berkembangan dan tolerasi atas ketidaktaatan Negara-negara
berkembang terhadap konvesi perubahan iklim.
6. Prinsip tindakan pencegahan.
Prinsip pencegahan mewajibkan agar langkah pencegahan dilakukan pada tahap sedini
mungkin. Dalam konteks pengendalian pencemaran, perlindungan lingkungan paling baik
dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran daripada penanggulangan atau pemberian
ganti kerugian.  Dalam Deklarasi Rio pencegahan dirumuskan dalam prinsip 11. Prinsip ini
berhubungan dengan prinsip kehati-hatian.  Kedua prinsip menekankan pentingnya langkah
antisipasi pencegahan terjadinya masalah-masalah lingkungan.
7. Prinsip keberhati-hatian (precauntionary principle).
Prinsip keberhati-hatian dirumuskan dalam prinsip 15 Deklarasi. Prinsip ini mencerminkan
pengakuan bahwa kepastian ilmiah sering datangnya terlambat untuk dapat digunakan
menjadi dasar pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan. Langkah – langkah
pencegahan tidak boleh ditunda hanya karena alasan bahwa kerugian lingkungan belum pasti
terwujud atau karena adanya perbedaan pandangan di antara para ahli. Pengetahuan para ahli
tentang hubungan sebab akibat antara industrialisasi dan teknologi dengan lingkungan tidak
selalu sempurna dan serba pasti sehingga dampak negatif baru dapat diungkapkan atau

2
diketahui setelah bertahun-tahun kemudian. Dampak negatif itu sendiri sering kali bersifat
kerugian yang tidak dapat dipulihkan kembali (irreversible damage). Maka dari itu, langkah-
langkah perlindungan tetap perlu dilakukan meskipun terdapat ketidakpastian ilmiah tentang
dampak negatif  suatu rencana kegiatan.
8. Prinsip bekerjasama dan bertetangga baik dan bekerjasama internasional.
Prinsip ini dirumuskan dalam prinsip 18, 19, dan 27 Deklarasi Rio. Pada prinsip ke-18
mengandung pengertian bahwa Negara-negara yang mengetahui terjadinya bencana
lingkungan yang berkemungkinan membahayakan lingkungan negara tetangganya
berkewajiban untuk memberitahu negara tetangganya tentang bencana tersebut. Pada prinsip
19, mengandung makna bahwa Negara-negara yang di dalamnya wilayah mereka terdapat
kegiatan-kegiatan yang mungkin menimbulkan dampak negatif lintas batas, berkewajiban
untuk memberi tahu secepatnya Negara-negara tetangga tentang kegiatan-kegiatan itu dan
melakukan konsultasi awal dengan itikad baik. Sementara pada prinsip ke 27, mewajibkan
Negara-negara untuk membangun semangat kerja sama dengan itikad baik dan kemitraan
dalam mewujudkan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Deklarasi Rio.
9. Prinsip pencemaran berbayar.
Rumusan prinsip ke-16 Deklarasi Rio ini mengandung makna bahwa pemerintah negara
peserta Konferensi Rio harus menerapkan kebijakan internalisasi biaya lingkungan dan
penggunaan instrumen ekonomi. Internalisasi biaya berarti setiap pelaku usaha harus
memasukan biaya – biaya lingkungan yang ditimbulkan oleh usahanya ke dalam biaya
produksi.
10. Prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat.
Prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat atau kadang disebut prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dirumuskan di dalam Prinsip ke-10 Deklarasi Rio. Keberadaan
prinsip ini menegaskan  bahwa pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata urusan
aparatur pemerintah atau para ahli yang bekerja di instansi-instansi pemerintah, tetapi juga
warga atau masyarakat, baik secara perorangan maupun kelompok. Meskipun pemerintah
biasanya didukung oleh para ahli, rencana, kebijakan atau program pemerintah tidak dapat
begitu saja diterima dan dilaksanakan tanpa pelibatan masyarakat.
Unsur penting dari konsep peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
adalah bahwa warga, baik secara perorangan maupun kelompok, memiliki hak untuk
memperoleh informasi tentang lingkungan hidup dari instansi pemerintah yang menguasai
informasi. Maka dari itu, negara perlu membuat dan menyediakan prosedur atau mekanisme
yang memungkinkan bagi warga mengakses informasi yang tersedia. Negara juga perlu
mengembangkan prosedur administrasi maupun hukum yang memungkinkan masyarakat
untuk mempertahankan dan memulihkan hak-haknya.
Program Pilihan Perusahaan dalam Sustainable development
Kotler dan Lee mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk
melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus
sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang
bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah:

3
1. Cause promotions dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau
penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu
seperti, misalnya, bahaya narkotika.
2. Cause-related marketing bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan
sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode
waktu tertentu atau produk tertentu.
3. Corporate social marketing di sini perusahaan membantu pengembangan
maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk merubah perilaku tertentu yang
mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
4. Corporate philantrophy adalah inisitiatif perusahaan dengan memberikan
kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi ataupun
sumbangan tunai.
5. Community volunteering dalam aktivitas ini perusahaan memberikan bantuan
dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu
masyarakat setempat.
6. Socially responsible business practices, ini adalah sebuah inisiatif di mana
perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan
untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.

Tujuan. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan utama, yaitu berkelanjutan


ekologis, berkelanjutan ekonomi, dan berkelanjutan sosial. Target yang hendak dicapai
dituangkan dalam istilah Sustainable development Goals (SDGs). SDGs merupakan lanjutan
dari program Millenium Development Goals (MDGs). Program MDGs diupayakan berhasil
pada tahun 2000-2015 yang kemudian dilanjutkan oleh program SDGs hingga tahun 2030.
Pembahasan mengenai program SDGs dilakukan pada tahun 2015 dengan usulan adanya 17
tujuan yang harus tercapai, meliputi:

No Tujuan Target
.
1. Tanpa kemiskinan Peningkatan pendapatan bagi penduduk miskin,
kemudahan akses pelayanan, dan perlindungan
penduduk dari bencana
2. Tanpa kelaparan Jaminan akan konsumsi pangan aman dan bernutrisi
3. Kehidupan sehat dan Berkurangnya kematian ibu dan bayi, mengakhiri
sejahtera penyakit menular, kemudahan akses layanan
kesehatan, dan berkurangnya polusi
4. Pendidikan berkualitas Jaminan pendidikan dasar dan menengah secara gratis,
serta adanya program peningkatan keahlian
5. Kesetaraan gender Tidak adanya segala bentuk diskriminasi dan
kekerasan terhadap perempuan
6. Air bersih dan sanitasi layak Adanya pengelolaan sumber daya air yang
terintegerasi
7. Energi bersih dan Terwujudnya program energi terbarukan
terjangkau
8. Pekerjaan layak dan Banyaknya lapangan pekerjaan, berkurangnya
pertumbuhan ekonomi pengangguran, dan kesetaraan upah untuk pekerjaan

4
yang dinilai setara
9. Industri, inovasi, dan Kemudahan akses untuk teknologi informasi dan
infrastruktur komunikasi
10. Berkurangnya kesenjangan Penyetaraan dari sosial, ekonomi, dan politik
11. Kota dan permukiman yang Terciptanya tata ruang yang strategis dan peremajaan
berkelanjutan permukiman
12. Konsumsi dan produksi Terwujudnya manajemen limbah yang baik
yang bertanggung jawab
13. Perubahan iklim Meningkatknya kesadaran akan mitigasi perubahan
iklim
14. Ekosistem laut Jumlah konservasi meningkat, pencemaran laut
berkurang, dan kemudahan akses bagi nelayan
15. Ekosistem darat Berkurangnya degradasi habitat bagi keanekaragaman
hayati
16. Perdamaian, keadilan, dan Berakhirnya tindak korupsi dan jaminan pengambilan
kelembagaan yang tangguh keputusan yang representative dan responsif
17. Kemitraan untuk mencapai Meningkatnya kerjasama antar badan politik dan
tujuan masyarakat
B. SUSTAINABILITY ACCOUNTING DAN KAITANNYA DENGAN
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Saat ini ada 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan 169 indikator yang
bertindak sebagai pedoman global untuk pembangunan berkelanjutan. Mereka membantu
sektor korporasi dalam merestrukturisasi proses bisnis mereka sesuai dengan tantangan
zaman kita. Integrasi SDGs dan pengembangan berkelanjutan perusahaan strategi perlu
memformat ulang informasi yang ada dan penyediaan analitis dari proses pengambilan
keputusan atas dasar dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari pembangunan
berkelanjutan.
Dalam konteks ini, akuntan profesional berhubungan langsung dengan promosi
sustainable development melalui penerapan Sustainability Accounting serta inisiatif di tingkat
perusahaan. Berdasarkan Makarenko dan Plastun (2017) kontribusi akuntan profesional
dalam mencapai SDGs, yang paling relevan di antaranya adalah:
1. Memberikan kepemimpinan yang terlihat dan praktis untuk membantu mendorong
wawasan dan transparansi yang lebih besar yang dapat mengarah pada sistem pasar
modal yang lebih tercerahkan dan inklusif melalui keputusan berdasarkan perspektif
jangka panjang.
2. Membantu perusahaan, terutama perusahaan besar dan transnasional, mengadopsi
praktik bisnis yang berkelanjutan melalui pengintegrasian informasi keberlanjutan ke
dalam tata kelola, manajemen, dan pelaporan mereka
3. Lebih lanjut kembangkan layanan dukungan yang membantu akuntan berperan dalam
menanamkan pembangunan berkelanjutan ke dalam strategi dan operasi
4. Identifikasi dan evaluasi peluang untuk investasi dalam teknologi dan infrastruktur
baru untuk meningkatkan keberlanjutan organisasi
5. Mendorong dan mendukung konsistensi, aksesibilitas, dan kegunaan pengungkapan
dan pelaporan terkait iklim

5
6. Identifikasi cara inovatif untuk berkontribusi pada tujuan sosial, seperti meningkatkan
literasi keuangan
7. Memfasilitasi kontribusi profesi dalam pelaporan terintegrasi untuk menyeimbangkan
kembali pengambilan keputusan ekonomi dan pasar modal demi penciptaan nilai
jangka panjang
8. Secara kolektif pertimbangkan di mana profesi dapat berkontribusi, terutama dalam
hal di mana perspektif dan pengaruhnya dinilai, dan kemitraan dan kolaborasi mana
yang akan meningkatkan kontribusinya.
Peran fungsional akuntan profesional dan Sustainability Accounting jelas berkorelasi
dengan gradasi perusahaan untuk pembangunan berkelanjutan. Pada tingkat strategis akuntan
menggunakan otoritas mereka sebagai pencipta nilai-nilai, pada tingkat operasi mereka
bertindak sebagai penyedia nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dan pada pelaporan
tingkat mereka bertindak sebagai penjaga dan wartawan. Tanpa peran akuntan, target-target
SDG mungkin hanya menjadi slogan-slogan cantik dalam laporan perusahaan. Akuntan harus
membangun awareness perusahaan dan sektor swasta akan pentingnya memasukkan SDGs
dalam strategi perusahaan mereka yang tercermin pada penerapan sustainability report pada
perusahaan.
Demikian peran akuntan profesional dan Sustainability Accounting dalam
pembangunan berkelanjutan perlu direvisi sesuai dengan kondisi ekonomi baru. Pada saat
yang sama, mekanisme kompetensi profesional untuk akuntan memerlukan penyelidikan
lebih lanjut, karena berbagai kelompok akuntan bertanggung jawab atas pelaporan
berkelanjutan yang berkualitas tinggi dan dapat diandalkan yang merupakan dasar informasi
dan dukungan analitis pembangunan berkelanjutan. 

C. PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)


adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya), perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang
di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi,
misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai
kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.
CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu
perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan,

6
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang
saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Berikut terdapat beberapa
pengertian tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR):
1. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan
CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya
beserta seluruh keluarganya.
2. Dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) No.51/POJK.03/2017 juga menjelaskan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan adalah komitmen untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya.
3. ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang:
 Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;
 Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder
 Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional;
 Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik
kegiatan, produk maupun jasa.
4. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility atau CSR
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber
daya perusahaan.
5. Menurut Hohnen (2007) CSR adalah tentang kepekaan terhadap konteks - baik sosial
dan lingkungan - dan kinerja terkait. Ini adalah tentang bergerak melampaui niat yang
dinyatakan ke tindakan yang efektif dan dapat diobservasi serta dampak sosial yang
terukur.
DASAR HUKUM PENGUNGKAPAN CSR DI INDONESIA
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia diatur dalam
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1, 2, dan 3
menjelaskan: 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, 2)
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3) Perseroan
yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.51/POJK.03/2017 Pasal 2
dijelaskan bahwa LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik wajib menerapkan Keuangan
Berkelanjutan dalam kegiatan usaha LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik. Keuangan
Berkelanjutan adalah Keuangan Berkelanjutan adalah dukungan menyeluruh dari sektor jasa
keuangan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan menyelaraskan
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Pasal 8 dalam peraturan OJK ini juga
menjelaskan bahwa:
1) LJK yang diwajibkan melaksanakan TJSL wajib mengalokasikan sebagian dana TJSL
untuk mendukung kegiatan penerapan Keuangan Berkelanjutan.
2) Emiten yang bukan merupakan LJK dan Perusahaan Publik yang bukan merupakan
LJK namun diwajibkan melaksanakan TJSL dapat mengalokasikan sebagian dana
TJSL untuk mendukung kegiatan penerapan Keuangan Berkelanjutan.
3) Alokasi dana TJSL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Rencana
Aksi Keuangan Berkelanjutan.
4) Laporan penggunaan dana TJSL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dituangkan dalam Laporan Keberlanjutan.
Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan adalah dokumen tertulis yang menggambarkan
rencana kegiatan usaha dan program kerja LJK jangka pendek (satu tahun) dan jangka
panjang (lima tahun) yang sesuai dengan prinsip yang digunakan untuk menerapkan
Keuangan Berkelanjutan, termasuk strategi untuk merealisasi rencana dan program kerja
tersebut sesuai dengan target dan waktu yang ditetapkan, dengan tetap memperhatikan
pemenuhan ketentuan kehati-hatian dan penerapan manajemen risiko.
Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) adalah laporan yang diumumkan
kepada masyarakat yang memuat kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan Lingkungan
Hidup suatu LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik dalam menjalankan bisnis
berkelanjutan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hohnen, P. (2007). Corporate Social Responsibility - An Implementation Guide For


Business. In International Institute for Sustainable Development.
https://doi.org/10.1111/j.0955-6419.2005.00365.x
Otoritas Jasa Keuangan Indonesia. (2017). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51
/POJK.03/2017. 1–15.
Pemerintah Republik Indonesia. (2012). PP RI No 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. 1–8.
Wikipedia. (2019). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. https://id.wikipedia.org diakses
pada 13 November 2019.
Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate social responsibility: doing the most good for your
company and your cause / Philip Kotler and Nancy Lee. Source: Academy of
Management Perspectives, Vol. 20, pp. 90–93. Retrieved from
http://www.jstor.org/stable/4166242
Makarenko & Plastun. (2017). The Role of accounting in Sustainable Development. Source:
Accounting and Financial Control, Volume 1, pp. 4-11.

Ilmu Ekonomi ID. (2016). Pengertian Sustainable Development. https://www.ilmu-ekonomi-


id.com/2016/10/pengertian-sustainable-development-pembangunan-berkelanjutan.html.
diakses pada 8 Februari 2020
Priadi. (2012). Sejarah Singkat & Prinsip Sustainable Development Dalam Hukum
Lingkungan di Indonesia. http://lawdisfor.blogspot.com/2012/05/sejarah-singkat-
prinsip-sustainable.html. diakses pada 8 Februari 2020
Studio Belajar. (tt). Pembangunan berkelanjutan.
https://www.studiobelajar.com/pembangunan-berkelanjutan/. Diakses pada 8 Februari
2020
Umar. (2008). Sustainable Development.https://rexxarsosio.wordpress.com/2008/05/13/
sustainable-development-pembangunan-berkelanjutan/. Diakses pada 8 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai