Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan secara bertahap akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan pusat ekonomi baru, diantaranya seperti Industri-industri manufaktur dan
pengembangan kawasan industri berikut infrastruktur dan utilitas industri, area komersial dan
perumahan.Dimana Aspek-Aspek tersebut memang berpeluang besar untuk berkembang
dengan adanya Kondisi Pemindahan Ibu Kota.
Adapun dengan adanya pindahnya Ibu Kota RI, diperkirakan sekitar 1,5 juta orang
akan pindah ke Kalimantan. Dimana tentu saja, ini akan menggerakan roda perekonomian.
Sebab yang pindah, tentu membutuhkan banyak hal, mulai dari makannya, sekolah dan
tempat tinggal. Dan sangat jelas jika hal ini akan menciptakan multiplayer effect yang
luar biasa.
Bidang Sosial, Politik, dan Budaya – Pemindahan Ibu Kota juga dapat menggeser
pola pikir yang selama ini berorientasi pada Jawa-sentris menjadi Indonesia-sentris dan
lebih berorientasi pada upaya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dimana hal ini juga akan memperluas wawasan kebangsaan terhadap
keberagaman etnis dan budaya Indonesia.
Setelah diteliti mengenai pemekaran dampak yang akan terjadi pada lokasi ibukota negara
yang baru yakni dengan melihat adanya asumsi variable dan menentukan wilayah yang paling
member tarikan dan membawa dampak pertumbuhan ke sekitarnya guna bermanfaat untuk
perekonomian nasional. Dalam kajian yang telah dilakukan oleh bappenas, pemindahan
ibukota mampu meningkatkan perekonomian 0,1- 0,2% karena adanya dorongan investasi
baru.
Tantangan Pindahnya Ibu Kota Negara Indonesia
ke Wilayah Kalimantan
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, hasil analisa Indef memaparkan pemindahan ibu kota ke
Kalimantan Tengah tidak memberikan dampak terukur kepada pertumbuhan ekonomi
nasional, yakni hanya sebesar 0,0001 persen.
Pemindahan ibu kota hanya berdampak pada PDB Kalimantan Tengah sebesar 1,77 persen dan
Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen. Sisanya, rencana ini memberikan dampak negatif
kepada 32 provinsi lainnya.
Sementara itu, pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur tidak memberikan dampak sama
sekali kepada pertumbuhan ekonomi nasional atau 0,00 persen. Rencana ini hanya
menyumbang pertumbuhan ekonomi kepada Kalimantan Timur sebesar 0,24 persen,
Kalimantan Selatan dan Papua Barat masing-masing sebesar 0,01 persen. Sisa provinsi
lainnya, tercatat berdampak negatif.
Terkait konsumsi rumah tangga, hasil analisa Indef memaparkan pemindahan ibu kota ke
Kalimantan Tengah justru menyumbang penurunan konsumsi rumah tangga nasional sebesar
0,02 persen. Rencana ini hanya mampu mengerek konsumsi rumah tangga Kalimantan Tengah
sebesar 2,37 persen.
Soal belanja pemerintah, indikator ini terdampak lebih baik dibandingkan indikator
sebelumnya lantaran anggaran pemindahan ibu kota menyedot dana Rp323 triliun-Rp466
triliun. Indef mencatat pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah diprediksi menyumbang
pertumbuhan belanja pemerintah nasional sebesar 0,21 persen. Upaya pemindahan ibu kota
juga berkontribusi pada kenaikan belanja pemerintah Kalimantan Tengah sebesar 16,12
persen.
Untuk Kalimantan Timur, pemindahan ibu kota akan menyumbang belanja pemerintah
nasional sebesar 0,34 persen. Upaya pemindahan ibu kota juga berkontribusi pada kenaikan
belanja pemerintah Kalimantan Timur sebesar 16,12 persen.
Terkait ekspor dan impor, ternyata rencana pemindahan ibu kota juga tak berdampak
signifikan terhadap kinerja ekspor-impor.
Hasil analisa Indef menyebutkan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah
menekan ekspor nasional sebesar 0,01 persen. Ekspor dari Kalimantan Tengah juga berpotensi
berkurang 0,71 persen, Kalimantan Barat 0,02 persen, Kalimantan Selatan 0,02 persen,
Kalimantan Utara 0,01 persen, Kalimantan Timur 0,01 persen.
Sementara itu, jika ibu kota dipindah ke Kalimantan Timur, ekspor nasional akan tertekan
sebesar 0,01 persen. Pemindahan ibu kota juga berpotensi mengurangi ekspor dari Kalimantan
Timur sebesar 0,13 persen, Kalimantan Barat 0,01 persen, Kalimantan Tengah 0,01 persen,
Kalimantan Utara 0,02 persen.
Di sisi lain, kinerja impor di Kalimantan Timur justru berpotensi naik 0,22 persen dan
Kalimantan Utara sebesar 0,02 persen. Hanya saja, impor secara nasional diprediksi menyusut
0,01 persen. Pasalnya, hampir semua provinsi terdampak negatif di kisaran 0,01-0,05 persen.
Dimana salah satu yang harus diwaspadai pemerintah dalam memindahkan ibu kota adalah
dampak inflasi. Karena jika perpindahan dilakukan dengan mendadak dan cepat,
perekonomian regional dan nasional bisa mengalami shock, goncangan,
Hal lain yang harus diperhatikan adalah Kesenjangan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) daerah yang masih terjadi antara Pulau Jawa dengan daerah-daerah lain termasuk
Kalimantan. Karena katakanlah kalau masyarakat kawasan ibu kota baru belum siap, hal yang
didapati akhirnya adalah masyarakat di Jakarta atau kawasan SDM maju yang diserap, bukan
masyarakat setempat. Pemindahan ibu kota berisiko membebani APBN. Selain itu, ada pula
risiko gangguan operasional kegiatan pemerintahan jika proses pemindahannya tidak lancar.
Misalnya, tidak semua dokumen sudah tersimpan secara elektronik. Pemindahan ibu kota bisa
mengganggu pelayanan pemerintah terhadap swasta lantaran swasta juga kemungkinan harus
memiliki cabang untuk berurusan dengan pemerintah di ibu kota baru. Dan ada risiko
kerusakan lingkungan dan gejolak sosial budaya di ibu kota baru. Misalnya di Kalimantan,
budaya penduduk lokalnya berbeda dengan Jakarta
Adapun berikut Tantangan dan Tanggung jawab yang besar yang harus siap dihadapi dan
diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan Rencana Pindahnya Ibu Kota Negara
Indonesia.