Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fitri Rosdiani

Prodi : Akuntansi – Karyawan A (Semester 2)


NPM : 191104020625

Peluang Pindahnya Ibu Kota Negara Indonesia


ke Wilayah Kalimantan

Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan secara bertahap akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan pusat ekonomi baru, diantaranya seperti Industri-industri manufaktur dan
pengembangan kawasan industri berikut infrastruktur dan utilitas industri, area komersial dan
perumahan.Dimana Aspek-Aspek tersebut memang berpeluang besar untuk berkembang
dengan adanya Kondisi Pemindahan Ibu Kota.

Adapun dengan adanya pindahnya Ibu Kota RI, diperkirakan sekitar 1,5 juta orang
akan pindah ke Kalimantan. Dimana tentu saja, ini akan menggerakan roda perekonomian.
Sebab yang pindah, tentu membutuhkan banyak hal, mulai dari makannya, sekolah dan
tempat tinggal. Dan sangat jelas jika hal ini akan menciptakan multiplayer effect yang
luar biasa.

Adapun Aspek/Bidang yang potensial memberikan peluang terhadap Perkembangan


Perekonomian Indonesia adalah:

 Aspek Kemaritiman – Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan akan menumbuhkan


pusat-pusat Pelabuhan dan Logistik baru yang sejalan pula dengan konsep
pengangkutan barang melalui tol laut yang telah dirintis.

 Bidang Sosial, Politik, dan Budaya – Pemindahan Ibu Kota juga dapat menggeser
pola pikir yang selama ini berorientasi pada Jawa-sentris menjadi Indonesia-sentris dan
lebih berorientasi pada upaya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dimana hal ini juga akan memperluas wawasan kebangsaan terhadap
keberagaman etnis dan budaya Indonesia.

 Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi – Didapati peluang dari Pemindahan Ibu


Kota RI, yang berarti akan terjadi pemisahan antara pusat pemerintahan dan pusat
bisnis, juga akan mengurangi dampak negatif terhadap aktivitas ekonomi dan bisnis
jika terjadi ketegangan atau kegaduhan politik dan aksi-aksi demonstrasi di pusat
pemerintahan.

 Bidang Bisnis Sektor Pemukiman – Akan muncul banyak Masyarakat yang


berpindah menuju sekitar Ibu Kota baru. Hal tersebut terjadi disebabkan tingginya
permintaan karena datangnya Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai-pegawai
swasta yang bekerja di daerah ibu kota.

 Bidang Pertumbuhan Ekonomi – Terjadinya pemerataan pembangunan antar daerah.


Dimana proses penyiapan gedung-gedung dan infrastruktur baru di kota baru akan
dorong pertumbuhan ekonomi di lokasi baru tersebut serta daerah-daerah sekitarnya

 Bidang Pertahanan Indonesia – Pertahanan Indonesia masih cenderung terpusat di


Pulau Jawa. Tak hanya itu, pemindahan ibu kota juga akan meringankan beban Jakarta
dari sisi sosial ekonomi.
 Bidang Jasa – Diperkirakan Sektor Jasa akan menjadi tumpuan utama dalam
perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. Sektor jasa tersebut mencakup pelayanan
bidang kesehatan, pendidikan, jasa umum, dll sedangkan untuk sektor lainnya akan
ikut berkembang diperkirakan saat proyek pemindahan ibukota telah rampung.

Setelah diteliti mengenai pemekaran dampak yang akan terjadi pada lokasi ibukota negara
yang baru yakni dengan melihat adanya asumsi variable dan menentukan wilayah yang paling
member tarikan dan  membawa dampak pertumbuhan ke sekitarnya guna bermanfaat untuk
perekonomian nasional. Dalam kajian yang telah dilakukan oleh bappenas, pemindahan
ibukota mampu meningkatkan perekonomian 0,1- 0,2% karena adanya dorongan investasi
baru.
Tantangan Pindahnya Ibu Kota Negara Indonesia
ke Wilayah Kalimantan

Ekonom mengklaim pemindahan ibu kota memberikan Tantangan besar bagi Indonesia,


karena tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini berlaku untuk
pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan
Timur (Kaltim).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance mengatakan hal tersebut
tercermin dari berbagai indikator pertumbuhan ekonomi meliputi konsumsi rumah tangga,
investasi, dan belanja pemerintah, dan ekspor dan impor. Pemindahan ibu kota hanya
berdampak positif pada pertumbuhan PDB di tingkat regional Pulau Kalimantan. Namun
nilainya sangat kecil dan tidak signifikan,"

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, hasil analisa Indef memaparkan pemindahan ibu kota ke
Kalimantan Tengah tidak memberikan dampak terukur kepada pertumbuhan ekonomi
nasional, yakni hanya sebesar 0,0001 persen.
Pemindahan ibu kota hanya berdampak pada PDB Kalimantan Tengah sebesar 1,77 persen dan
Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen. Sisanya, rencana ini memberikan dampak negatif
kepada 32 provinsi lainnya.
Sementara itu, pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur tidak memberikan dampak sama
sekali kepada pertumbuhan ekonomi nasional atau 0,00 persen. Rencana ini hanya
menyumbang pertumbuhan ekonomi kepada Kalimantan Timur sebesar 0,24 persen,
Kalimantan Selatan dan Papua Barat masing-masing sebesar 0,01 persen. Sisa provinsi
lainnya, tercatat berdampak negatif.
Terkait konsumsi rumah tangga, hasil analisa Indef memaparkan pemindahan ibu kota ke
Kalimantan Tengah justru menyumbang penurunan konsumsi rumah tangga nasional sebesar
0,02 persen. Rencana ini hanya mampu mengerek konsumsi rumah tangga Kalimantan Tengah
sebesar 2,37 persen.

Soal belanja pemerintah, indikator ini terdampak lebih baik dibandingkan indikator
sebelumnya lantaran anggaran pemindahan ibu kota menyedot dana Rp323 triliun-Rp466
triliun. Indef mencatat pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah diprediksi menyumbang
pertumbuhan belanja pemerintah nasional sebesar 0,21 persen. Upaya pemindahan ibu kota
juga berkontribusi pada kenaikan belanja pemerintah Kalimantan Tengah sebesar 16,12
persen.
Untuk Kalimantan Timur, pemindahan ibu kota akan menyumbang belanja pemerintah
nasional sebesar 0,34 persen. Upaya pemindahan ibu kota juga berkontribusi pada kenaikan
belanja pemerintah Kalimantan Timur sebesar 16,12 persen.

Terkait ekspor dan impor, ternyata rencana pemindahan ibu kota  juga tak berdampak
signifikan terhadap kinerja ekspor-impor. 
Hasil analisa Indef menyebutkan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah
menekan ekspor nasional sebesar 0,01 persen. Ekspor dari Kalimantan Tengah juga berpotensi
berkurang 0,71 persen, Kalimantan Barat 0,02 persen, Kalimantan Selatan 0,02 persen,
Kalimantan Utara 0,01 persen, Kalimantan Timur 0,01 persen.
Sementara itu, jika ibu kota dipindah ke Kalimantan Timur, ekspor nasional akan tertekan
sebesar 0,01 persen. Pemindahan ibu kota juga berpotensi mengurangi ekspor dari Kalimantan
Timur  sebesar 0,13 persen, Kalimantan Barat 0,01 persen, Kalimantan Tengah 0,01 persen,
Kalimantan Utara 0,02 persen.
Di sisi lain, kinerja impor di Kalimantan Timur justru berpotensi naik 0,22 persen dan
Kalimantan Utara sebesar 0,02 persen. Hanya saja, impor secara nasional diprediksi menyusut
0,01 persen. Pasalnya, hampir semua provinsi terdampak negatif di kisaran 0,01-0,05 persen.
Dimana salah satu yang harus diwaspadai pemerintah dalam memindahkan ibu kota adalah
dampak inflasi. Karena jika perpindahan dilakukan dengan mendadak dan cepat,
perekonomian regional dan nasional bisa mengalami shock, goncangan,

Hal lain yang harus diperhatikan adalah Kesenjangan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) daerah yang masih terjadi antara Pulau Jawa dengan daerah-daerah lain termasuk
Kalimantan. Karena katakanlah kalau masyarakat kawasan ibu kota baru belum siap, hal yang
didapati akhirnya adalah masyarakat di Jakarta atau kawasan SDM maju yang diserap, bukan
masyarakat setempat. Pemindahan ibu kota berisiko membebani APBN. Selain itu, ada pula
risiko gangguan operasional kegiatan pemerintahan jika proses pemindahannya tidak lancar.
Misalnya, tidak semua dokumen sudah tersimpan secara elektronik. Pemindahan ibu kota bisa
mengganggu pelayanan pemerintah terhadap swasta lantaran swasta juga kemungkinan harus
memiliki cabang untuk berurusan dengan pemerintah di ibu kota baru. Dan ada risiko
kerusakan lingkungan dan gejolak sosial budaya di ibu kota baru. Misalnya di Kalimantan,
budaya penduduk lokalnya berbeda dengan Jakarta

Adapun berikut Tantangan dan Tanggung jawab yang besar yang harus siap dihadapi dan
diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan Rencana Pindahnya Ibu Kota Negara
Indonesia.

- Kabut asap yang sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman


Kabut asap di Palangkaraya yang kondisinya semakin mengkhawatirkan. Jika udara Jakarta
bermasalah dengan polusi dari aktivitas industri dan knalpot kendaraan bermotor, mungkin
Kalimantan juga memiliki masalah serupa. Hanya saja, gangguannya berupa kabut asap yang
disebabkan adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Salah satunya yang terjadi di Kota
Palangkaraya belakangan ini. Dilansir dari cnnindonesia.com, Papan monitor Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Palangka Raya pada Senin pukul 07.40 WIB menunjukkan
nilai ISPU dengan parameter partikel di udara yang berukuran kurang dari 10 mikron (PM10),
dan sempat da pada angka 650 atau sangat berbahaya.

- Terdapat sesar aktif penyebab gempa yang juga harus diwaspadai


Titik persebaran gempa yang juga ada di Kalimantan. Meski sepi dari pemberitaan soal
bencana, Kalimantan nyatanya tak sepenuhnya bebas dari ancaman tersebut. Menurut Kepala
Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan,
sesar gempa yang masih aktif di Kalimantan perlu mendapat perhatian khusus. Terlebih,
Kalimantan tergolong wilayah yang masih berpotensi terjadi gempa, meskipun hanya terjadi di
beberapa wilayah saja. “Di Kalimantan ada sesar aktif yakni sesar Meratus, Tarakan,
Sampurna. Ada juga sesar yang panjang yang sebelah utara dan selatan, itu sesar Adang.
Tapi itu [sesar] purba, ujarnya yang dikutip dari tirto.id.

- Biaya besar yang digunakan untuk memindahkan ibu kota


Menteri PPN-Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Persoalan biaya menjadi salah satu
faktor yang disorot saat wacana pemindahan ibu kota mulai bergulir. Berdasarkan hitung-
hitungan, dibutuhkan biaya hingga mencapai US$ 33 miliar atau Rp 466 triliun. Meski
demikian, kisaran tersebut belum final dan bahkan masih berubah-ubah jumlahnya. Menurut
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas), Bambang
Brodjonegoro menyebutkan, pembiayaan tersebut direncanakan akan dibagi empat sumber,
yakni mulai dari APBN, kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), proyek BUMN,
hingga proyek swasta murni.

- Pembangunan yang dilakukan diisyaratkan untuk tidak mengancam hutan


Kalimantan
Deforestasi hutan, sempat menjadi persoalan yang dikhawatirkan setelah bergulirnya wacana
pemindahan ibu kota. Seperti yang kita ketahui, Kalimantan kini telah menjadi salah satu
kawasan paru-paru dunia dengan hutan-hutannya yang lebat. Untuk hal ini, pemerintah
memastikan hal tersebut tidak terjadi dengan cara memilih lahan yang kosong. Hal ini berarti,
pembangunan yang dilakukan demi mewujudkan ibu kota baru tidak akan mencaplok luasan
hutan lindung yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai