Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas semua limpahan
nikmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca dan khusunya bagi kami penyusun makalah ini.Akhir kata,kami ucapkan
terimah kasih atas kesempatan yang di berikan kepada kami .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................1
D. MANFAAT PENULISAN..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. KESIMPULAN..........................................................................................20
B. SARAN......................................................................................................20
C. DAFTAR PUSTAKA................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu "ulum" dan "Al-Quran". Kata ulum adalah bentuk jama' dan kata "ilmu"
berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada Al-Qur'an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur'an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur'an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya.Contoh nya ilmu ilmu yang timbul dari alquran yaitu aqsamul qur’an,
Bada’i Qur’an, dan Tanasub Qur,an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca,
khususnya bagi para mahasiswa Jurusan Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan
Hukum agar dapat mengetahui tentang Asqamul Quran, Bada’I Qur’an dan
Tanasub Qur’an
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf
dan al-yamin, yang berarti sumpah. Bentuk asli dari qasam adalah dengan
menggunakan kata kerja aqsama atau ahlafa yang dimuta’adi(transitif)kan kepada
muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah) dengan huruf ba, setelah
itu baru disebutkan muqsam ‘alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan), atau
disebut juga dengan jawab qasam.
Jika demikian, maka pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu
tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia
sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.
B. Huruf-huruf Qasam
Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam, yaitu :
2
1. Huruf wawu, seperti dalam firman Allah swt . :
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)”. (QS. adh-Dhuha [93] : 1-2)
“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-
adakan”. (QS. an-Nahl [16] : 56)
1. Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih
nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf
ba’, wawu, ta’. Seperti firman Allah swt. :
“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. al-Qiyamah [75] : 1-2)
2. Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan
tidak pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada
jawab qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali
Imran [3] : 186)
D. Unsur-unsur Qasam
3
Unsur-unsur qasam dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Muqsim
2. Adat Qasam
Adat qasam adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk bersumpah, baik
menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat qasam
baik yang berbentuk uqsimu ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’ seperti
yang terdapat pada dalam surat an-Nahl.
3. Muqsam Bih
Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah sebagai penguat pembicaraan.
Sumpah dalam al-Qur’an ada kalanya dengan memakai nama yang Agung
(Allah), dan ada kalanya dengan menggunakan nama-nama ciptaan-Nya.
Umat Islam dilarang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Seperti
yang telah disabdakan Rasulullah saw.
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau berbuat
syirik.” (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
Muqsam ‘alaih yaitu isi atau bentuk berita yang dilakukan dalam bersumpah atau
sesuatu yang disumpahkan, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Seperti firman
Allah,
“Yaa siin Demi. Al Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah
seorang dari rasul-rasul" (QS. Yaasiin [36] : 1-3)
4
E. Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an
Qasam adalah taukid yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa yang kita
sebut. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an
dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada
yang sangat menantang, maka dikuatkan dengan sumpah, adalah untuk
menghilangkan keragu-raguan itu. Menurut syaikh manna’ al-qatthan, qasam
merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.
2.Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat percaya
dan menerima.
5
Bada'i al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas keindahan bahasa
dalam susunan Al-Qur'an baik mengenai sastra, keistimewaan, uslub, dan susunan
kalimat-kalimatnya
Seandainya ada suatu bacaan yang karena bacaan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan, bumi jadi terbelah, atau orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, sungguh itu adalah suatu bacaan yang mengagumkan. Adakah bacaan
seperti itu? Kalaupun ada itulah al-Qur`an.
ِ شيَ ِة هَّللا
ْ َص ِّدعًا ِمنْ َخ ِ لَ ْو أَ ْن َز ْلنَا ٰ َه َذا ا ْلقُ ْرآنَ َعلَ ٰى َجبَ ٍل لَ َرأَ ْيتَهُ َخا
َ ش ًعا ُمت
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah.”
[QS. Al-Hasyr [59]: 21]
Al-Qur`an adalah suatu bacaan yang memiliki sastra sangat indah dan tinggi.
Tidak ada satu pun manusia dari orang-orang Quraisy yang menjumpai turunnya
al-Qur`an lalu dapat menandingi sastranya. Padahal pada masa itu, sastra arab
mengalami kemajuan pada puncaknya.
Allah menantang orang-orang Quraisy untuk membuat satu kitab yang sama
dengan al-Qur`an. Untuk itu, turunlah ayat:
َ ض
ظ ِهي ًرا ُ س َوا ْل ِجنُّ َعلَى أَنْ يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل َه َذا ا ْلقُ ْرآ ِن ال يَأْتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَ ْو َكانَ بَ ْع
ٍ ض ُه ْم لِبَ ْع ُ ت اإل ْن ْ قُ ْل لَئِ ِن
ِ اجتَ َم َع
6
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.’” [QS. Al-Isra’ [17]: 88]
Ternyata mereka tidak sanggup membuat satu kitab yang serupa dengan al-
Qur`an. Maka, Allah menurunkan tantangannya hanya sepuluh surat. Untuk itu
turunlah ayat:
“Katakanlah, ‘Datangkanlah sepuluh surat yang serupa yang buatan sendiri dan
panggillah siapa saja semampu kalian selain Allah, jika kalian adalah orang-orang
yang benar.’” [QS. Hud [11]: 13]
7
Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu hubungan
persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum
atau sesudahnya. Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan
antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya.
Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu
untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-Qur’an yang
mulia.
B.Tentang Munasabah.
Pada bagian ini muncul pertanyaan, apakah ilmu munasabah itu ada atau tidak?,
dari pertanyaan ini muncul dua pendapat yang berbeda sebagai jawabannya.
Pertama, pihak yang mengatakan secara pasti pertalian yang erat antara surat
dengan surat dan antara ayat dengan ayat (munasabah). Pihak ini diwakili oleh
As-Syaikh ‘Izz Ad-Din Ibn ‘Abd As-Salam atau ‘Abd Al-‘Aziz Ibn, Abd As-
Salam (577-600 H).
Menurut aliran ini, munasabah adalah ilmu yang mensyaratkan bahwa baiknya
kaitan pembicaraan ( ) الكالم ارتبطitu bila antara permulaan dan akhiranya terkait
menjadi satu. Apabila hubungan itu terjadi dengan sebab yang berbeda-beda,
tidaklah diisyaratkan adanya pertalian salah satunya dengan yang lain.
Kalau Al-Munasabah ditinjau secara terminologis, dalam hal ini munasabah bisa
berarti suatu pengetahuan yang di peroleh secara Aqli dan bukan di peroleh
secara tauqifi. Dengan demikian, akallah yang berusaha mencari dan menemukan
8
hubungan-hubungan, pertalian, atau keserupaan antara sesuatu itu.Demikian Az-
Zarkasyi mengemukakan pendapatnya tentang persoalan munasabah.
Pihak kedua, mengatakan bahwa tidak perlu ada munasabah ayat, sebab pristiwa-
pristiwa tersebut saling berlainan. Al-Quran disusun dan diturunkan serta diberi
hikmah secara tauqifi dan tersusun atas petunjuk Allah.
Terlepas dari kedua pendapat diatas , munasabah telah merupakan bagian tak
terpisahkan dari ‘ulum Al-Quran. Apakah adanya munasabah itu ijtihadi atau
tauqifi barangkali akan dapat dijawab ketika memperhatikan telaah tentang kaitan
ayat dengan ayat atau surat dengan surat.
C. MACAM-MACAM MUNASABAH
Pada garis besarnya munasabah itu menyangkut pada dua hal, yaitu
hubungan antara ayat dengan dan hubungan surat dengan surat.
9
Fakhruddin Ar-Razi menyatakan bahwa “kehalusan / kelembutan” Al-
Quran terletak pada keserasian tata urut dan hubungan-nya. Sebagian ulama lain
menyatakan bahwa sebaik-baiknya pembicaraan adalah yang bagian satu
berkaitan dengan bagian lain sehingga tak terputus. Shubhi As-Shaleh.
menegaskan bahwa bahwa para ulama mensyaratkan adanya munasabah dalam
ayat itu apabila dua ayat atau lebih itu saling berhampiran. [20]
Hubungan antara ayat dengan ayat itu tidak selalu ada pada semua ayat Al-Quran.
Ayat yang satu dengan ayat lain adakalanya muncul secara jelas menunjukkan
hubungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Hubungan itu memberikan
kejelasan satu sama lain tentang maksud keseluruhan ayat.
Namun, ada juga hubungan yang tidak jelas. Kandungan makna suatu ayat
menjadi kabur karena kaitan kalimat satu dengan kalimat lain tidak di pahamkan
secara utuh. Hubungan “tidak” yang mengakibatkan samar-nya makna suatu ayat
bila dikaitkan dengan kalimat berikutnya dipersambung oleh ma’tuf ( معطوفhuruf
athof). Muhammad ‘Abduh memberikan tekanan dan perhatian pada ayat-ayat
yang dimulai dengan ياايهالذى امنو. Tetapi Al-Baqi’i justru menyatakan bahwa
semua ayat bahkan kalimat-kalimat dalam Al-Quran mempunyai ikatan satu sama
lain.
Hubungan antara ayat dengan ayat dalam Al-Quran terbagi dalam dua macam.
Pertama, hubungan yang sudah jelas antara kalimat terdahulu dengan kalimat
kemudian, atau akhir kalimat dengan awal kalimat berikutnya, atau masalah yang
terdahulu dengan masalah yang dibahas kemudian
Kedua,hubungan belum jelas antara ayat dengan ayat atau kalimat dengan
kalimat. Hubungan demikian terdiri dari dua macam lagi, yaitu
A. Ma’thufah
Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya huruf ‘athof ini mengisyaratkan
adanya hubungan pembicaraan.
Namun demikian, ayat-ayat yang ma’thuf itu dapat diteliti melalui bentuk susunan
berikut.
10
1 perlawanan/bertolak belakang antara satu kata dengan kata yang lain
Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras kepala, tidak
percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah
menerangkan watak orang mukmin yang berlawanan dengan orang-orang kafir.
[24] Al-Baqarah (2);3-4 :
ِز َلBا أُ ْنBB َك َو َمB ِز َل إِلَ ْيB) َوالَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ َما أُ ْن٣( َصالةَ َو ِم َّما َر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِقُون ِ الَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِا ْل َغ ْي
َّ ب َويُقِي ُمونَ ال
)٤( َاآلخ َر ِة ُه ْم يُوقِنُون ِ ِِمنْ قَ ْبلِ َك َوب
2) pindah kekata lain yang ada hubungannya atau penjelasannya lebih lanjut
Ayat tersebut menjelaskan tentang nikmat Allah. Sedang Ditengah dijumpai kata
َوىZZاسُ التَّ ْقZZَ َولِبyang mengalihkan pada penjelasan ini (pakaian). Dalam hal ini
munasabah yang dapat dilihat adalah antara menutup tubuh atau aurat dengan
kata-kata taqwa.
11
3) melepaskan kata kesatu ke kata lain, tetapi masih berkaitan
b) Kemudian menyebut و ُرBBُ نdan ٍةBBَ زَ ْيتُونyang meminta bantu darinya, lalu di
takhallush dengan menyebut ش ََج َر ٍة.
َّر َم ِنB ِا َولَ ِكنَّ ا ْلبBBس ا ْلبِ ُّر بِأَنْ تَأْتُوا ا ْلبُيُوتَ ِمنْ ظُ ُهو ِر َه ِ سأَلُونَ َك َع ِن األ ِهلَّ ِة قُ ْل ِه َي َم َواقِيتُ لِلنَّا
َ س َوا ْل َح ِّج َولَ ْي ْ َي
)١٨٩( َاتَّقَى َو ْأتُوا ا ْلبُيُوتَ ِمنْ أَ ْب َوابِ َها َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki
rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat
kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini. Ini merupakan
perumpamaan orang yang suka membolak-balikkan pertanyaan. Pertanyaan
demikian tidak baik.
12
B. Tidak Ada Ma’thufah
Dalam hal ini tidak ada ma’thufah dapat dicari hubungan maknawiyah-nya,
seperti hubungan sebab akibat. Ada tiga bentuk, yaitu ;
1) ( التنظيرberhampiran/berserupaan)
Huruf al-kaf ( َ )كpada ayat lima berfungsi sebagai pengingat dan sifat bagi fi’il
yang tersembunyi () مضمر فعل. Hubungan itu tampak dari jiwa itu. Maksud ayat
itu, Allah menyuruh untuk mengerjakan urusan harta rampasan, seperti yang
kalian lakukan pada perang badar meskipun kaummu membenci cara demikian
itu. Allah SWT menurunkan ayat ini agar kaum Nabi Muhammad SAW
mengingat nikmat yang telah diberikan Allah dengan diutusnya Rasul dari
kalangan mereka (surat Al-Baqarah(2)151) : َك َما أَرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َرسُوال ِم ْن ُك ْم, sebagai mana
juga kaummu membencimu (Rasul) ketika engkau mengajak mereka keluar dari
rumah untuk berjihad. Hubungan ini terjadi dengan ayat yang jauh sebelumnya.
Missal-nya surat Al-A’raaf ; 26, tentang pakaian takwa lebih baik. Allah
menyebutkan pakaian itu untuk mengingatkan manusia bahwa pakain penutup
aurat itu lebih baik. Pakain berfungsi sebagai alat untuk memperbagus apa yang
telah Allah ciptakan. Pakaian adalah penutup aurat dan kebejatan karena
membuka aurat adalah hal yang jelak dan bejat. Sedangkan penutup aurat adalah
pintu takwa.
3) ( المضا دةperlawanan)
Artinya; Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
13
Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang kafir itu. Ayat ini berlawanan
dengan ayat-ayat sebelumnya yang menyebutkan tentang kitab, orang mukmin,
dan petunjuk. Hal ini berkaitan dengan ayat 23 surat Al-Baqarah ;
َهدَا َء ُك ْم ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ إِنْ ُك ْنتُ ْمBBش ُ ِأْتُوا بBBَ ِدنَا فBBا َعلَى َع ْبBBَب ِم َّما نَ َّز ْلن
ُ واBBُ ِه َوا ْدعBBِو َر ٍة ِمنْ ِم ْثلBBس ٍ َوإِنْ ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي
)٢٣( َصا ِدقِين
َ
Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah di jelaskan sebagian dalam
uraian sebelumnya. Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah jelas.
Hanya saja, adanya ayat-ayat dalam bentuk ini dapat kita lihat misalnya dalam
surat Al-fatihah
Surat Al-Fatihah mengandung pokok ajaran agama Islam yang terkandung dalam
Al-Quran, yaitu tentang :
Empat hal itu terlihat dalam urutan ayat sebagai berikut : َالَ ِمينBB ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعBا ْل َح ْم
menunjukkan tentang ketuhanan, Allah penguasa seluruh jagat raya ini. Jagat raya
ini akan bersimpuh kepada Allah pada hari kiamat دِّي ِنBBو ِم الBB
ْ ِك َيBBِ َمال. Ayat ini
menunjukkan ke situlah manusia akan kembali, kepada tuhan pencipta ()المعاد.
ْ َ ُد َوإِيَّا َك نB ُ إِيَّا َك نَ ْعبmenunjukkan bahwa untuk kembali
Oleh karena itu, ayat ُتَ ِعينBBس
kepada Tuhan dengan selamat. Manusia hendaklah mengabdi dan pasrah diri dan
ْ ص َراطَ ا ْل ُم
sepenuhnya kepada Allah semata. ستَقِي َم ِّ ا ْه ِدنَا الdan seterusnya menunjukkan
adanya ketentuan Tuhan.
a) Tamkin Z))التمكين
)٢٥( ًّا َع ِزيزًاB®َو َر َّد هَّللا ُ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا بِ َغ ْي ِظ ِه ْم لَ ْم يَنَالُوا َخ ْي ًرا َو َكفَى هَّللا ُ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ا ْلقِتَا َل َو َكانَ هَّللا ُ قَ ِوًي
14
Artinya : Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka
penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan
Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan adalah Allah
Maha kuat lagi Maha Perkasa.
Dari ayat ini dipahami bahwa Tuhan menghindarkan orang mukmin dari perang
disebabkan kelemahan mereka (orang-orang kafir), karena angin kencang atau
malaikat yang dikirim Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan
dengan fhasilah artinya Allah berkuasa memisahkan antara dua golongan dalam
perang tersebut (dalam perang badar). Kejadian ini menguatkan orang-orang
beriman agar mereka merasa bahwa orang-orang mukmin lah yang menang.
b) Tashdir
Kalimat akan menjadi fhasilah ayat sudah dimuat di permulaan, atau pertengahan,
atau akhir kalimat/ayat. Misalnya :
c)Tausikh
Kata ِديرZZZَ( قmahakuasa) menegaskan bahwa Allah bisa dan berkuasa untuk
melakukan sesuatu bila ia kehandaki, apalagi hanya menghilangkan penglihatan
dan pendengaran manusia.
d)Al-Ighal
15
Yaitu penjelasan tambahan untuk mempertajam makna, misal : QS. Al-
Maidah(5); 50 ;
Kalimat َو َم ْن أَحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًماsudah merupakan kalimat sempurna. Akan tetapi, ada
persesuaian fashilah-nya dengan kalimat sebelumnya lalu ditambah dengan لِقَ ْو ٍم
َيُوقِنُون. QS. An-Naml(27): 80 :
)٨٠( َالص َّم ال ُّدعَا َء إِ َذا َولَّ ْوا ُم ْدبِ ِرين ْ ُس ِم ُع ا ْل َم ْوتَى َوال ت
ُّ س ِم ُع ْ ُإِنَّ َك ال ت
Makna kalimat ini telah lengkap sampai ke ال ُّدعَاء, lalu ditambahkan seterusnya إِ َذا
َ َولَّ ْوا ُم ْدبِ ِرينuntuk menyempurnakan hubungan dengan Fashilah ayat sebelumnya.
Surat Al-Qasash dengan kisah Nabi Musa dengan Fira’un yang termuat dalam
ayat 3 dan 4 misalnya, dan berakhir dengan uraian tentang keadaan yang dihadapi
Nabi Muhammad. Nabi Musa pada mulanya menghadapi Fira’un yang kuat,
namun kemudian pada akhirnya menemukan kemenangan dari cengkeraman
Fira’un. Sementara di akhir surat memberikan kabar gembira kepada Nabi
Muhammad yang menhadapi tekanan dari kaumnya, Muhammad pun
memperoleh kemenangan juga, yaitu Fath Makkah pada tahun VIII hijrah. Dalam
kisah ini kita memperoleh gambaran tentang adanya kesamaan keadaan dan
proses yang dihadapi antara Nabi Musa dab Nabi Muhammad SAW.
Contoh lain juga ada pada surat Al-Mukminun (23) dan surat Shad (38).
16
Shubhi As-Shalih, ketika membicarakan Asbab An-Nuzul, menyatakan bahwa
segala sesuatu pasti ada sebab dan tujuan. Begitu juga halnya dengan nama surat-
surat Al-Quran. Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya terbagi menjadi
dua
Misalnya pada surat Al-Baqarah, kata Al-Baqarah di ambil dari kata yang terdapat
dalam ayat 67 sampai 71.
Surat An-Nahl juga mempunyai kaitan nama dan tujuan turunnya berdasrkan
riwayat, ada beberapa riwayat dari Ibn Mas’ud, Abi Hurairah, dan Ibn Abbas.
Yang terletak pada ayat 9-67 surat An-Nahl.
a. Dilihat melalui huruf (bi hasb huruf). Misalnya, surat-surat yang dimulai
dengan حمdan الرtersusun berurutan.
b.Karena ada persesuaian antara akhir suatu surat dengan permulaan surat
berikutnya. Misalnya akhir surat Al-Fatihah dengan permulaan surat Al-Baqarah.
c.Dapat dilihat melalui اdalam lafadznya. Misalnya, ahir surat Al-Lahab dengan
permulaan surat Al-Ikhlas.
d. Adanya kemiripan (bahkan sama) dalam bilangan ayat dalam ayat dalam suatu
surat dengan surat berikutnya.
17
Az-Zarkasyi menyebutkan bahwa adanya hubungan awal dengan akhir surat
sebelumnya merupakan rahasia yang akan menunjukkan juga hubungan
lafadznya. Contohnya : hubungan akhir surat Ali ‘Imran dengan permulaan surat
An-Nisa Surat Ali ‘Imran ditutup dengan perintah bersabar dan bertakwa kepada
Allah, sedangkan surat An-Nisa diawali oleh perintah takwa kepada Allah juga.
1. Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat,
ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Quran.
Faedah mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut :
2. Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan
bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain.
Serta persesuaian ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih
meyakinkan kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu betul-betul wahyu dari Allah
SWT, dan bukan buatan Nabi Muhammad Saw. Karena itu Imam Arrazi
mengatakan, bahwa kebanyakan keindahan-keindahan al-Qur’an itu terletak pada
18
susunan dan persesuaiannya, sedangkan susunan kalimat yang paling baligh
(bersastra) adalah yang sering berhubungan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya.
19
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-
Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah
Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.
B.Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Pengantar Ilmu Tafsir, Penerbit Pustaka
Setia, Bandung februari 2006.
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah,
Oktober 2005.
21