Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas semua limpahan
nikmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan . Karena minimnya pengetahuan dan juga pengalaman kami,
dengan ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. kami
sangat berharap saran dan kritik yang dapat mengevaluasi dan meningkatakan
kualitas dalam pembuatan makalah selanjutnya,mengingat bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca dan khusunya bagi kami penyusun makalah ini.Akhir kata,kami ucapkan
terimah kasih atas kesempatan yang di berikan kepada kami .

Samata,18 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................1
D. MANFAAT PENULISAN..........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

1.1. AQSAMUL QUR’AN................................................................................2


1.2. BADA’I QURAN.......................................................................................6
1.3. TANASUB ALQUR’AN............................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

A. KESIMPULAN..........................................................................................20
B. SARAN......................................................................................................20
C. DAFTAR PUSTAKA................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu "ulum" dan "Al-Quran".  Kata ulum adalah bentuk jama' dan kata "ilmu"
berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada Al-Qur'an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur'an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur'an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya.Contoh nya ilmu ilmu yang timbul dari alquran yaitu aqsamul qur’an,
Bada’i Qur’an, dan Tanasub Qur,an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan


yang ingin dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan aqsamul qur’an


2. Apakah yang dimaksud dengan Bada’i Qur’an
3. Apakah yang dimaksud dengan aqsamul Tanasub Qur’an

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Asqmul Qu’ran


2. Untuk mengetahui Bada’I Qur’an
3. Untuk mengetahui Tanasub Qur’an

D. Manfaat Makalah

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca,
khususnya bagi para mahasiswa Jurusan Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan
Hukum agar dapat mengetahui tentang Asqamul Quran, Bada’I Qur’an dan
Tanasub Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 AQSAMUL QUR’AN

A. Pengertian Aqsam Al-Qur’an

Secara bahasa aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf
dan al-yamin, yang berarti sumpah. Bentuk asli dari qasam adalah dengan
menggunakan kata kerja aqsama atau ahlafa yang dimuta’adi(transitif)kan kepada
muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah) dengan huruf ba, setelah
itu baru disebutkan muqsam ‘alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan), atau
disebut juga dengan jawab qasam.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sumpah (aqsam) berarti dengan


pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersakasi kepada Tuhan atau
sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijanjikan itu benar.

Abu al-Qosim al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah swt.


menyebutkan kalimat qasam atau sumpah dalam Kitab-Nya adalah untuk
menyempurnakan serta menguatkan hujjah-Nya, dan dalam hal ini, kalimat qasam
memiliki dua keistimewaan, yaitu pertama sebagai syahadah atau persaksian serta
penjelasan dan kedua sebagai qasam atau sumpah itu sendiri.

sedangkan menurut Manna’ al-Qattan, qasam adalah sebagai pengikat jiwa


(hati) agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang
dipandang besar atau agung, baik secara hakiki maupun i’tiqadi oleh yang
bersumpah itu. Bersumpah juga dinamakan dengan al yamin (tangan kanan),
karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.

Jika demikian, maka pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu
tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia
sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.

B. Huruf-huruf Qasam

Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam, yaitu :

2
1. Huruf wawu, seperti dalam firman Allah swt . :

َ ‫﴾ َواللَّ ْي ِل إِ َذا‬١﴿‫الض َح ٰى‬


‫س َج ٰى‬ ُّ ‫﴿ َو‬

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)”. (QS. adh-Dhuha [93] : 1-2)

2. Huruf ba’, seperti firman Allah swt. :

١﴿‫ ِة‬BBBBB‫و ِم ا ْلقِيَا َم‬BBBBB ِ ‫﴾اَل أُ ْق‬


ْ َ‫ ُم بِي‬BBBBB‫س‬

“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. al-Qiyamah [75] : 1)

3. Huruf ta’, seperti firman Allah swt. :

٥٦﴿ َ‫سأَلُنَّ َع َّما ُكنتُ ْم تَ ْفتَرُون‬


ْ ُ‫﴾تَاهَّلل ِ لَت‬

“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-
adakan”. (QS. an-Nahl [16] : 56)

C. Macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an

Sumpah dalam al-Qur’an terbagi dua macam:

1. Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih
nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf
ba’, wawu, ta’. Seperti firman Allah swt. :

“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. al-Qiyamah [75] : 1-2)

2. Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan
tidak pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada
jawab qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186

ِ ُ‫لَتُ ْبلَ ُونَّ فِي أَ ْم َوالِ ُك ْم َوأَنف‬


‫س ُك ْم‬

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali
Imran [3] : 186)

D. Unsur-unsur Qasam

3
Unsur-unsur qasam dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.

1. Muqsim

Muqsim adalah pelaku yang mengucapkan sumpah.

2. Adat Qasam

Adat qasam adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk bersumpah, baik
menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat qasam
baik yang berbentuk uqsimu ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’ seperti
yang terdapat pada dalam surat an-Nahl.

‫س ُموا بِاهَّلل ِ َج ْه َد أَ ْي َمانِ ِه ْم‬


َ ‫َوأَ ْق‬

“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. an-Nahl [16] : 38)

3. Muqsam Bih

Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah sebagai penguat pembicaraan.
Sumpah dalam al-Qur’an ada kalanya dengan memakai nama yang Agung
(Allah), dan ada kalanya dengan menggunakan nama-nama ciptaan-Nya.

Umat Islam dilarang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Seperti
yang telah disabdakan Rasulullah saw.

َ‫َمنْ َحلَفَ بِ َغ ْي ِر هَّللا ِ فَقَ ْد َكفَ َر أَ ْو أَش َْرك‬

“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau berbuat
syirik.” (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

4. Muqsam ‘Alaih (Jawab Qasam)

Muqsam ‘alaih yaitu isi atau bentuk berita yang dilakukan dalam bersumpah atau
sesuatu yang disumpahkan, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Seperti firman
Allah,

َ ‫﴾إِنَّ َك لَ ِمنَ ا ْل ُم ْر‬٢﴿‫يم‬


٣﴿ َ‫سلِين‬ ِ ‫﴾ َوا ْلقُ ْرآ ِن ا ْل َح ِك‬١﴿‫﴾يس‬

“Yaa siin Demi. Al Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah
seorang dari rasul-rasul" (QS. Yaasiin [36] : 1-3)

4
E. Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an

Qasam adalah taukid yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa yang kita
sebut. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an
dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada
yang sangat menantang, maka dikuatkan dengan sumpah, adalah untuk
menghilangkan keragu-raguan itu. Menurut syaikh manna’ al-qatthan, qasam
merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.

F. Hikmah Qasam dalam Al-Qur’an

Diantara hikmah-hikmah adanya qasam di dalam al-Qur’an adalah sebagai


berikut.

1.Untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.

2.Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat percaya
dan menerima.

3.Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih dan betapa pentingnya al-muqsam


‘alaih.

4.Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan agar


manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan begitu
manusia merasa rendah di hadapan Allah.

5. Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.

1.2 BADA'I QUR'AN

A. Pengertian Bada'i Qur'an

5
Bada'i al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas keindahan bahasa
dalam susunan Al-Qur'an baik mengenai sastra, keistimewaan, uslub, dan susunan
kalimat-kalimatnya

B. Contoh bada'i Al Qur'an

Sastra al-Qur`an yang Mengagumkan

Seandainya ada suatu bacaan yang karena bacaan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan, bumi jadi terbelah, atau orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, sungguh itu adalah suatu bacaan yang mengagumkan. Adakah bacaan
seperti itu? Kalaupun ada itulah al-Qur`an.

‫ض أَ ْو ُكلِّ َم ِب ِه ا ْل َم ْوت َٰى‬


ُ ‫سيِّ َرتْ بِ ِه ا ْل ِجبَا ُل أَ ْو قُطِّ َعتْ ِب ِه اأْل َ ْر‬
ُ ‫ۗ ولَ ْو أَنَّ قُ ْرآنًا‬
َ

“Dan seandainya ada bacaan yang karenanya gunung-gunung dapat


digoncangkan, bumi jadi terbelah, atau orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, (tentu itu adalah al-Qur`an).” [QS. Ar-Ra’du [13]: 31]

Seandainya al-Qur`an benar-benar diturunkan ke gunung, niscaya gunung itu akan


terbelah karena takut kepada Allah.

ِ ‫شيَ ِة هَّللا‬
ْ ‫َص ِّدعًا ِمنْ َخ‬ ِ ‫لَ ْو أَ ْن َز ْلنَا ٰ َه َذا ا ْلقُ ْرآنَ َعلَ ٰى َجبَ ٍل لَ َرأَ ْيتَهُ َخا‬
َ ‫ش ًعا ُمت‬

“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah.”
[QS. Al-Hasyr [59]: 21]

Al-Qur`an adalah suatu bacaan yang memiliki sastra sangat indah dan tinggi.
Tidak ada satu pun manusia dari orang-orang Quraisy yang menjumpai turunnya
al-Qur`an lalu dapat menandingi sastranya. Padahal pada masa itu, sastra arab
mengalami kemajuan pada puncaknya.

Allah menantang orang-orang Quraisy untuk membuat satu kitab yang sama
dengan al-Qur`an. Untuk itu, turunlah ayat:

َ ‫ض‬
‫ظ ِهي ًرا‬ ُ ‫س َوا ْل ِجنُّ َعلَى أَنْ يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل َه َذا ا ْلقُ ْرآ ِن ال يَأْتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَ ْو َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم لِبَ ْع‬ ُ ‫ت اإل ْن‬ ْ ‫قُ ْل لَئِ ِن‬
ِ ‫اجتَ َم َع‬

6
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.’” [QS. Al-Isra’ [17]: 88]

Ternyata mereka tidak sanggup membuat satu kitab yang serupa dengan al-
Qur`an. Maka, Allah menurunkan tantangannya hanya sepuluh surat. Untuk itu
turunlah ayat:

َ ‫ستَطَ ْعتُ ْم ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ إِنْ ُك ْنتُ ْم‬


َ‫صا ِدقِين‬ ٍ ‫س َو ٍر ِم ْثلِ ِه ُم ْفتَ َريَا‬
ْ ‫ت َوا ْدعُوا َم ِن ا‬ ْ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ قُ ْل فَأْتُوا بِ َع‬
ُ ‫ش ِر‬

“Katakanlah, ‘Datangkanlah sepuluh surat yang serupa yang buatan sendiri dan
panggillah siapa saja semampu kalian selain Allah, jika kalian adalah orang-orang
yang benar.’” [QS. Hud [11]: 13]

1.3 TANASUB ATAU MUNASABAH

A.PENGERTIAN ILMU AL-MUNASABAH ATAU TANASUB

Munasabah yang berarti dekat, serupa, mirip, dan rapatsama artinya


dengan yakni mendekatkannya dan menyesuaikannya artinya (dekat dan
berkaitan). Misalnya, dua orang bersaudara dan anak paman. Ini terwujud apabila
kedua-duanya saling berdekatan dalam artian ada ikatan atau hubungan antara
kedua-duanya. An-Nasib juga berarti Ar-Rabith, yakni ikatan, pertalian, hubungan

Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) bahwa


munasabah adalah ada-nya keserupaan dan kedekatan diantara berbagai ayat,
surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan.Hubungan tersebut
dapat berbentuk keterkaitan makna antara ayat dan macam-macam hubungan, atau
kemestian dalam fikiran (nalar).

Secara terminologis, munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang


terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Quran baik surat maupun ayat-ayatnya
yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainya.[6]

7
Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu hubungan
persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum
atau sesudahnya. Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan
antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya.

Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu
untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-Qur’an yang
mulia.

B.Tentang Munasabah.

Ilmu munasabah yang juga disebut dengan “Tanasubil Aayati Wassuwari”


pertama kali di cetus oleh Imam Abu Bakar An-Naisaburi (wafat tahun 324
HKemudian disusul oleh Abu Ja’far ibn Zubair yang mengarang kitab “Al-
Burhanu fi Munasabati Suwaril Qur’ani” dan diteruskan oleh Burhanuddin Al-
Buqai yang menulis kitab “Nudzumud Durari fi Tanasubil Aayati Wassuwari” dan
As-Suyuthi yang menulis kitab “Asraarut Tanzilli wa Tanaasuqud Durari fi
Tanaasubil Aayati Wassuwari” serta M. Shodiq Al-Ghimari yang mengarang
kitab “Jawahirul Bayani fi Tanasubi Wassuwari Qur’ani”.

Pada bagian ini muncul pertanyaan, apakah ilmu munasabah itu ada atau tidak?,
dari pertanyaan ini muncul dua pendapat yang berbeda sebagai jawabannya.
Pertama, pihak yang mengatakan secara pasti pertalian yang erat antara surat
dengan surat dan antara ayat dengan ayat (munasabah). Pihak ini diwakili oleh
As-Syaikh ‘Izz Ad-Din Ibn ‘Abd As-Salam atau ‘Abd Al-‘Aziz Ibn, Abd As-
Salam (577-600 H).

Menurut aliran ini, munasabah adalah ilmu yang mensyaratkan bahwa baiknya
kaitan pembicaraan (‫ ) الكالم ارتبط‬itu bila antara permulaan dan akhiranya terkait
menjadi satu. Apabila hubungan itu terjadi dengan sebab yang berbeda-beda,
tidaklah diisyaratkan adanya pertalian salah satunya dengan yang lain.

Kalau Al-Munasabah ditinjau secara terminologis, dalam hal ini munasabah bisa
berarti suatu pengetahuan yang di peroleh secara Aqli dan bukan di peroleh
secara tauqifi. Dengan demikian, akallah yang berusaha mencari dan menemukan

8
hubungan-hubungan, pertalian, atau keserupaan antara sesuatu itu.Demikian Az-
Zarkasyi mengemukakan pendapatnya tentang persoalan munasabah.

Pendapat lain yang mengatakan adanya munasabah dalam Al-Quran juga


di kemukakan oleh Mufassir, diantaranya As-Syuyuti, Al-Qaththan, Fazlurrahman
Dll.

Pihak kedua, mengatakan bahwa tidak perlu ada munasabah ayat, sebab pristiwa-
pristiwa tersebut saling berlainan. Al-Quran disusun dan diturunkan serta diberi
hikmah secara tauqifi dan tersusun atas petunjuk Allah.

Terlepas dari kedua pendapat diatas , munasabah telah merupakan bagian tak
terpisahkan dari ‘ulum Al-Quran. Apakah adanya munasabah itu ijtihadi atau
tauqifi barangkali akan dapat dijawab ketika memperhatikan telaah tentang kaitan
ayat dengan ayat atau surat dengan surat.

C. MACAM-MACAM MUNASABAH

Pada garis besarnya munasabah itu menyangkut pada dua hal, yaitu
hubungan antara ayat dengan dan hubungan surat dengan surat.

Dua pokok hubungan itu di perincian sebagai berikut.

A. Hubungan ayat dengan ayat meliputi :

1) Hubungan kalimat dengan kalimat dalam ayat.

2) Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat.

3) Hubungan penutup ayat dengan kandungan ayatnya.

B. Hubungan surat dengan surat meliputi:

1) Hubungan awal uraian dengan ahir uraian surat.

2) Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya.

3) Hubungan surat dengan surat sebelumnya.

4) Hubungan penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya.[19]

1. HUBUNGAN KALIMAT DENGAN KALIMAT DALAM AYAT

9
Fakhruddin Ar-Razi menyatakan bahwa “kehalusan / kelembutan” Al-
Quran terletak pada keserasian tata urut dan hubungan-nya. Sebagian ulama lain
menyatakan bahwa sebaik-baiknya pembicaraan adalah yang bagian satu
berkaitan dengan bagian lain sehingga tak terputus. Shubhi As-Shaleh.
menegaskan bahwa bahwa para ulama mensyaratkan adanya munasabah dalam
ayat itu apabila dua ayat atau lebih itu saling berhampiran. [20]

Hubungan antara ayat dengan ayat itu tidak selalu ada pada semua ayat Al-Quran.
Ayat yang satu dengan ayat lain adakalanya muncul secara jelas menunjukkan
hubungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Hubungan itu memberikan
kejelasan satu sama lain tentang maksud keseluruhan ayat.

Namun, ada juga hubungan yang tidak jelas. Kandungan makna suatu ayat
menjadi kabur karena kaitan kalimat satu dengan kalimat lain tidak di pahamkan
secara utuh. Hubungan “tidak” yang mengakibatkan samar-nya makna suatu ayat
bila dikaitkan dengan kalimat berikutnya dipersambung oleh ma’tuf ‫( معطوف‬huruf
athof). Muhammad ‘Abduh memberikan tekanan dan perhatian pada ayat-ayat
yang dimulai dengan ‫ ياايهالذى امنو‬. Tetapi Al-Baqi’i justru menyatakan bahwa
semua ayat bahkan kalimat-kalimat dalam Al-Quran mempunyai ikatan satu sama
lain.

Hubungan antara ayat dengan ayat dalam Al-Quran terbagi dalam dua macam.
Pertama, hubungan yang sudah jelas antara kalimat terdahulu dengan kalimat
kemudian, atau akhir kalimat dengan awal kalimat berikutnya, atau masalah yang
terdahulu dengan masalah yang dibahas kemudian

Kedua,hubungan belum jelas antara ayat dengan ayat atau kalimat dengan
kalimat. Hubungan demikian terdiri dari dua macam lagi, yaitu

A. Ma’thufah

Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya huruf ‘athof ini mengisyaratkan
adanya hubungan pembicaraan.

Namun demikian, ayat-ayat yang ma’thuf itu dapat diteliti melalui bentuk susunan
berikut.

10
1 perlawanan/bertolak belakang antara satu kata dengan kata yang lain

Misal lain seperti dalam surah Al-Baqarah;6 :

)٦( َ‫س َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءأَ ْن َذ ْرتَ ُه ْم أَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذ ْر ُه ْم ال يُؤْ ِمنُون‬


َ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا‬

artinya :Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu


beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras kepala, tidak
percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah
menerangkan watak orang mukmin yang berlawanan dengan orang-orang kafir.
[24] Al-Baqarah (2);3-4 :

‫ ِز َل‬B‫ا أُ ْن‬BB‫ َك َو َم‬B‫ ِز َل إِلَ ْي‬B‫) َوالَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ َما أُ ْن‬٣( َ‫صالةَ َو ِم َّما َر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِقُون‬ ِ ‫الَّ ِذينَ يُؤْ ِمنُونَ بِا ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ال‬
)٤( َ‫اآلخ َر ِة ُه ْم يُوقِنُون‬ ِ ِ‫ِمنْ قَ ْبلِ َك َوب‬

Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang


mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.(3) Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(4)

2) pindah kekata lain yang ada hubungannya atau penjelasannya lebih lanjut

Misal-nya surah Al-Ara’af; 26 :

ِ ‫ا‬BBَ‫ َك ِمنْ آي‬Bِ‫ ٌر َذل‬B‫كَ َخ ْي‬BBِ‫ َوى َذل‬B‫اس التَّ ْق‬B


‫ت هَّللا ِ لَ َعلَّ ُه ْم‬ ً ‫س ْوآتِ ُك ْم َو ِر‬
ُ Bَ‫ا َولِب‬B‫يش‬ ً ‫َيا َبنِي آ َد َم قَ ْد أَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَا‬
َ ‫سا يُ َوا ِري‬
)٢٦( َ‫يَ َّذ َّكرُون‬

Artinya ;Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan


kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Ayat tersebut menjelaskan tentang nikmat Allah. Sedang Ditengah dijumpai kata
‫ َوى‬ZZ‫اسُ التَّ ْق‬ZZَ‫ َولِب‬yang mengalihkan pada penjelasan ini (pakaian). Dalam hal ini
munasabah yang dapat dilihat adalah antara menutup tubuh atau aurat dengan
kata-kata taqwa.

11
3) melepaskan kata kesatu ke kata lain, tetapi masih berkaitan

Misalnya ayat 35 surat An-Nur (24) :

‫ي‬ ٌ ‫اجةُ َكأَنَّ َها َك ْو َك‬


ٌّ ‫ب ُد ِّر‬ ُّ ‫اج ٍة‬
َ ‫الز َج‬ َ ‫اح فِي ز َُج‬ ْ ‫اح ا ْل ِم‬
ُ َ ‫صب‬ ٌ َ‫صب‬ ْ ‫ش َكا ٍة فِي َها ِم‬ ْ ‫ض َمثَ ُل نُو ِر ِه َك ِم‬
ِ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َما َوا‬ َّ ‫هَّللا ُ نُو ُر ال‬
‫و ٍر‬BBُ‫و ٌر َعلَى ن‬BBُ‫ا ٌر ن‬BBَ‫هُ ن‬B‫س‬ ْ ‫س‬ َ ‫و لَ ْم تَ ْم‬B
ْ Bَ‫ضي ُء َول‬ِ ُ‫ار َك ٍة زَ ْيتُونَ ٍة ال ش َْرقِيَّ ٍة َوال َغ ْربِيَّ ٍة يَ َكا ُد زَ ْيتُ َها ي‬
َ َ‫يُوقَ ُد ِمنْ ش ََج َر ٍة ُمب‬
ِ ‫ب هَّللا ُ األ ْمثَا َل لِلنَّا‬
)٣٥( ‫س َوهَّللا ُ ِب ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم‬ ْ َ‫َي ْه ِدي هَّللا ُ لِنُو ِر ِه َمنْ يَشَا ُء َوي‬
ُ ‫ض ِر‬

Ada lima , yaitu :

a) Menyebut ‫و ُر‬BBُ‫ ن‬dengan perumpamaanya, lalu di takhallush-kan ke ُ‫ ة‬B‫اج‬ ُّ


َ ‫الز َج‬
dengan menyebut sifatnya.

b) Kemudian menyebut ‫و ُر‬BBُ‫ ن‬dan ‫ ٍة‬BBَ‫ زَ ْيتُون‬yang meminta bantu darinya, lalu di
takhallush dengan menyebut ‫ ش ََج َر ٍة‬.

c) Dari ‫ َش َج َر ٍة‬di-takhallush dengan menyebut sifat zaitun.

d) Lalu di-takhallush dari menyebut sifat ‫ َز ْيتُونَ ٍة‬ke sifat ‫نُور‬.

e) Kemudian dari ‫ نُور‬di-takhallush ke nikmat Allah berupa hidayah (‫ )يَ ْه ِدي‬bagi


orang yang Allah kehendaki.

4)Tamsil dari kejadian.

‫ َّر َم ِن‬B ِ‫ا َولَ ِكنَّ ا ْلب‬BB‫س ا ْلبِ ُّر بِأَنْ تَأْتُوا ا ْلبُيُوتَ ِمنْ ظُ ُهو ِر َه‬ ِ ‫سأَلُونَ َك َع ِن األ ِهلَّ ِة قُ ْل ِه َي َم َواقِيتُ لِلنَّا‬
َ ‫س َوا ْل َح ِّج َولَ ْي‬ ْ َ‫ي‬
)١٨٩( َ‫اتَّقَى َو ْأتُوا ا ْلبُيُوتَ ِمنْ أَ ْب َوابِ َها َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬

Artinya ; Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan


sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki
rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat
kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini. Ini merupakan
perumpamaan orang yang suka membolak-balikkan pertanyaan. Pertanyaan
demikian tidak baik.

12
B. Tidak Ada Ma’thufah

Dalam hal ini tidak ada ma’thufah dapat dicari hubungan maknawiyah-nya,
seperti hubungan sebab akibat. Ada tiga bentuk, yaitu ;

1) ‫( التنظير‬berhampiran/berserupaan)

Misalnya ayat 4 dan 5 surat Al-Anfal(8) :

ٌ ‫®ًّا لَ ُه ْم َد َر َجاتٌ ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َو َم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬B‫أُولَئِ َك ُه ُم َحًق‬


ِّ ‫ا ْل َح‬Bِ‫ونَ ب‬Bُ‫ َك ا ْل ُمؤْ ِمن‬Bِ‫ َك َربُّ َك ِمنْ بَ ْيت‬B‫ا أَ ْخ َر َج‬B‫) َك َم‬٤( ‫ق َك ِري ٌم‬
‫ق‬
)٥( َ‫َوإِنَّ فَ ِريقًا ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ لَ َكا ِرهُون‬

Huruf al-kaf ( َ‫ )ك‬pada ayat lima berfungsi sebagai pengingat dan sifat bagi fi’il
yang tersembunyi (‫) مضمر فعل‬. Hubungan itu tampak dari jiwa itu. Maksud ayat
itu, Allah menyuruh untuk mengerjakan urusan harta rampasan, seperti yang
kalian lakukan pada perang badar meskipun kaummu membenci cara demikian
itu. Allah SWT menurunkan ayat ini agar kaum Nabi Muhammad SAW
mengingat nikmat yang telah diberikan Allah dengan diutusnya Rasul dari
kalangan mereka (surat Al-Baqarah(2)151) : ‫ َك َما أَرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َرسُوال ِم ْن ُك ْم‬, sebagai mana
juga kaummu membencimu (Rasul) ketika engkau mengajak mereka keluar dari
rumah untuk berjihad. Hubungan ini terjadi dengan ayat yang jauh sebelumnya.

2) ‫( االستطراد‬pindah ke perkataan lain yang erat kaitannya)

Missal-nya surat Al-A’raaf ; 26, tentang pakaian takwa lebih baik. Allah
menyebutkan pakaian itu untuk mengingatkan manusia bahwa pakain penutup
aurat itu lebih baik. Pakain berfungsi sebagai alat untuk memperbagus apa yang
telah Allah ciptakan. Pakaian adalah penutup aurat dan kebejatan karena
membuka aurat adalah hal yang jelak dan bejat. Sedangkan penutup aurat adalah
pintu takwa.

3) ‫( المضا دة‬perlawanan)

Misalnya surat Al-Baqarah (2); 6 :

)٦( َ‫س َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءأَ ْن َذ ْرتَ ُه ْم أَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذ ْر ُه ْم ال يُؤْ ِمنُون‬


َ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا‬

Artinya; Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

13
Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang kafir itu. Ayat ini berlawanan
dengan ayat-ayat sebelumnya yang menyebutkan tentang kitab, orang mukmin,
dan petunjuk. Hal ini berkaitan dengan ayat 23 surat Al-Baqarah ;

‫ َهدَا َء ُك ْم ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ إِنْ ُك ْنتُ ْم‬BB‫ش‬ ُ ِ‫أْتُوا ب‬BBَ‫ ِدنَا ف‬BB‫ا َعلَى َع ْب‬BBَ‫ب ِم َّما نَ َّز ْلن‬
ُ ‫وا‬BBُ‫ ِه َوا ْدع‬BBِ‫و َر ٍة ِمنْ ِم ْثل‬BB‫س‬ ٍ ‫َوإِنْ ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬
)٢٣( َ‫صا ِدقِين‬
َ

Adapun hikmahnya adalah agar mukmin merindukan dan memantapkan iman


berdasarkan petunjuk Allah SWT .

2. Hubungan Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surat

Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah di jelaskan sebagian dalam
uraian sebelumnya. Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah jelas.
Hanya saja, adanya ayat-ayat dalam bentuk ini dapat kita lihat misalnya dalam
surat Al-fatihah

Surat Al-Fatihah mengandung pokok ajaran agama Islam yang terkandung dalam
Al-Quran, yaitu tentang :

Empat hal itu terlihat dalam urutan ayat sebagai berikut : َ‫الَ ِمين‬BB‫ ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َع‬B‫ا ْل َح ْم‬
menunjukkan tentang ketuhanan, Allah penguasa seluruh jagat raya ini. Jagat raya
ini akan bersimpuh kepada Allah pada hari kiamat ‫دِّي ِن‬BB‫و ِم ال‬BB
ْ ‫ ِك َي‬BBِ‫ َمال‬. Ayat ini
menunjukkan ke situlah manusia akan kembali, kepada tuhan pencipta (‫)المعاد‬.
ْ َ‫ ُد َوإِيَّا َك ن‬B ُ‫ إِيَّا َك نَ ْعب‬menunjukkan bahwa untuk kembali
Oleh karena itu, ayat ُ‫تَ ِعين‬BB‫س‬
kepada Tuhan dengan selamat. Manusia hendaklah mengabdi dan pasrah diri dan
ْ ‫ص َراطَ ا ْل ُم‬
sepenuhnya kepada Allah semata. ‫ستَقِي َم‬ ِّ ‫ ا ْه ِدنَا ال‬dan seterusnya menunjukkan
adanya ketentuan Tuhan.

3. Hubungan Penutup(( ‫ فواصل و فاصلة‬Dan Kandungan Ayat

Hubungan seperti ini terdiri dari empat macam, yaitu :

a) Tamkin Z‫))التمكين‬

Artinya memperkokoh atau mempertegas pertanyaan. Contoh : QS; Al-Ahzab


ayat 25 :

)٢٥( ‫ًّا َع ِزيزًا‬B®‫َو َر َّد هَّللا ُ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا بِ َغ ْي ِظ ِه ْم لَ ْم يَنَالُوا َخ ْي ًرا َو َكفَى هَّللا ُ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ا ْلقِتَا َل َو َكانَ هَّللا ُ قَ ِوًي‬

14
Artinya : Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka
penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan
Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan adalah Allah
Maha kuat lagi Maha Perkasa.

Dari ayat ini dipahami bahwa Tuhan menghindarkan orang mukmin dari perang
disebabkan kelemahan mereka (orang-orang kafir), karena angin kencang atau
malaikat yang dikirim Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan
dengan fhasilah artinya Allah berkuasa memisahkan antara dua golongan dalam
perang tersebut (dalam perang badar). Kejadian ini menguatkan orang-orang
beriman agar mereka merasa bahwa orang-orang mukmin lah yang menang.

b) Tashdir

Kalimat akan menjadi fhasilah ayat sudah dimuat di permulaan, atau pertengahan,
atau akhir kalimat/ayat. Misalnya :

QS. Al-Maidah: 39 : ‫ُوب َعلَ ْي ِه‬ ْ َ‫َاب ِمنْ بَ ْع ِد ظُ ْل ِم ِه َوأ‬


ُ ‫صلَ َح فَإِنَّ هَّللا َ يَت‬ َ ‫فَ َمنْ ت‬

QS. Al-Ahzab: 37: ُ‫ق أَنْ ت َْخشَاه‬


ُّ ‫اس َوهَّللا ُ أَ َح‬
َ َّ‫َوت َْخشَى الن‬

ْ َ‫سأ ُ ِري ُك ْم آيَاتِي فَال ت‬


QS. Al-Anbiya; 37: ‫ستَ ْع ِجلُو ِن‬ َ ‫ق اإل ْن‬
َ ‫سانُ ِمنْ ع ََج ٍل‬ َ ِ‫ُخل‬

QS. An-Nisa: 166:

‫ش ِهيد‬ ْ َ‫ش َه ُد بِ َما أَ ْن َز َل إِلَ ْي َك أَ ْن َزلَهُ بِ ِع ْل ِم ِه َوا ْل َمالئِ َكةُ ي‬


َ ِ ‫ش َهدُونَ َو َكفَى بِاهَّلل‬ ْ َ‫لَ ِك ِن هَّللا ُ ي‬

c)Tausikh

Kandungan fashilah ayat-ayat sudah tersirat dalam rangakaian kalimat


sebelumnya dalam suatu ayat. Misal surat Al-Baqarah(2) 20:

‫ ْم ِع ِه ْم‬B‫س‬ َ ‫ َذه‬Bَ‫ا َء هَّللا ُ ل‬B‫ش‬


َ ِ‫َب ب‬ ْ Bَ‫ضا َء لَ ُه ْم َمش َْوا فِي ِه َوإِ َذا أَ ْظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم قَا ُموا َول‬
َ ‫و‬B َ َ‫صا َر ُه ْم ُكلَّ َما أ‬
َ ‫ق يَ ْخطَفُ أَ ْب‬
ُ ‫يَ َكا ُد ا ْلبَ ْر‬
)٢٠( ‫صا ِر ِه ْم إِنَّ هَّللا َ َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء َق ِدي ٌر‬ َ ‫َوأَ ْب‬

Kata ‫ ِدير‬ZZZَ‫( ق‬mahakuasa) menegaskan bahwa Allah bisa dan berkuasa untuk
melakukan sesuatu bila ia kehandaki, apalagi hanya menghilangkan penglihatan
dan pendengaran manusia.

d)Al-Ighal

15
Yaitu penjelasan tambahan untuk mempertajam makna, misal : QS. Al-
Maidah(5); 50 ;

َ ‫أَفَ ُح ْك َم ا ْل َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغونَ َو َمنْ أَ ْح‬


)٥٠( َ‫سنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًما لِقَ ْو ٍم يُوقِنُون‬

Kalimat ‫ َو َم ْن أَحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًما‬sudah merupakan kalimat sempurna. Akan tetapi, ada
persesuaian fashilah-nya dengan kalimat sebelumnya lalu ditambah dengan ‫لِقَ ْو ٍم‬
َ‫يُوقِنُون‬. QS. An-Naml(27): 80 :

)٨٠( َ‫الص َّم ال ُّدعَا َء إِ َذا َولَّ ْوا ُم ْدبِ ِرين‬ ْ ُ‫س ِم ُع ا ْل َم ْوتَى َوال ت‬
ُّ ‫س ِم ُع‬ ْ ُ‫إِنَّ َك ال ت‬

Makna kalimat ini telah lengkap sampai ke ‫ ال ُّدعَاء‬, lalu ditambahkan seterusnya ‫إِ َذا‬
َ‫ َولَّ ْوا ُم ْدبِ ِرين‬untuk menyempurnakan hubungan dengan Fashilah ayat sebelumnya.

4. Hubungan Awal Uraian Dengan Akhir Uraian Surat

Dalam kitab Al-Itqan, As-Syuyuti memberikan contoh-contoh tentang hubungan


awal uraian dan akhir uraian suatu surat. Hubungan ini tidak berdasarkan riwayat
tertentu, tetapi merupakan telaah pemikiran logis dari kandungan yang termakhtub
dalam ayat-ayat itu. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan hubungan
tersebut :

Awal surat dan akhir surat Al-Qhasash (28)

Surat Al-Qasash dengan kisah Nabi Musa dengan Fira’un yang termuat dalam
ayat 3 dan 4 misalnya, dan berakhir dengan uraian tentang keadaan yang dihadapi
Nabi Muhammad. Nabi Musa pada mulanya menghadapi Fira’un yang kuat,
namun kemudian pada akhirnya menemukan kemenangan dari cengkeraman
Fira’un. Sementara di akhir surat memberikan kabar gembira kepada Nabi
Muhammad yang menhadapi tekanan dari kaumnya, Muhammad pun
memperoleh kemenangan juga, yaitu Fath Makkah pada tahun VIII hijrah. Dalam
kisah ini kita memperoleh gambaran tentang adanya kesamaan keadaan dan
proses yang dihadapi antara Nabi Musa dab Nabi Muhammad SAW.

Contoh lain juga ada pada surat Al-Mukminun (23) dan surat Shad (38).

5. Hubungan Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya

16
Shubhi As-Shalih, ketika membicarakan Asbab An-Nuzul, menyatakan bahwa
segala sesuatu pasti ada sebab dan tujuan. Begitu juga halnya dengan nama surat-
surat Al-Quran. Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya terbagi menjadi
dua

a) Hubungan yang diketahui berdasarkan riwayat

Misalnya pada surat Al-Baqarah, kata Al-Baqarah di ambil dari kata yang terdapat
dalam ayat 67 sampai 71.

Surat An-Nahl juga mempunyai kaitan nama dan tujuan turunnya berdasrkan
riwayat, ada beberapa riwayat dari Ibn Mas’ud, Abi Hurairah, dan Ibn Abbas.
Yang terletak pada ayat 9-67 surat An-Nahl.

b) Hubungan yang diketahui berdasarkan penelaah pikiran secara logis.

Misalnya surat Al-Kahfidinamai demikian karena didalamnya mengandung kisah


Al-Kahfi.

6. Hubungan Surat Dengan Surat Sebelumnya.

As-Syuyuti menyebutkan bahwa sebagian ulama meyakini bahwa tiap-tiap surat


mempunyai kaitan pasti dengan surat sebelumnya. Adakala jelas dan tidak.
Hubungan surat satu dengan surat sebelumnya dapat dicari melalui empat cara,

a. Dilihat melalui huruf (bi hasb huruf). Misalnya, surat-surat yang dimulai
dengan ‫ حم‬dan ‫ الر‬tersusun berurutan.

b.Karena ada persesuaian antara akhir suatu surat dengan permulaan surat
berikutnya. Misalnya akhir surat Al-Fatihah dengan permulaan surat Al-Baqarah.

c.Dapat dilihat melalui ‫ا‬dalam lafadznya. Misalnya, ahir surat Al-Lahab dengan
permulaan surat Al-Ikhlas.

d. Adanya kemiripan (bahkan sama) dalam bilangan ayat dalam ayat dalam suatu
surat dengan surat berikutnya.

7. Hubungan Penutup Surat Terdahulu Dengan Awal Surat Berikutnya.

17
Az-Zarkasyi menyebutkan bahwa adanya hubungan awal dengan akhir surat
sebelumnya merupakan rahasia yang akan menunjukkan juga hubungan
lafadznya. Contohnya : hubungan akhir surat Ali ‘Imran dengan permulaan surat
An-Nisa Surat Ali ‘Imran ditutup dengan perintah bersabar dan bertakwa kepada
Allah, sedangkan surat An-Nisa diawali oleh perintah takwa kepada Allah juga.

D. FUNGSI DAN FAEDAH ILMU AL-MUNASABAH

Ada empat fungsi utama dari Ilmu Al-Munasabah

1. Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat,
ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Quran.

2. Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Quran saling berhubungan sehingga


tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.

3. Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.

4. Untuk menjawab kritikan orang luar (orientalis) terhadap sistematika Al-Quran.

Faedah mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara


kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap
kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatan. Karena itu, Izzudin Abdul Salam mengatakan, bahwa ilmu
munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika menghubungkan kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain. Beliau mensyaratkan harus jatuh pada hal-hal yang
berkaitan betul-betul, baik di awal atau diakhirnya.

2. Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan
bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain.
Serta persesuaian ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih
meyakinkan kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu betul-betul wahyu dari Allah
SWT, dan bukan buatan Nabi Muhammad Saw. Karena itu Imam Arrazi
mengatakan, bahwa kebanyakan keindahan-keindahan al-Qur’an itu terletak pada

18
susunan dan persesuaiannya, sedangkan susunan kalimat yang paling baligh
(bersastra) adalah yang sering berhubungan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya.

3.Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat


Al-Qur’an. Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan
kalimat / ayat yang lain, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-
hukum atau isi kandungannya.

19
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-
Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah
Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.

Bada'i al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas keindahan bahasa


dalam susunan Al-Qur'an baik mengenai sastra, keistimewaan, uslub, dan susunan
kalimat-kalimatnya

Munasabah yang berarti dekat, serupa, mirip, dan rapatsama artinya


dengan yakni mendekatkannya dan menyesuaikannya artinya (dekat dan
berkaitan). Misalnya, dua orang bersaudara dan anak paman. Ini terwujud apabila
kedua-duanya saling berdekatan dalam artian ada ikatan atau hubungan antara
kedua-duanya. An-Nasib juga berarti Ar-Rabith, yakni ikatan, pertalian, hubungan

B.Saran

Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan pembaca tentang fungsi


Negara dan penerapannya di Indonesia. makalah ini dapat dikatakan jauh dari
sempurna sehingga saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Qhuraish Shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi dan peran wahyu


dalam kehidupan masyarakat, Penerbit Mizan, Bandung 1994.

Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Pengantar Ilmu Tafsir, Penerbit Pustaka
Setia, Bandung februari 2006.

Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah,
Oktober 2005.

Ulumul quran wikipedia

21

Anda mungkin juga menyukai