Anda di halaman 1dari 6

MATERI I

PANCASILA
I. SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA
A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari Bahasa Sanskerta, terdiri dari dua kata yakni:

Panca dan sila


Lima dasar/Lima Nilai Dasar
Panca: 5 dan sila: dasar

Artinya: bahwa Pancasila merupakan lima dasar negara Indonesia.


B. Sejarah Lahirnya Pancasila
Sejarah lahirnya Pancasila dimulai dengan dijanjikannya kemerdekaan oleh
bangsa Jepang kepada bangsa Indonesia pada tanggal 4 September 1944, namun janji
tersebut tidak ditepati, dan kemudian diberikan janji kemerdekaan untuk yang kedua
kalinya pada tanggal 1 Maret 1945, yang kemudian direalisasikan dengan membentuk
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam Bahasa
Jepang dikenal dengan istilah Dokuritsu Junbi Cosakai.
Dari peristiwa inilah dimulainya proses pembentukan dasar negara. Dapat dilihat
dari bagan di bawah ini:

Sidang 1 BPUPKI Panitia 9, dibentuk Pancasila (dalam


Piagam Jakarta, 22
Tgl 29 Mei-1 Juni pembukaan UUD 1945),18
tgl 1 Juni 1945 Juni 1945
1945 Agus 1945

a. Sidang 1 BPUPKI adalah membahas tentang usulan rancangan dasar negara. Sidang
ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Sidang ini difokuskan
untuk mengusulkan rumusan dasar negara, dalam sidang 1 ini ada 3 orang tokoh
yang menyampaikan pendapatnya. Yakni Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.
1. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. Ada 5 dasar yang dikemukakan:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri kerakyatan
e. Peri kesejahteraan Rakyat
2. Mr. Soepomo menyampaikan usulan pada tanggal 31 Mei 1945. Yakni:
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan lahir dan batin
d. Musyawarah
e. Keadilan rakyat
3. Ir. Soekarno, menyampaikan usulan pada tanggal 1 Juni 1945. Yakni:
a. Kebangsaan Indonesia (nasionalisme)
b. Internasionalisme (peri-kemanusiaan)
c. Mufakat (demokrasi)
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Berkebudayaan
b. Dibentuknya Panitia 9 pada tanggal 1 juni 1945 untuk merumuskan semua usulan
yang disampaikan oleh anggota BPUPKI. Adapun anggotanya adalah:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
4. Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
5. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
6. H. Agus Salim (anggota)
7. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
8. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
9. Mr. Mohammad Yamin (anggota)

Panitia 9 melakukan sidang untuk membahas rumusan dasar negara hingga tanggal
22 Juni 1945 dan menghasilkan Piagam Jakarta
c. Piagam Jakarta
Istilah lain dari Piagam Jakarta adalah Jakarta Charter berhasil dirumuskan
dan disahkan pada tanggal 22 juni 1945. Dalam piagam Jakarta terdapat isi Pancasila
yakni pada alenia ke-1V, penggalan bunyi Pancasila dalam Piagam Jakarta adalah
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at slam bagi pemeluk-
pemeluk-nya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
d. Penggantian Sila I Piagam Jakarta menjadi Sila I Pancasila
Momentum penggantian Sila I ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, 1 hari
sebelum Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Penggantian Sila I
ini dilandasi oleh aksi protes Masyarakat Indonesia bagian Timur yang menganggap
apabila bunyi Sila I terdapat kalimat “syariat islam bagi pemuluk-pemeluknya”,
maka nantinya Pancasila hanya akan mengikat umat islam saja dan tidak bagi umat
lain, sementara bangsa Indonesia memiliki banyak agama yang tidak islam saja.
Aksi protes tersebut disampaikan kepada Moh. Hatta dan kemudian dilakukanlah
rapat dadakan dengan hasil bergantinya Sila I menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
e. Pembukaan UUD 1945 dibentuk dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Bunyi Sila I yang disahkan
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa dan hingga saat ini Pancasila tidak pernah
dirubah sejak pengesahannya.

II. NILAI-NILAI PANCASILA


Nilai Pancasila dibagi menjadi 3 yakni:

NilaiDasar Nilai Nilai Praksis


Instrumental
Nilai yang Penjabaran lebih Nilai praktek
sifatnya murni, lanjut dari nilai dalam kehidupan.
normativ, dan dasar. (nilai-nilai
kaku. Pancasila yg dapat
(ada dalam sila 1- (ada dalam UUD dilihat dalam
sila 5) 1945, dan GBHN) kehidupan sehari-
hari)

Hubungan ketiga nilai tersebut dapat dilihat dari contoh berikut:

Sila 1 Pasal 29 Adanya Agama


(Nilai Dasar) (Instrumental) (Praksis)

III. Pengamalan Pancasila


Pengamalan Pancasila merupakan implementasi dari nilai-nilai Pancasila secara
luas, yang didasarkan pada butir-butir Pancasila. Makna dari setiap nilai-nilai Pancasila
dari sila 1 hingga sila 5 dapat dilihat berikut ini:

Sila 1
Sila 2 Sila ke 4
ada 3 makna
ada 3 makna Sila 3 ada 4 makna Sila ke 5
implementasi
implementasi ada 4 makna implementasi: ada 4 makna
yakni: Percaya
yakni: HAM, Implementasi musyawarah, implementasi:
kepada Tuhan
adab atau yakni: mufakat, Kekeluargaan,
YME, Toleransi
perilaku yg sama nasionalisme, tanggung jawab keseimbangan
beragama, dan
kepada semua Patriotisme, rela keputusan hak/kewajiban,
kebebasan
orang, dan berkorban, dan terhadap Tuhan kesejahteraan,
beribadah sesuai
perdamaian pertahanan/kea Yang Maha Esa, dan
dg
duni/kerjasama manan. dan sistem pembangunan
agama/kepercayaa
Internasional perwakilan.
n masing-masing

45 Butir Pancasila

Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Persatuan Indonesia

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai