Kelompok 4A :
LABORATORIUM FARMASI
TANGERANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Titik ekuivalen atau secara pH pada saat asam dan basa (titrant dan
titer) tepat ekuivalen atau seacara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik
ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada
saat ini pH larutan basanya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis.
Problemnya sekarang adalah kita ingin menetapkan titik akhir ini dengan
pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut
titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi
dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih
indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya disekitar titik akhir
teoritis. (Anwar, 2005).
1. Metode Fajans
Prinsip: pada titrasi argentometri dengan metode fajans ada dua
tahapan untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator
absorpsi (fluorescein). Indikator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi
argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indikator
absorpsi ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode fajans.
Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan
standart Ag+.
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid.
Sebelum titik ekuivalen dicapai maka endapan akan bermuatan
negative disebabkan Cl ˉ diseluruh permukaan endapan. Dan terdapat
counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya
elektrostatis pada endapan. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak
terdapat lagi ion Clˉ yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapan
sekarang bersifat netral. (Mulyono, 2005).
2. Metode Volhard
Prinsip: pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion
halida. Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainya dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan
perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN) dengan menggunakan
indikator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat
membentuk kompleks yang berwarna merah. (Mulyono, 2005).
3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion
halida (Clˉ, Br,I) atau anion lainnya (CN, CNS) dengan ion Ag+ dari
perak nitrat (AgNO₃) dan membentuk endapan perak halida (Agx).
Konsentasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan
cara titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak
klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
indikator larutan kalium kromat encer. setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan coklat kemerahan
Ag2CrO4. (Mulyono, 2005).
METODOLOGI
1. NaCl 0,03 N
2. AgNO3 N
3. Indicator K2CrO4
1. Pembuatan Larutan
a. Pembuatan larutan baku primer H2CO4.5H2O 0.1 N
Dengan menggunakan pipet ukur ambil 6,5 ml larutan NaOH tersebut (bagian
yang jernih) masukkan kedalam botol yang berisi aquades yang telah didihkan
tadi.
c. Pembuatan indicator
Phenolphthalein 1 g phenolphthalein dilarutkan dalam 100 ml etanol 70%.
Titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi rose muda. Catat volume NaOH yang
dikeluarkan.
3. Penetapan
LakukanSampel
titrasi minimal duplo (dua kali).
a. Penetapan kadar HCL
Tambahkan 20 ml air
1. Pembuatan Larutan-larutan
Larutan baku primer NaCl 0,03 N NaCl dikeringkan dahulu dalam oven pada
temperature 500-600oC, kemudian simpan dalam desikator. Setelah dingin
timbang sebanyak yang dibutuhkan dan larutkan aquades sesuai yang
dibutuhkan.
Larutan baku sekunder, larutkan AgNO3 dengan aquadest, simpan dalam botol
coklat.
Indicator K2CrO4 larutan 5% b/v, diambil 1 ml untuk volume air 50-100 ml.
apabila padatan buatan larutan K2CrO4 0,1 % dengan melarutkan K2CrO4
dengan aquadest.
2. Pembakuan
Pipet 10 ml NaCl, masukkan kedalam Erlenmeyer tambahkan 4-5 tetes
indicator K2CrO4 kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 (dikocok cepat
terutama menjelang titik akhir titrasi), sampai terbentuk endapan merah bata.
Catat volume AgNO3, lakukan titrasi minimal duplo.
3. Penetapan Sampel
Catat
Pipetvolume
10 mlAgNO
larutan3, lakukan
sampel, titrasi
masukkanminimal duplo.Erlenmeyer, tambahkan 4-5
kedalam
tetes larutan indicator K2CrO4, kemudian titrasi dengan larutan AgNO3 sampai
terbentuk endapan merah bata. Catat volume AgNO3, lakukan titrasi minimal
duplo.
BAB IV
mg as . salisilat=524,4
mg as . salisilat
kadar as . salisilat= x 100 %
BE as . salisilat (500 mg)
524,4
kadar as . salisilat= x 100 %
500 mg
kadar as . salisilat=104,88 %
mg as . salisilat=220,8
mg as . salisilat
kadar as . salisilat= x 100 %
BE as . salisilat (500 mg)
220,8
kadar as . salisilat= x 100 %
500 mg
kadar as . salisilat=44,16 %
Perhitungan AgNO₃
Percobaan 1
Cl 2 ( MgL )=−0,776
Percobaan 1
( 1,8 ml ) X 283,6
Cl ₂( Mg / L)=
73 ml
510,48
Cl ₂( Mg / L)=
73 ml
( 1,2 ml ) X 283,6
Cl ₂( Mg / L)=
73 ml
34,32
Cl ₂( Mg / L)=
73 ml
Cl 2 ( MgL )=0,4701mg/ L
IV.II.1 Pembahasan Titrasi Asam Basa
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
V.II Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Kimia Dasar I. Makassar : Universitas Hasanuddin Makassar.
Anwar, M. 2005. Kimia Dasar II bagian kimia IPB : Bogor.
Bassett, J. 2006. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku
Kedokteran : EGC, Jakarta.
Day, R.A. dan S. Keman. 2008. Kimia Analisis Kuantitatif . Erlangga, Jakarta.
Ernawati, Rika. 2008. Studi Sifat-Sifat Kimia Tanah pada Tanah Timbunan Lahan
Bekas Penambangan Batubara jurnal teknologi technosiscientia.
Rizal, dkk. 2007. Sintesis dengan Metode Hidrometal dan karterisasi senyawa
Berstruktur Aurivillus.