CETR=
Pretax income
Hampir sel
uruh aset tetap akan mengalami penyusutan yang
akan menjadi biaya penyusutan dalam laporan keuangan perusahaan.
Sementara
biaya penyusutan ini adalah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan
dalam perhitungan pajak perusahaan. Artinya semakin besar bi
aya penyusutan
akan semakin kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan
perusahaan. Hal
tersebut berdampak pada perusahaan dengan tingkat rasio
intensitas modal
yang besar menunjukan tingkat pajak efektif yang rendah. Tingkat
pajak efektif
yang rendah mengin
dikasikan perusahaan melakukan praktik penghindaran
pajak.Penelitian yang menghubungkan antara investasi aktiva
tetap telah
dilakukan oleh
(
Lanis dan Richardson (2007), Delgado
et al
. (2014), Darmadi dan
Zulaikh
a (2013), Putra dan Merkusiwati (2016)
.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh
(
Wahyudi (2015) Wiguna (2016
)
. Penelitian ini kembali meneliti tentang
pengaruh
corporate social responsibility
pada penghindaran pajak dengan
menambahkan variabel karakter e
ksekutif, profitabilitas dan
capital intensity
sebagai variabel independen.
Teori yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan
salah satunya adalah teori legitimasi
(
Tilling, 2004
)
.
Ghozali dan Chariri (2007
)
menyatakan bahwa legitimasi perusahaan atau organisasi dapat
dilihat sebagai
sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat dan sesuatu
yang diberikan oleh masyarakat kepada perusahaan. Upaya
perusahaan untuk
mendapatkan legitimasi dari masyarakat adalah dengan
melakukan suatu
aktivitas tanggung jawab sosial atau yang biasa disebut dengan
corporate so
cial
responsibility
(CSR). Teori agensi menyatakan tentang adanya kontrak antara
pihak pemberi wewenang (
principal
) kepada pihak yang mendapatkan
wewenang (
agent
) dengan memberikan beberapa otoritas dalam pengambilan
keputusan guna melakukan sesuatu yang b
erhubungan dengan kepentingan
pihak
principal
(
Jensen
&
Meckling, 1976
)
. Manajer melakukan berbagai cara
untuk mencapai tujuan tersebut baik itu dengan tindakan yang baik
maupun
tindakan yang dapat merugikan berbagai pihak
(
Luayyi, 2010
)
.
Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidu
pnya selalu
berupaya untuk mendapatkan legitimasi atau pengakuan baik dari
pemerintah,
kreditor, investor, konsumen, maupun masyarakat sekitar
(
Hidayati
&
Murni,
2009
)
. Konsep legitimasi menunjukkan adanya tanggung jawab
perusahaan
terhadap masyarakat. Teori legitimasi inilah yang kemudian m
endasari
hubungan pengungkapan CSR dengan
penghindaran pajak
.
Penghindaran pajak adalah salah satu hambatan yang terjadi
dalam
pemungutan pajak sehingga menyebabkan berkurangnya
penerimaan kas
Negara
(
Bactiar, 2015
)
. Sedangkan
CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk
tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap semua
stakeholder
-
nya.
Berdasarkan pandangan teori legitimasi, CSR merupakan salah satu
bentuk cara
mendapatkan legitimasi dari masyarakat, semakin tinggi tingkat
pengungka
pan
CSR suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula reputasi
perusahaan di
mata masyarakat.
Average Debt
MAD Ratio=
SHDA Perusahaan
Intensitas aset tetap menurut Mulyani dalam Meisiska (2016) merupakan proporsi di mana dalam
aset tetap terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban yaitu beban penyusutan yang
ditimbulkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan, jika aset tetap semakin besar maka laba
yang dihasilkan akan semakin kecil, karena adanya beban penyusutan yang terdapat dalam aset
tetap yang dapat mengurangi laba.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) pengukuran kompensasi
yang digunakan adalah logaritma natural dari total kompensasi yang diterima eksekutif. Data
kompensasi eksekutif terdapat dalam annual report perusahaan. Kompensasi eksekutif dapat
dirumuskan sebagai berikut : Kompensasi Eksekutif = Ln(Kompensasi Eksekutif)
Pengruh x y : Tujuan dari adanya kompensasi diantaranya adalah untuk menyelaraskan kepentingan
antara pemegang saham dengan kepentingan pengelola perusahaan. Kompensasi dapat
memberikan efek jangka panjang dengan menggunakan bentuk insentif berupa saham maupun
memberikan insentif jangka pendek berupa kas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
manajemen pajak merupakan aktivitas yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan
manfaat kepada pemegang saham (Graham dan Tucker, 2006; Desai dan Dharmapala, 2006). Dalam
penelitiannya mengenai hubungan antara tingkat pajak efektif perusahaan dengan pengukuran
kinerja CEO dan manajer, Phillips (2003) berpendapat bahwa pemberian kompensasi berperan
memotivasi kinerja manajer dalam meminimalisasi tingkat pajak efektif perusahaan. Desai dan
Dharmapala (2006) meneliti pengaruh tax sheltering dan pemberian kompensasi yang tinggi untuk
para manajer. Manajemen pajak merupakan tujuan jangka panjang, maka diperkirakan perusahan
yang memberikan kompensasi yang tinggi akan berinvestasi lebih dalam hal manajemen pajak yang
dapat meminimalisasi tingkat pajak efektif yang dibayarkan perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis 1 yang dapat diambil dalam penenelitian ini adalah : H1 : Kompensasi manajemen
berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan (AMRI 2017)