Anda di halaman 1dari 6

Cashtax paid

CETR=
Pretax income

ntensitas aset tetap perusahaan menggambarkan


banyaknya investasi
perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Kepemilikan
aset tetap dapat
mengurangi pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan
karena adanya biaya
ISSN: 2302
-
8556
E
-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.15.1 April (2016):
584
-
613
594
depresiasi yang melekat pada aset tetap. Biaya depresiasi dapat
dimanfaatkan oleh
manaje
r sebagai agen untuk meminimumkan pajak yang dibayarkan
perusahaan.
Manajemen akan melakukan investasi aset tetap dengan cara
menggunakan dana
mengganggur perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
berupa biaya depresiasi
yang berguna sebagai pengurang pajak
(Darmadi, 2013). Dengan biaya depresiasi
ini, manajemen dapat meningkatkan pemberian
kompensasi karena telah
meningkatkan kinerja perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012)
menyebutkan bahwa
aset tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan
untuk memo
tong
pajak akibat depresiasi dari aset tetap setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa
perusahaan dengan tingkat aset tetap yang tinggi memiliki beban
pajak yang lebih
rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aset
tetap yang rendah.
Perusahaan yang l
ebih menekankan pada investasi berupa aset tetap akan memiliki
tarif pajak efektif yang rendah (Gupta dan Newberry, 1997).
H
2
:
Intensitas aset tetap
berpengaruh positif terhadap
tax avoidance

Hampir sel
uruh aset tetap akan mengalami penyusutan yang
akan menjadi biaya penyusutan dalam laporan keuangan perusahaan.
Sementara
biaya penyusutan ini adalah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan
dalam perhitungan pajak perusahaan. Artinya semakin besar bi
aya penyusutan
akan semakin kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan
perusahaan. Hal
tersebut berdampak pada perusahaan dengan tingkat rasio
intensitas modal
yang besar menunjukan tingkat pajak efektif yang rendah. Tingkat
pajak efektif
yang rendah mengin
dikasikan perusahaan melakukan praktik penghindaran
pajak.Penelitian yang menghubungkan antara investasi aktiva
tetap telah
dilakukan oleh
(
Lanis dan Richardson (2007), Delgado
et al
. (2014), Darmadi dan
Zulaikh
a (2013), Putra dan Merkusiwati (2016)
.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh
(
Wahyudi (2015) Wiguna (2016
)
. Penelitian ini kembali meneliti tentang
pengaruh
corporate social responsibility
pada penghindaran pajak dengan
menambahkan variabel karakter e
ksekutif, profitabilitas dan
capital intensity
sebagai variabel independen.
Teori yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan
salah satunya adalah teori legitimasi
(
Tilling, 2004
)
.
Ghozali dan Chariri (2007
)
menyatakan bahwa legitimasi perusahaan atau organisasi dapat
dilihat sebagai
sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat dan sesuatu
yang diberikan oleh masyarakat kepada perusahaan. Upaya
perusahaan untuk
mendapatkan legitimasi dari masyarakat adalah dengan
melakukan suatu
aktivitas tanggung jawab sosial atau yang biasa disebut dengan
corporate so
cial
responsibility
(CSR). Teori agensi menyatakan tentang adanya kontrak antara
pihak pemberi wewenang (
principal
) kepada pihak yang mendapatkan
wewenang (
agent
) dengan memberikan beberapa otoritas dalam pengambilan
keputusan guna melakukan sesuatu yang b
erhubungan dengan kepentingan
pihak
principal
(
Jensen
&
Meckling, 1976
)
. Manajer melakukan berbagai cara
untuk mencapai tujuan tersebut baik itu dengan tindakan yang baik
maupun
tindakan yang dapat merugikan berbagai pihak
(
Luayyi, 2010
)
.
Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidu
pnya selalu
berupaya untuk mendapatkan legitimasi atau pengakuan baik dari
pemerintah,
kreditor, investor, konsumen, maupun masyarakat sekitar
(
Hidayati
&
Murni,
2009
)
. Konsep legitimasi menunjukkan adanya tanggung jawab
perusahaan
terhadap masyarakat. Teori legitimasi inilah yang kemudian m
endasari
hubungan pengungkapan CSR dengan
penghindaran pajak
.
Penghindaran pajak adalah salah satu hambatan yang terjadi
dalam
pemungutan pajak sehingga menyebabkan berkurangnya
penerimaan kas
Negara
(
Bactiar, 2015
)
. Sedangkan
CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk
tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap semua
stakeholder
-
nya.
Berdasarkan pandangan teori legitimasi, CSR merupakan salah satu
bentuk cara
mendapatkan legitimasi dari masyarakat, semakin tinggi tingkat
pengungka
pan
CSR suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula reputasi
perusahaan di
mata masyarakat.
Average Debt
MAD Ratio=
SHDA Perusahaan
Intensitas aset tetap menurut Mulyani dalam Meisiska (2016) merupakan proporsi di mana dalam
aset tetap terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban yaitu beban penyusutan yang
ditimbulkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan, jika aset tetap semakin besar maka laba
yang dihasilkan akan semakin kecil, karena adanya beban penyusutan yang terdapat dalam aset
tetap yang dapat mengurangi laba.

Total aset tetap


Intensitas asset tetap= ×100 %
Total aset
total saham institusional
INST =
total saham yang b
total membersof audit commitee outside the company
AC= × 100 %
total members of audit commitee
Komite audit bertugas melakukan control dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan
untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif
memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta
mendukung good corporate governance (Andriyani, 2008). Sehingga dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.

Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) pengukuran kompensasi
yang digunakan adalah logaritma natural dari total kompensasi yang diterima eksekutif. Data
kompensasi eksekutif terdapat dalam annual report perusahaan. Kompensasi eksekutif dapat
dirumuskan sebagai berikut : Kompensasi Eksekutif = Ln(Kompensasi Eksekutif)

Pengruh x y : Tujuan dari adanya kompensasi diantaranya adalah untuk menyelaraskan kepentingan
antara pemegang saham dengan kepentingan pengelola perusahaan. Kompensasi dapat
memberikan efek jangka panjang dengan menggunakan bentuk insentif berupa saham maupun
memberikan insentif jangka pendek berupa kas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
manajemen pajak merupakan aktivitas yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan
manfaat kepada pemegang saham (Graham dan Tucker, 2006; Desai dan Dharmapala, 2006). Dalam
penelitiannya mengenai hubungan antara tingkat pajak efektif perusahaan dengan pengukuran
kinerja CEO dan manajer, Phillips (2003) berpendapat bahwa pemberian kompensasi berperan
memotivasi kinerja manajer dalam meminimalisasi tingkat pajak efektif perusahaan. Desai dan
Dharmapala (2006) meneliti pengaruh tax sheltering dan pemberian kompensasi yang tinggi untuk
para manajer. Manajemen pajak merupakan tujuan jangka panjang, maka diperkirakan perusahan
yang memberikan kompensasi yang tinggi akan berinvestasi lebih dalam hal manajemen pajak yang
dapat meminimalisasi tingkat pajak efektif yang dibayarkan perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis 1 yang dapat diambil dalam penenelitian ini adalah : H1 : Kompensasi manajemen
berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan (AMRI 2017)

Kompensasi =ln total kompensasi setahun


Eksekutif
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Semakin kecil komite audit, semakin tinggi nilai CETR, yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar pajak tinggi dan dapat dikatakan
bahwa penghindaran pajak tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai