Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefenisikan sebagai

kemampuan bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan/injury. Istilah

toksisitas merupakam istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan

tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi (Anonim,2008a)

Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran maupun mekanisme

kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja.

hal tersebut dapat di sebebkan lebih pekanya suatu organ, atau lebih tingginya

kadar bahan kimia dan bahan metabolitnya di organ toksisitas merupakan sifat

bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada suatu organisme

yang bergantung pada berbagai jenis faktor. Faktor yang nyata adalah dosis dan

lamanya pajanan. Faktor yang kurang nyata nya adalah spesies dan strain hewan,

jenis kelamin, umur ,serta status giji dam hormonal. Faktor lain yang turut

berperan ialah:

1.Faktor fisik

2.Faktor lingkungan

3.Faktor sosial

Di samping itu, efek toksik suatu zat dapat di pengaruhi oleh zat kimia lain

yang di berikan bersamaan. Efek toksik dapat berubah karena berbagai hal seperti:

1.Perubahan absopsi

2.Distribusi dan ekskresi zat kimia

3.Peningkatan atau pengurangan biotrasformasi

1
4.perubahan kepekaan reseptor pada orgaan sasaran

Hati merupakan organ yang penting untuk mendetoksifikasi zat kimia

yang tidak berguna/merugikan tubuh,hati adalah organ yang mempunyai

kemampuan tinggi untuk mengikat zat-zat kimia melebihi organ lain,serta mempu

memetabolisme dan mengekskresi beberapa zat-zat kimia. Hati atau liver

membuang bahan-bahan toksik atau bahan yang tidak berguna lagi melalui darah.

2
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana nasib zat racun yang tinggal dalam tubuh ?

2. Apa saja penyebab keracunan ?

3. Apa saja gejala dari keracunan ?

4. Bagaimana cara penanggulangan keracunan ?

5. Apa saja proses terjadinya keracunan ?

6. Bagaimana efek dari racun yang tinggal dalam tubuh ?

7. Bagaimana mekanisme terjadinya keracunan ?

8. Bagaimana cara pencegahan terjadinya keracunan ?

9. Apa saja faktor intrinsik dari penyebab keracunan ?

1.3 Tujuan makalah

a.Untuk mengetahui mekanisme atau proses terjadinya keracunan pada tubuh

manusia.

b.Untuk mengetahui kondisi seseorang jika mengalami keracunan.

c.Untuk mengetahui nasib zat racun yang tertinggal.

d.untuk mengetahui cara penanggulangan terjadinya keracunan

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Toksikologi merupakan ilmu yang lebih tua dari farmakologi. Disiplin ini

mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan.

Sedikitnya 50.000 zat kimia kini di gunakan oleh manusia karena tidak dapat

dihindarkan, maka kita harus sadar tentang bahayanya.

Sintesis zat kimia yang diperkirakan berjumlah 1000 per tahun, meyebabkan

toksikologi tidak hanya meliputi sifat-sifat racun,tetaoi lebih penting lagi

mempelajari “keamanan” setiap zat kimia yang dapat masuk ke dalam tubuh. Zat-

zat kimia itu disebut “Xenobiotik” (xeno=asing). Setiap zat kimia baru harus

diteliti sifat-sifat toksiknya sebelum diperbolehkan penggunaan secara luas. Bila

zat kimia merupakan obat atau makanan, instansi yang harus menilai ialah

Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, zat kimia lain

di atur oleh Badan misalnya Environmental Protection Agency di A.S ( di

Indonesia mungkin akan tumbuh dari Departemen Lingkungan Hidup).

Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran, hewan,

kedokteran dasar, dan klinik, pertanian,perikanan, industri, entomologi, hukum,

lingkungan dan juga ilmu perang.Perkembangan ini dimungkinkan oleh teknologi

analitik canggi yang memungkinkan terdeteksinya xenobiotik dalam tubuh dalam

jumlah kecil sekali.Karena penilaian sifat xenobiotik tidak dapat di lakukan pada

manusia sebagai mana lazimnya di lakukan untuk obat, maka penelitian

xenobiotik di lakukan hewan coba. Karena itu penilaian ke amanan di lakukan

melalui ekstrapolasi data dari hewan ke manusia.

4
PENYEBAB KERACUNAN

Tidak ada batasan yang tegas tentang keracunan berbagai macam obat dan

zat kimia, praktis setiap zat kimia. Accidental poisoning terutama terjadi pada

anak dibawah umur limah tahun karena kebiasaan mamasukkan segalah bendah

ke dalam mulut. Obat berlapis gula pun menarik bagi mereka. Minyak tanah

merupakan penyebab keracunan tersebar menurut anak menurut survey keracunan

yang di lakukan di jakarta pada tahun 1971 dan 1972.

Barbiturat dan hipnotik-sedatif lain merupakan pilihan utama untuk bunuh

diri pada orang dewasa, sedangkan opiat biasanya merupakan penyebab pada anak

mudah yang menyalah gunakan nya. Keracunan insektisida dapat terjadi karena

self-poisoning atau suatu kecelakaan karena kurang berhati-hati dalam

penggunaannya.

Enterotoksin stafilokokus sering mencemari makanan dan menyebabkan

keracunan. Demikian pula toksin botulinus mungkin terdapat dalam makanan

kaleng yang sudah rusak karena pengawetan yang kurang sempurna.Makanan

sehari-hari dapat mengandung racun yang amat kuat seperti sianida pada

singkong, muskarin atau faloidin pada jamur, ichtyosarcotoxsin pada ikan dan

sebagainya. Jengkol dapat menyebabkan penyumbatan tubuli ginjal segingga

timbul hematoria dan anuria.

Keracunan ptomain dahulu di sangka di sebabkan oleh makanan yang basi

ptomain=corpse. Anggapan ini ternyata tidak benar. Pada kenyataannya banyak

makanan yang justru dimakan setelah dibusukkan misalnya keju limburg, ikan

busuk, dan udang busuk yang di sukai orang Eskimo dan telur busuk tidak

5
menyebabkan keracunan. Banyak kejadian yang dahulu di sangka ptomain,

ternyata disebabkan oleh enterotoksin stafilokokus. Kemungkinan besar

enterotoksin pula penyebab tersering dari keracunan makanan diindonesia yang

tidak di ketahui etiologinya secara jelas.

Dengan berkembangnya industri diindonesia tentu tidak boleh di lupakan

beraneka zat kimia yang digunakan dipabrik, yang semuanya berupakan bahaya

potensial bila tidak diadakan tindakan pengamanan.

Keracunan akibat kosmetika seperti keracunan merkuri. Batas tertinggi

merkuri dalam darah ialah 0,03-0,04 ppm. Kadar merkuri dalam darah di atas 0,04

ppm harus dianggao upnormal pada orang dewasa. Karena metil merkuri

terkumpul dalam eritrosit dan merkuri anorganik tidak,maka distribusi merkuri

total antara eritrosit dan plasma merupakan petunjuk yang membedahkan

keracunan Hg anorganik atau organik. Hubungan antara kadar Hg anorganik

dalam darah dan toksisitasnya tergantung dalam bentuk pajangan. Misalnya

pajanan uap merkuri mengakibatkan kadar dalam otak kira-kira 10 kali lebih

tinggi dari pada kadar akibat pajanan garam Hg anorganik dengan dosis

sama.Batas tertinggi untuk ekskresi merkuri dalam urine pada orang normal ialah

25 µg/L.

GEJALA KERACUNAN

Gejala yang mengarah ke suatu diagnosis keracunan seperti :

a. Muntah

6
Muntah terjadi karena keracunan atau sengaja dibuat muntah, sebagai

upaya mengeluarkan racun yang masuk kedalam tubuh melalui

mulut.Tindakan penanggulannya :

1. Keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi penderita keracunan yang muntah-

muntah perlu dikontrol, dengan memberikan cairan infus yang

mengandung glukosa 5-10% dalam larutan garam 0,3-0,5 N sampai dapat

di berikan makanan dan minuman melalui mulut.

2. Obat yang digunakan untuk mengatasi muntah antara lain klorpromazim

25-50 mg/oral atau dalam bentuk supositoria setiap 4-6 jam.

b. Diare

Diare sebetulnya ikut membantu keracunan dalam usaha mengeluarkan racun

dari cairan cerna.Tetapi diare yang parah dan berkepanjangan, perluh segerah

diberhentikan.Tindakan penanggulan:

1. Keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi penderita keracunan yang diare

berkepanjangan,perlu dikontrol dengan memberikan cairan infus yang

mengandung dextrosa 5-10% dalam larutan garam 0,3-0,5 N, sampai

dapat diberikan makanan dan minuman melalui mulut

2. Jika diperlukan obat, dapat diberikan campuran pektin dan kaolin atau

atapulgit, untuk melindungi selaput lendir dan meabsopsi racun dari

saluran cerna. Dapat juga diberika atropin sehari 3 kali 0,5 mg.

c. Perut kembung

Atoniusus dapat menyebabkan perut kembung. Atoniusus juga dapat

disebabkan oleh keracunan yang berkaitan dengan terjadinya

hipokalemia.Tindakan penanggulangan:

7
1. Untuk mengatasi perut kembung dapat dilakukan dengan memasukkan

pipa rektal atau kolon dengan panjang 50-70 cm.

2. Jika diperlukan dapat diberikan simetikon atau obat yang mengadung

simetikon.

d. Kerusakan hati

Kerusakan hati dapat di sebabkan oleh keracunan obat atau bahan kimia

yang dapat berupah kerusakan umum, oleh kolestatik tanpa perangan dan

kolestatik dengan perangan portal.Kerusakan umum ditandai dengan gejala

transeminase meningkat, sedangkan fosfatase alkali rendah tergantung pada

kerusakan yang terjadi, fungsi hati mungkin tidak dapat kembali normal.

e. Demam

f. Sakit kepala

g. Sakit atau keram perut

h. Tubuh terasah lemah

i. Kurang nafsu makan

CARA PENANGGULANGAN KERACUNAN

A. Melalui Mulut

Jika racun masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut, maka tindakan

dalam menangani racun yang telah masuk kedalam tubuh ialah mengurangi

absorpsi racun dari saluran cerna, memberikan antidot, dan meningkatkan

eliminasi racun dari tubuh.

8
1. Merangsang muntah

Untuk merangsang muntah, dapat digunakan sirup ipeca,apomorfin dan

lain-lain.Apomorfin berbahaya jika digunakan secara sembarangan, karena dapat

menyebabkan depresi sistem saraf pusat dan sistem pernapasan. Sedangkan

perangsang muntah Cu-sulfat dan Na-klorida, potensial berbahaya dan sebaiknya

tidak digunakan.

2. Pemberian antidot

Pemberian antidot dapat meningkatkan eliminasi racun dari

tubuh.meskipun antidot kadang-kadang merupakan obat penyelamat nyawa

penderita keracunan, penanggulangan keracunan tidak dapat diandalkan hanya

dengan menggunakan antidot saja.

3. Membersihkan usus

Pembersihan usus dilakukan dengan menggunakan obat laksan dari

golongan senyawa garam,yaitu Mg-sulfat dan Na-sulfat.laksan non-ionik biasanya

tidak digunakan dalam usaha membersihkan usus karena akan teradsorpsi oleh

karbon sehingga menjadi tidak aktif. Laksan yang berupa minyak juga tidak

digunakan karena akan meningkatkan atau mempermudah absorpsi beberapa

racun oleh tubuh seperti golongan pestisida dan senyawa hidrokarbon.

B. Melalui Hidung

Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi), tindakan

yang segera dilakukan ialah:

9
1. Memindahkan penderita keracunan dari tempat atau ruangan yang tercemar

racun.

2. Trakeotomi dapat dilakukan, jika dipandang perlu.

3. Jika menggunkan alat resuscitator dengan tekanan positif,tekanan darah

perluh dikontrol terus-menerus.

C. Kontaminasi Kulit

Jika kulit terkontaminasi atau terkena racun, segera disiram dengan air

untuk mengencerkan atau mengusir racun.Kecepatan dan volume air yang

digunakan sanagat menentukan kerusakan kulit yang terjadi, terutama jika terkena

racun yang bersifat korosif dan bahan-bahan atau racun yang merusak kulit.

D. Kontaminasi Mata

Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus di bilas atau

dialiri air selama 15 menit. Dapat juga digunakan gelas pencuci mata,yang airnya

sering diganti. Jangan sekali-kali diteteskan antidot senyawa kimia, karena panas

yang akan timbul dapat mengakibatkan kerusakan mata yang lebih parah.

Selanjutnya, segera dibawah kerumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan

pengobatan.

MEKANISME TERJADINYA KERACUNAN ATAU TOKSIKOLOGI

Absorpsi racun di tandai oleh masuknya racun dari tempat paparan menuju

sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe. Absopsi di definisikan sebagai

jumlah racun yang mencapai sistem sirkulasi sistemik dalam bentuk tidak

berubah. Racun dapat terabsopsi umumnya apabila berada dalam bentuk terlarut

atau terdispersi molekuler. Jalur utama absopsi racun adalah saluran cerna, paru-

10
paru, dan kulit.Setelah racun mencapai sistemik, ia bersama darah akan di edarkan

ke seluruh tubuh. Dari sistem sirkulasi ia akan terdistribusi lebih jauh melewati

membran sel menuju sistem organ atau ke jaringan-jaringan tubuh. Selanjutnya

racun akan mengalami reaksi biotransformasi atau metabolisme dan ekskresi

racun melalui ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur ekskresi lainnya

( kelenjar keringat, kelenjar mamae, kelenjar ludah, dan paru-paru). Jalur

eliminasi yang paling penting adalah eliminasi melalui hati (reaksi metabolisme)

dan ekskresi melalui ginjal (Wirasuta dan Niruni,2006). Adapun mekanisme

lainnya yaitu dapat mendasari toksisitas obat. Biasanya reaksi toksik merupakan

kelanjutan dari efek farmakodinamik karena itu, gejala toksik merupakan efek

farmakodinamik yang berlebihan. Suatu obat jantung yang bekerja menghambat

konduksi atrioventrikular akan menimbulkan efek blok AV pada keracunan; Suatu

hipnotik akan menimbulkan koma. Hal ini akan lebih cepat terjadi, pada manusia

yang hiperaktif terhadap obat bersangkutan. Kerusakan jaringan tubuh misalnya

hati dan ginjal dapat mengganggu secara tidak langsung dan memudahkan

terjadinya toksisitas.

NASIB ZAT TOKSIK DALAM TUBUH

Zat toksik masuk kedalam tubuh melalui jalur intraveskuler (misalnya:

intravena, intracardial, intraarteri) dan ekstraveskuler (misalnya: oral,

inhalasi,intramuskuler, subkutan intraperitonial). Setelah diabsopsi, disposisi ke

cairan atau jaringan tubuh.

1. Distribusi memungkinkan zat racun mencapai sel atau jaringan sasaran

(Reseptor/Tempat aksi)

11
2. Eliminasi dikeluarkan dari tubuh atau dimetabolisme terlebih dahuluh

sebelum diekskresikan.

Sebenernya penentuan ketoksikan berdasarkan zat kimia utuh atau

metabilit aktifnya di sel sasaran dalam jumlah berlebih.

FAKTOR INTRISIK RACUN

Faktor intrisik racun merupakan faktor yang berasal dari racun itu sendiri.

Faktor-faktornya yaitu:

a. Faktor kimia

Ada banyak senyawa kimia, yang membedakan senyawa kimia yang satu

dengan yang lain adalah sifat kimia-fisika dan struktur kimianya. Contohnya

metanol dan etanol. Kedua senyawa ini sama turunan dari alkohol dan memiliki

sifat fisika dan kimia hampir sama salah satunya yaitu cairan tidak berwarna dan

mudah menguap,tetapi efek toksik yang dihasikan antara keduanya lebih toksik

metanol.struktur kimia dari metanol CH3OH dan etanol C2H5OH

Faktor kimia merupakan interaksi bahan kimia didalam tubuh dan

menimbulkan efek. Efek yang terjadi dapat dibedakan dalam:

 Efek editif yakni pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari

dua zat kimia atau lebih .

 Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat

kimia jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.

12
 Potensiasi yaitu apabilah suatu zat yang seharusnya tidak memiliki efek

toksik akan tetapi apabila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka

akan mengakibatkan zat kimia lain tersebut menjadi lebih toksik.

 Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan,

maka zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.

b. Kondisi Pemejaan

Kondisi pemejaan dibagi menurut waktu menjadi empat, yaitu:

 Akut: Pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam.

Contohnya : Kecelakaan kerja/keracunan mendadak

 Sub akut: Pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka

waktu 1 bulan atau kurang.

Contohnya :proses kerja dengan bahan kimia kurang dari 1 bulan.

 Subkronik :pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka

waktu 3 bulan.

Conyohnya :proses kerja dengan bahan kimia selama 1 tahun/lebih.

 Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu

lebih dari 3 bulan

13
WUJUD EFEK TOKSIK

W
JD
U
R
E
P
E
K
FU
B
H
A
T
S
K
ON
K
I

 Toksisitas Fungsional

Disebabkan oleh efek farmakologi yang tidak diperlukan untuk mencapai aksi

yang diinginkan dari obat tsb. Diberikan pada dosis lazim/konvensional. Sifat

reversibel /dapat balik jika obat dihentikan

Contoh :

1. efek sedasi pada terapi obat antihistamin.

2. Perubahan tekanan darah

3. Perubahan suhu

4. Perubahan respon terhadap stimulus

14
 Perubahan Biokimia

Mengacu pada perubahan yg tidak menimbulkan bukti kasar dari patologi

organ, melainkan dapat dideteksi dg metode kimia yg sesuai. Melibatkan kerja

enzim dalam jalur metabolism. Penghentian obat àsegera timbal balik jika

mekanisme homeostasis normal bekerja pada diri subyeknya. Contoh : terapi

hormonal à perubahan hormonal.

 Toksisitas Struktural

Perubahan nyata dalam struktur suatu organ, jaringan, atau sel àmenyangkut

juga perubahan biokimia dan fungsional. Perubahan mungkin ringan à berat

Sifat terbalikkan à tak terbalikkan

Contoh :

Ringan & reversibel :anestesi kloroform à infiltrasi lemak hati

Berat & irreversibel : fenotiazin à katarak

SIFAT EFEK TOKSIK

R
E
T
I
T
K
A
F
S B
A
K
I
L
K
E
F
A
B
R
T A
I
L
S
O
N
A
K
T K
I
N

15
SIFAT TERBALIKKAN

Kadar racun habis membuat reseptor kembali seperti semula. Efek toksik

cepat kembali normal. Ketoksikan tergantung takaran dari kadar racun pada

reseptor

SIFAT TAK TERBALIKKAN

Menyebabkan kerusakan menetap, penumpukan efek toksik, pemejanan

takaran kecil jangka panjang berarti sama dengan takaran besar jangka pendek

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Zat racun yang masuk kedalam tubuh akan mengalami fase distribusi yang

kemudian mengalami fase eliminasi

2. Penyebab dari keracunan antaralain:

 Makanan yang tercemar

 Keracunan akibat pestisida

 Keracunan akibat bahan kimia

 Keracunan akibat kosmetika

3. Adapun gejala keracunan antara lain:

 Tubuh terasa lemah

 Kurang nafsu makan

 Mual dan muntah

 Sakit dan keram perut

 Diare

 Demam

 Sakit kepala

4. Cara-cara penanggulangan keracunan

 Melalui mulut

 Melalui hidung

 Kontaminasi kulit

 Kontaminasi mata

17
5. Adapun keracunan menurut proses terjadinya

 Menurut cara terjadinya

 Menurut mula waktu terjadinya

 Menurut alat tubuh yang terkena

 Menurut jenis bahan kimia

6. Efek dari racun yang tinggal dalam tubuh

 Masalah pencernaan

 Masalah kulit

 Bau mulut yang menggangu

 Berat tubuh yang tidak bisa diperkirakan

 Tubuh yang terus menerus melemah

7. Mekanisme kerja keracunan yaitu dengan masuk kedalam pembuluh limfe

lalu diedarkan bersama darah masuk melalui membran sel mengalami reaksi

biotransformasi dan akhirnya di ekskresikan

8. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan

 Membersihkan semua bahan makanan beserta alat masak

 Menyimpan makanan dalam kulkas

 Memisahkan antara makanan matang dan mentah

 Memastikan makanan yang konsumsi matang

 Memperhatikan tanggal kadaluarsa makanan yang akan dikonsumsi

9. Faktor intrinsik dari keracunan:

 Faktor kimia

 Kondisi pemejaan

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penyusun KBBI. 2008. Kamus besar bahasa indonesia, Edisi Keempat.

Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

2. Lu.F.C.1995. Toksikologi dasar : Asas,organ sasaran,dan penilaian

resiko.Terjemahan dari Basic Toxicology : Fundamentals,target organs,and

risk assesment,oleh Nugroho,E.Bustami,Z.S dan Darmansyah,I.Universitas

Indonesia Press,jakarta.

3. Mansur. 2008. Toksikologi dan distribusi agent toksik.Edisi ke-2. Jakarta:UI

Press

4. Medical, Mini Notes Team. 2019. Basic Pharmacology & Drug Notes.

Makasar: MMN Publishing

5. Safitrih, Laila. 2015. Angka dan kejadian keracunan. Purwokerto: UMP

19

Anda mungkin juga menyukai