M DENGAN
DIABETES MILITUS DI DESA KARANGPRING, KECAMATAN
SUKORAMBI
KABUPATEN JEMBER
Oleh:
Darmila, S. Kep.
(1901031043)
A. Latar belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih
menjadi masalah utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah
diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin
karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang
disebabkan oleh resistensi insulin (American Diabetes Association, 2012).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah
klien dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80%
kematian akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada
tahun 2020 nanti diperkirakan akan ada sejumlah 178 juta penduduk
Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar
4,6% akan didapatkan 8,2 juta klien yang menderita DM. Hasil penelitian
yang dilakukan pada seluruh provinsi yang ada di Indonesia menunjukkan
bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah
sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI,
2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi klien diabetes melitus
pada tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%.
Sementara itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada
tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah pada daerah
Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%).
Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 prevalensi DM
adalah 0,6%. Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi klien
DM cenderung meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki,
dimana terjadi peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan
pertambahan umur namun pada umur ≥ 65 tahun prevalensi DM cenderung
menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi bagi klien yang tinggal di
perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau dari segi pendidikan
menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai
dampak negatif terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik
yang terjadi seperti poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan
mengantuk (Price & Wilson, 2005). Disamping itu klien juga dapat
mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala. Dampak
psikologis yang terjadi pada klien dengan DM seperti kecemasan,
kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian,
tidak berdaya (Potter & Perry 2010), ditambah lagi klien dapat menjadi
pasif, tergantung, merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita
(Purwaningsih & Karlina, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya
2. Pertanyaan masalah
a. Bagaimanakah Pengetahuan keluarga tentang penyakit DM sebelum
diberikan penyluhan?
b. Bagaimanakah Pengetahuan keluarga tentang penyakit DM setelah
diberikan penyluhan?
c. Bagaimana pemahaman keluarga Tn. M tentang pengobatan untuk
penderita DM?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui penyakit DM dan pengobatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada keluarga Tn. M yang
menderita Penyakit DM
b. Mendiagnosa masalah keluarga Tn. M
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga Tn.M
d. Memberikan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. M
e. Mengevaluasi tindakan yang te
f. lah dilakukan pada keluarga Tn.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga
merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota.
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2008) tipe keluarga dibagi menjadi dua
macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak
dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan
tanpa melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal
dalam kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai
fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, adalah:
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan
perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang
sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
5. Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007)
yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.
6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spriritual.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8
tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46
orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah
dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual
dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang
tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e) Konseling KB post partum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
D. Patofisologi
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka
glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah
yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal
ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan
berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita
diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
E. Penatalaksanaan
Menurut Soelistijo dkk, (2015) penatalaksanaan diabetes melitus terdiri
dari:
1. Edukasi Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup
dan perilaku telah terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan penyandang
diabetes melitus memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga,
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi :
a) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan
untuk kelompok resiko tinggi
b) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan
untuk pasien baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes, gejala,
penatalaksanaan, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan
kronik.
c) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada
pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara
pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
2. Terapi gizi atau Perencanaan Makan
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al, (2008) bahwa
perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:
a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes mellitus
b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti
vitamin dan mineral
c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena
padapasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko
komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun
e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler.Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4
kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes melitus. ada beberapa pedoman umum untuk
melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu :
a) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan
kakilainnya.
b) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin.
c) Periksa kaki setelah melakukan latihan.
4. Terapi farmakologi
Pengobatan DM secara menyeluruh mencakup diet yang benar,
olah raga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan
insulin.Pasien diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin
setiap hari.pasien diabetes melitus tipe 2, umumnya pasien perlu minum
obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan
suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan
insulin dan tablet
5. Monitoring keton dan gula darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri penderita DM dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan ka
dar glukosa darah secara optimal. Monitoring glukosa darah merupakan
pilar kelima dianjurkan kepada pasien
diabetes melitus.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M
DENGAN MASALAH DIABETE MILITUS
A. FASE PERSIAPAN
1. Latar belakang kegiatan
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga
karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan cara
asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keluarga juga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapatkan keuntungan dua sekaligus yaitu memenuhi
kebutuhan individu dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga
itu berada.
Berkaitan dengan praktek keperawatan komunitas yang sudah mulai
memasuki kegiatan intervensi keperawatan, maka dilaksanakan juga
penerapan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga/klien yang
memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan. Salah satunya adalah asuhan
keperawatan dengan DM terhadap Ny.S
2. Tujuan Umum
Setelah kegiatan, Ny. S mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
telah diberikan oleh perawat tetang DM.
3. Tujuan khusus
Setelah kegiatan pada kunjungan pertama, Ny.S mampu mengenal
masalah kesehatan pada dirinya sendiri dan rumah tempat tinggal serta
lingkungan sekitarnya.
B. FASE PENDAHULUAN
1. Perkenalan
Pada tahap perkenalan, mahasiswa memperkenalkan diri (identitas:
nama, asal institusi) kepada klien. Klien juga memperkenalkan identitas
dirinya.
2. Kontrak belajar asuhan
Menetapkan kontrak waktu pertemuan dengan klien yang disepakati oleh
klien dan mahasiswa, yaitu:
NO URAIAN KEGIATAN WAKTU
a. Pengkajian, meliputi: Jum’at, 28-02-2020
- Anamnesa Jam 10.00 WIB –
- Observasi Selesai
- Pemeriksaan fisik
b. Perencanaan, meliputi: Jum’at, 28-02-2020
- Penentuan masalah keperawatan Jam 10.30 WIB –
- Penentuan prioritas masalah Selesai
c. Implementasi, meliputi: Jum’at, 28-02-2020
- Penyuluhan Jam 11.00 WIB –
Selesai
d. Evaluasi/terminasi, meliputi: Jum’at, 28-02-2020
Evaluasi masalah Jam 12.00 WIB –
Selesai
3. Tujuan kunjungan
a. Mengadakan dan menyepakati kontrak waktu dengan klien Ny.S
dan keluarga.
b. Mengadakan pengkajian tahap 1
C. FASE KERJA
1. Pertanyaan inti meliputi:
a. Data umum keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Pengkajian lingkungan tempat tinggal
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stres dan koping keluarga
g. Harapan keluarga
h. Pemeriksaan fisik
2. Kegiatan yang dilaksanakan
a. Anamnesa untuk mengumpulkan data klien dan keluarga.
b. Observasi terhadap keadaan lingkungan fisik tempat tinggal keluarga
Ny.S
c. Pemeriksaan fisik terhadap Ny.S
D. FASE TERMINASI
1. Resume kegiatan.
Resume kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Kontrak waktu kegiatan berikut.
Kontrak waktu disesuaikan dengan kesepakatan antara mahasiswa
dengan keluarga.
Lampiran:
Format pengkajian asuhan keperawatan lansia
Mahasiswa Klien
___________________ Tn. S
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M
DENGAN MASALAH DIABETES MILITUS
A. Fase Persiapan
1. Latar belakang kegiatan
Menindak lanjuti pertemuan atau kunjungan pertama mahasiswa
yang dilaksanakan terhadap keluarga Ny.S pada hari Jumat, 28-02-2020
jam 10.00 WIB mengenai pengumpulan data awal, maka direncanakanlah
pertemuan kedua untuk Mahasiswa dan keluarga telah menyepakati
kunjungan kali ini membahas mengenai permasalahan yang dirasakan
keluarga dan prioritas permasalahan yang dikembangkan dalam bentuk
intervensi keperawatan lanjutan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, maka pada
pertemuan yang kedua ini akan menentukan dan memprioritaskan
masalah kesehatan sesuai yang dirasakan Ny.S
2. Analisis situasi
a. Klien dan keluarga
Klien telah mengenal mahasiswa dan mengetahui identitas
mahasiswa secara lebih dekat, serta mahasiswa juga mulai
mengenal klien lebih intensif. Pada pertemuan pertama keluarga
Ny.S menerima mahasiswa dan mau memberikan informasi serta
data yang menunjang permasalahan yang dirasakan oleh klien
sendiri yang dapat digunakan untuk melengkapi data mahasiswa.
b. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal klien telah mengenal mahasiswa
dan mulai memahami maksud dan tujuan dari kunjungan
mahasiswa kerumah klien. Masyarakat disekitar tempat tinggal
klien banyak membantu mahasiswa dalam proses perkenalan
dengan klien.
3. Tujuan Umum
Setelah kegiatan, keluarga Ny.S memahami terhadap permasalahan
yang dihadapi.
4. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan pada kunjungankedua, keluarga Ny.S mampu
memahami tentang masalah-masalah kesehatan yang dialami dan prioritas
masalah yang perlu ditangani.
B. Pendahuluan
i. Tujuan kunjungan:
Mengingatkan Ny.S akan kontrak waktu terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Mendiskusikan masalah-masalah
kesehatan yang dialami dan prioritas masalah yang perlu ditangani.
C. Fase Kerja
Kegiatan yang dilaksanakan.
Tahap Waktu Kegiatan
D. Fase Terminasi
1. Resume Kegiatan.
2. Resume kegiatan yang telah dilaksanakan.
3. Kontrak waktu kegiatan berikut.
4. Kontrak waktu disesuaikan dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan
keluarga.
Lampiran:
Format pengkajian asuhan keperawatan dewasa
Mahasiswa Klien
___________________ Tn.S
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M
DENGAN MASALAH DIABETES MILITUS
A. FASE PERSIAPAN
1. Menentukan tujuan kunjungan ketiga
B. Menyiapkan materi penyuluhan diabetes militus, pentingnya menjaga
kesehatan yang baik
C. FASE KERJA
Kegiatan yang dilakukan
1. Menentukan waktu yang telah disepakati
2. Melakukan penyuluhan pada keluarga tentang Dabetes militus
3. Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang
dimengerti keluarga
4. Melakukan evaluasi tentang hasil penyuluhan.
D. FASE TERMINASI
Resume kegiatan
Resume kegiatan yang telah dilakukan
Lampiran:
Format pengkajian asuhan keperawatan Dewasa
Mahasiswa Klien
__________________
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M
DENGAN MASALAH DIABETES MILITUS
Mahasiswa Klien
_____________