Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi
Luka bakar (combutio) adalah suatu trauma yyang disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respons stres simpatis, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel (Kaplan dan Hentz, 2006).
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai
fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan
tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga
dengan demikian mencegah kegilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makan
yang memproduksi energi, panas ini akan menghilang melalui kulit, selain itu kulit yang
terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis
vitamin D. kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan
subkutan.
B. Etiologi
Etiologi dari luka bakar :
1. Luka bakar suhu tinggi (termal burn)
Seperti gas, cairan, dan bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (hemical burn)
Disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basah kuat.
3. Luka bakar sengantan listrik (electrical burn)
Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan
perubahannya menjadi tenaga panas dan menimbulkan luka bakar yang tidak hanya
mengenai kulit dan jaringan subkutan, tetapi mengenai semua jaringan pada jalur alur
listrik tersebut. Luka pada daerah yang masuknya alur listrik biasanya gosong dan
tampak cekung
4. Luka bakar radiasi (radiasi injury)
Disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran.terpapar oleh sinar matahari yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
C. Fase luka bakar
Fase-fase luka bakar yaitu :
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat
setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernapasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini seringkali terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera yang berdampak sistemik.
2. Fase subkutan
Berlangsung setelah fase syok berlangsung. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang tejadi
menyebabkan :
a. Proses inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur organ-organ fungsional.
3. Fase lanjut
Akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan organ-
organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
D. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak baru
lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi,
maka pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitar, dan area yang jauh sekalipun akan
rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan
intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi oedema dan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit
sebagai barier dan penahan penguapan.
Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%) dapat terjadi syok hipovolemik
disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, serta produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan,
maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permebilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Pada kebakaran
dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah dapat terjadi kerusaakan mukosa jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnoe, stridor, suara parau, dan dahak berwarna
gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.
Karbon monoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak
lagi mampu mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan, yaitu lemas, binggung, pusing,
mual dan muntah.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi
serta penyerapan kembali cairan dari ruang intertisial ke pembuluh darah yang ditandai
dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit
mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler
yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh
atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit
penderita sendiri, juga kontaminasi dari kuman saluran napas atas dan kontaminasi
kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya sangat berbahaya karena
kumanya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kuman gram positif yang berasal
dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman
gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease
dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar.
Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang
mudah lepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng
yang kering dengan perubahan jaringan keropeng yang mula-mula sehat menjadi
nekrotik. Akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi
kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi luka bakar derajat dua dapat sembuh
dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen
epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel keringat, atau sel
pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut
hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara ekstetik sangat jelek.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme
tinggi, dan mudah terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama
didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi
sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Kecatatan akibat luka bakar ini
sangat hebat, terutama bila mengenai wajah. Penderita mungkin mengalami beban
kejiwaan berat akibat cacat tersebut, sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang
disebut schizophrenia post burn. (Sjamsuhidajat, dkk, 2010).
E. Klasifikasi luka bakar
Berikut ini merupakan klasifikasi luka bakar :
1. Berdasarkan penyebab :
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu  rendah (frost bite)
2. Berdasarkan  kedalaman  luka bakar:
F. a.       Luka bakar derajat I
G. Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak
sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan
dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
H. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-
7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa
nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.

I.
J. Gambar 1. Luka bakar derajat I
K. b.      Luka bakar derajat II
L. Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut
disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih
tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka
bakar derajat II ada dua:
M. 1)      Derajat II dangkal (superficial)
N. Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14
hari.
O. 2)      Derajat II dalam (deep)
P. Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari satu bulan.
Q.
R. Gambar 2. Luka bakar derajat II
S. c.       Luka bakar derajat III
T. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada
pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis,
tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

U.
V. Gambar 3. Luka bakar derajat III
W.            3.      Berdasarkan  tingkat  keseriusan luka
X. a.       Luka bakar ringan/ minor
Y. 1)      Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
Z. 2)      Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
AA. 3)      Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
BB. b.      Luka bakar sedang (moderate burn)
CC. 1)      Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
DD. 2)      Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
EE.3)      Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
FF. c.       Luka bakar berat (major burn)
GG. 1)      Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
HH. 2)      Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
II. 3)      Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
JJ. 4)      Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
KK. 5)      Luka bakar listrik tegangan tinggi
LL.6)      Disertai trauma lainnya
MM. 7)      Pasien-pasien dengan resiko tinggi

Anda mungkin juga menyukai