LANDASAN TEORI
5
6
Gambar 2.7 Proses plastik menjadi bahan baru untuk barang baru
Sumber: http://biophysics.sbg.ac.at, diakses 16/April/2014
2.1.2. Pengangkutan
Pertumbuhan daerah perkotaan memperluas zona pengumpulan
sampah. Hal ini akan memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi
operasi pengumpulan dan pengangkutan dalam kota dengan memperluas
zona dengan membuat pos-pos pemindahan sampah dimana sampah
dapat dipindahkan dari truk sampah berukuran kecil atau sedang ke yang
berukuran besar.
lingkungan. Kebijakan yang lain adalah tingginya pajak TPA. Hal ini
bertujuan agar pembuangan sampah di TPA dapat berkurang, karena
seperti yang kita ketahui, jika terlalu banyak sampah yang bertumpuk di
suatu area atau lahan tertentu, akan dapat mengurangi kualitas tanah, air
dan udara di daerah tersebut. Sejak tahun 1980, pemerintah Swedia juga
gencar mengkampanyekan kepada masyarakat pentingnya mengurangi,
memilah dan mengolah sampah yang ada, bahkan cara-cara pengolahan
sampah itu sendiri juga dimasukkan dalam kurikulum sekolah, jadi tak
heran jika budaya ini sudah turun-temurun dan mendarah daging.
3. Jepang
Pada dasarnya, sampah rumah tangga di Jepang dibagi dalam 4 jenis,
yaitu:
Sampah bakar (combustible) seperti sisa makanan, kotoran dapur,
minyak bekas yang sudah dibekukan (di Jepang tersedia bubuk
khusus untuk membekukan minyak bekas), kertas pembungkus
makanan.
Sampah tidak bakar (non-combustible) seperti sampah plastik.
Sampah daur ulang (recycle) seperti botol PET, botol kaca, kaleng
makanan/minuman, karton bekas kemasan makanan.
Sampah ukuran besar seperti furnitur bekas, kasur bekas, elektronik
bekas.
Sampah dipisahkan sesuai jenisnya dan dimasukkan dalam plastik
khusus. Lalu sampah dikumpulkan ke tempat pengumpul sampah yang
ada di luar rumah sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk kemudian
diambil oleh petugas. Misalnya saja di kota Nagoya, sampah bakar akan
diambil setiap hari Senin dan Kamis, hari Rabu untuk sampah plastik,
sedangkan hari Jum’at untuk sampah daur ulang. Khusus untuk sampah
besar seperti furnitur bekas atau alat elektronik bekas, warga harus
membuat janji dengan pengelola kebersihan daerah setempat dengan
membeli tiket seharga yang ditentukan. Jika warga salah jadwal dalam
mengeluarkan sampah, atau sampahnya tercampur satu sama lain maka
petugas tidak akan mau mengambilnya, dan mereka harus mengantarkan
sendiri sampah mereka ke tempat pengumpulan sampah.
Setelah diambil, sampah kemudian diproses dan diolah oleh
pemerintah daerah setempat. Untuk jenis sampah bakar akan
dimusnahkan dengan cara dibakar dalam TPS. Hasil dari pembakaran
yang berupa slag dan panas akan dimanfaatkan kembali. Slag atau
padatan seperti tanah nantinya akan dipakai sebagai campuran dalam
konblok untuk lapisan jalan. Sedangkan panas yang dihasilkan akan
digunakan sebagai pembangkit listrik TPS. Jika pada sampah terdapat
cairan, maka cairan tersebut akan disuling terlebih dulu sebelum
dialirkan ke sungai. Sampah plastik nantinya akan dibawa ke tempat
pemilahan sampah plastik, untuk selanjutnya akan dipadatkan
membentuk kotak besar. Sebagian dikirim ke pabrik sebagai campuran
bahan pembuat baja, sebagian lagi dikirim ke pabrik pembuat marka
jalan.
Sistem pengolahan sampah ini ternyata belum berjalan lama. Sekitar
tahun 1950-an orang Jepang masih tidak peduli dengan masalah
pembuangan dan pengelolaan sampah. Pemerintah juga tidak begitu
peduli, karena pada saat itu Jepang baru tumbuh sebagai negara industri.
Akibat pertumbuhan industri dan ketidakteraturan pembuangan limbah,
muncullah berbagai kejadian pencemaran lingkungan. Kejadian yang
terbesar terjadi pada sekitar akhir 1950-an yang dikenal dengan tragedi
Minamata, ribuan orang meninggal akibat keracunan limbah merkuri
yang dibuang ke lautan oleh pabrik Chisso Minamata. Disusul berbagai
kasus polusi dan pencemaran lingkungan pada dasawarsa 1960 - 1970-
an. Barulah pada pertengahan 1970-an muncul gerakan masyarakat
peduli lingkungan atau yang disebut chonaikai. Gerakan mereka
menganut 3R yakni Reduce (mengurangi pembuangan sampah), Reuse
(menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang).
Gambar 2.12 Tempat sampah yang berwarna berdasarkan jenis sampah
Sumber: http://zacharylangendorff.blogspot.com, diakses 16/April/2014