Hubungan antara negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara
warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk
memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki
hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara dan berhak
mendapatkan perlindungan dari negara.
Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara dengan kehidupan
warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya misalnya, seringkali terjadi
karena adanya kesenjangan antara peranan negara serta kehidupan warga negaranya.
Dalam deretan pasal-pasal beserta ayat-ayatnya, UUD 1945 secara jelas mencantumkan hak serta
kewajiban negara atas rakyatnya yang secara jelas juga harus dipenuhi melalaui tangan-tangan
trias politica ala Monteqeiu. Melalui tangan Legislatif suara rakyat tersampaikan, melalui tangan
eksekutif kewajiban negara, hak rakyat dipenuhi, dan di tangan yudikatif aturan-aturan
pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Idealnya begitu, tapi apa daya sampai sekarang
boleh di hitung dengan sebelah tangan seberapa jauh negara menjalankan kewajibannya. Boleh
dihitung juga berapa banyak negara menuntut haknya.
Bukan hal yang aneh ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang selama ini telah di
berikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga serta menjalankan kewajibannya.
Negara sebagai sebuah entitas dimana meliputi sebuah kawasan yang diakui (kedaulatan),
mempunyai pemerintahan, serta mempunyai rakyat. Rakyat kemudian memberikan sebagian
hak-nya kepada negara sebagi ganti negara akan melindunginya dari setiap mara bahaya, serta
berkewajiban untuk mengatur rakyatnya. Hak-hak rakyat tadi adalah kewajiban bagi sebuah
negara. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kerja serta hak-hak untuk mendapatkan
pelayanan umum seperti kesehatan, rumah, dan tentunya hak untuk mendapatkan pendidikan.
Semuanya itu harus mampu dipenuhi oleh negara, karena itulah tanggung jawab negara. Kalau
hal itu tak bisa dipenuhi oleh sebuah negara maka tidak bisa disebut sebuah negara.
BAB II
Landasan Teori
Benar
Milik atau kepunyaan
Kewenangan
Kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang undang, aturan,
dsb)
Kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu
Derajat atau martabat
Wewenang menurut hukum
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita
sendiri. Contoh : hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari dosen dan
sebagainya.
(Sesuatu) yang diwajibkan atau sesuatu yang harus dilaksanakan atau juga keharusan,
Pekerjaan atau tugas
Tugas menurut hukum
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contoh :
melaksanakan tata tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan dosen dengan sebaik
baiknya dan sebagainya.
Wujud hubungan warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan
pasal 34 UUD 1945.
ü Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
ü Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
ü Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
ü Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”.
ü Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat1)
ü Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
ü Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
ü Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).
ü Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
ü Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan :
“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
ü Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan: “Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain”
ü Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”
ü Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
2.3. Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu :
a) Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan
pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
b) Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c) Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
d) Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
BAB III
PEMBAHASAN
Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak
warga terhadap negara. Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk
menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara,
kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban
negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. Beberapa
contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak negara untuk
dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk kepentingan rakyat.
Adapun dalam hal kebutuhan pokok kolektif (pelayanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan),
semua itu menjadi tanggung jawab negara, bukan tanggung jawab setiap individu rakyat. Karena
itu, tidak selayaknya Pemerintah membebankan pemenuhan kebutuhan pokok terhadap
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan kepada rakyat; baik pengusaha maupun buruh.
Pengusaha tidak selayaknya dibebani dengan kewajiban untuk menyediakan jaminan pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan keamanan-meskipun ia boleh melakukannya jika mau, apalagi jika
itu telah menjadi bagian dari akadnya dengan buruh. Yang terjadi saat ini, pengusaha justru
sering dibebani oleh beban-beban seperti di atas yang seharusnya menjadi tanggung jawab
Pemerintah.
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
1) Pertahanan negara merupakan fungsi pemerintahan negara. Di dalam konsideren Undang-
Undang No. 20 Tahun 1982 dinyatakan bahwa pertahanan keamanan negara Republik Indonesia
yang mencakup upaya dalam bidang pertahanan dan keamanan adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara.
2) Pembelaan negara adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara. Pada
umumnya pengertian pembelaan negara (bela negara) dipersepsikan identik dengan pertahanan
keamanan. Hal ini dapat dimengerti, karena sejak awal berdirinya NKRI, keikutsertaan warga
negara dalam bela negara diwujudkan dalam kegiatan di bidang Perhankam. Berdasarkan hal itu,
terdapat baik di kalangan aparatur pemerintah negara maupun di kalangan masyarakat luas,
bahwa seorang warga negara dapat dinyatakan menunaikan hak dan kewajibannya dalam bela
negara apabila ia telah melaksnakan kegiatan-kegiatan di bidang komponen-komponen kekuatan
Hankam.
3) Bahwa Bab XII Pasal 30 dikaitkan dengan bab-bab lainnya dalam UUD 1945 (Bab I, II,
VII, dan X), maka upaya pembelaan negara mengandung makna perwujudan asas demokrasi,
dalam arti :
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan kewajiban
tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2)
menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3) menyebutkan tugas TNI sebagai
“mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”. Ayat (4)
menyebut tugas Polri sebagai “melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan menegakkan
hukum”. Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, diatur
dengan undang-undang (UU).
Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski TNI dan Polri berbeda dalam
struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing keduanya
bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu “sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta”. Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara (hanneg) dan keamanan
negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-undang yang membangun
adanya “ke-sistem-an” yang baik dan benar.
Pasal 30 UUD 1945 menerangkan bahwa, pertahanan negara tidak sekadar pengaturan tentang
TNI dan bahwa keamanan negara tidak sekadar pengaturan tentang Polri. Pertahanan negara dan
keamanan negara perlu dijiwai semangat Ayat (2) tentang “sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta”. Makna dari bunyi Ayat (5), “yang terkait pertahanan dan keamanan negara,
diatur dengan undang-undang” adalah bahwa RUU, UU, dan Peraturan Pemerintah lain seperti
RUU Intelijen, UU tentang Keimigrasian, UU tentang Kebebasan Informasi, UU Hubungan Luar
Negeri, RUU tentang Rahasia Negara, UU tentang Otonomi Daerah, dan hal-hal lain yang terkait
pertahanan dan keamanan negara perlu terjalin dalam semangat kebersamaan “sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta”.
Di dalam UUD1945 pasal 31 berisi tentang hak dan kewajiban dalam pendidikan dan
kebudayaan. Kalau kita bicara tentang undang-undang pendidikan mestinya kita melihat
dasarnya Kalau era reformasi ,sebagai dasarnya adalah hasil amandemen UUD 1945 ke IV
(empat). Hasil amandemen UUD 1945 Ke IV ( tahun 2002) yaitu tentang pendidikan.
Sudah di jelaskan dengan tegas bahwasanya setiap warga negara mempunyai hak dalam
mendapatkan pendidikan yang layak.
Dijelaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Untuk meralisasikan pasal tersebut pemerintah mencanangkan program wajib
belajar 9 tahun. Dan telah menyelenggarakan pendidikan gratis melalui program BOS. Walaupun
dalam pelaksanaannya masih ada pungutan-pungutan biaya yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.
Pasal 31 ayat 3 terdapat kalimat “pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia”. Pendidikan nasional yang meningkatkan kepada ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hekmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pada pasal tersebut sudah di jelaskan bahwasanya pemerintah harus memajukan ilmu pngetahuan
dan teknologi dengan tidak melanggar nilai-nilai agama yang dapat memecah belah persatuan
bangsa dan negara.
3.1.4. Trias Politica Dalam Kaitannya Dengan Hak Dan Kewajiban Negara
Trias Politika adalah sebuah konsep politik yang berarti pemisahan kekuasaan. Pada intinya,
konsep trias politika adalah sebuah ide dimana kekuasaan negara terdiri atas tiga macam
kekuasaan: kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan undang-
undang) dan yudikatif (mengadili atas pelanggaran undang-undang). Konsep ini pertama kali
dicetuskan oleh filsuf Inggris John Locke dan kemudian dikembangkan oleh sarjana Perancis
Montesquieu. Segenap negara demokratis, termasuk Indonesia, menerapkan trias politika agar
tidak ada penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memilih pemisahan kekuasaan tugas
dalam menjalankan sistem ketatanegaraannya. Konsep pemisahan kekuasaan ini dikemukaan
oleh seorang pemikir hebat asal perancis yaitu Baron de La Brède et de Montesquieu atau yang
lebih dikenal Montesquieu.
Dewan Perwakilan Rakyat atau yang di sebut Parlemen yang berasal dari kata “parle” berarti
bicara, artinya mereka harus menyuarakan hati nurani rakyat, setelah mengartikulasikan dan
mengagregasikan kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang parlemen
kepada pemerintah yang berkuasa.
Dalam hal ini parlemen wajib menyuarakan suara-suara rakyat yang diwakilinya, sehingga
rakyat merasa dilindungi dan diperhatikan haknya. Hak-hak yang disuarakan itu kemudian
diteruskan kepada dewan eksekutif (pemerintah) yang berwenang untuk menjalakan
pemerintahan yang memperjuangkan cita-cita rakyat, kemudian dewan yukikatif mengawasi
jalanya pemerintah dengan tujuan dicapainya tujuan bersama tanpa adanya penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hubungan antara negara dan warga negaranya tercermin dalam hak dan kewajiban antara negara
dan warga negara. Hak dan kewajiban itu tertuang dalam pasal-pasal konstitusi negara, UUD
1945. Misalnya, pasal 30 UUD 1945 yang mengatur tentang Pendidikan, pasal 1(satu) berbunyi:
”Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pasal ini menyuratkan bahwa negara
mempunyai kewajiban untuk mendukung dan membantu warga negaranya untuk mendapat atau
meraih pendidikan.
Namun, dalam kenyataannya pasal-pasal dalam UUD tersebut kadang tidak dijalankan secara
sungguh-sungguh oleh negara. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, misalanya lemahnya
kinerja lembaga negara atau badan negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Lemahnya kinerja
lembaga legislatif (penyalur aspirasi rakyat), eksekutif (pelaksana kebijakan), dan yudikatif
(pengawas pemerintah) akan berujung pada kesejangan antara peran negara dan situasi warga
negara.
Supaya terdapat keseimbangan dan keselarasan antara hak dan kewajiban antara negara dan
warga negara maka negara harus melaksanakan hak dan kewajibannya dan warga negara patuh
dan taat terhadap negara dan juga sebaliknya.