Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak
sekali sudut pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata
“remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow
maturity. Selanjutnya, Wirawan7 menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan
remaja seharusnya disesuaikan dengan budaya setempat, sehingga untuk di
Indonesia digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah (Putro, 2017).
Menurut WHO (2015) diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia jumlah
kelompok usia 10 -19 tahun menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5
juta atau sekitar 18% jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, penduduk dengan kelompok umur
10-19 tahun adalah sekitar 1.481.270 jiwa yang terdiri dari 757.675 remaja
laki-laki dan 723.595 remaja perempuan.
Pada masa remaja, individu mengalami perubahan biologis, psikologi
dan sosial. Perubahan biologis menekankan pada terjadinya masa pubertas
yang mengubah bentuk tubuh anak-anak menjadi seorang remaja yang
matang secara fisik dan seksual. Pada perubahan psikologis maupun
sosialnya, remaja mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan
ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan
masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO,
2015).
Salah satu fase pertama dalam kehidupan remaja adalah masa pubertas.
Remaja pubertas didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Anak remaja selama menjalani masa pubertas akan mengalami banyak
perubahan fisik dan psikologis yang sifatnya sangat cepat. Pada anak laki-laki,
perubahan seks primer masa pubertas ditandai dengan mimpi basah, sedangkan
perubahan sekunder berupa suara mulai berubah, tumbuh rambut di daerah ketiak,
kumis, jenggot, alat kelamin. Sementara perubahan seks primer anak perempuan
ditandai dengan menstruasi pertama kali (menarche) dan biasanya diikuti dengan
perubahan organ seksual sekunder yaitu memiliki payudara dan pinggul yang
membesar). Perubahan fisik yang dialami remaja selama masa pubertas memberikan
dampak bagi perubahan psikologis dan sosial (Triyanto, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
dan memahami konsep perkembangan seks sekunder pada
remaja putra dan putri di Pesanteren Subulussalam
Palembang. Hal ini juga terkait kegiatan pembelajaran dalam blok yang
mengharuskan mahasiswa untuk turun langsung ke lapangan agar mahasiswa
melakukan pembelajaran dan evaluasi dari tinjauan pustaka
secara langsung di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik perkembangan seks sekunder
pada remaja putra dan putri di Pesanteren Subulussalam
Palembang ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan seks
sekunder pada remaja putra dan putri di Pesanteren
Subulussalam Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan organ
seks sekunder pada remaja putra dan putri di
Pesanteren Subulussalam Palembang.
2. Untuk mengetahui indikator yang dinilai dalam
perkembangan organ seks sekunder pada remaja
putra dan putri di Pesanteren Subulussalam
Palembang.

Tambahan dapus
(Triyanto, Endang. 2010. Pengalaman masa pubertas remaja fenomenologi di
Purwekerto. Junal Ners. 5(2). 147–153.)

(Putro, Khamim Zarkasih. 2017. Memahami ciri dan tugas perkembangan masa
remaja. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. 17(1). 25-32.)

Anda mungkin juga menyukai