Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital
artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila
makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup
tersebut terancam punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem
reproduksi manusia tentunya berbeda pada pria dan wanita. Sistem reproduksi wanita
sangat bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya karena di dalam
rahimnya terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung dengan
adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.

Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ
reproduksi internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna
terdiri atas vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-
masing organ reproduksi tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi.
Proses fisiologi yang terjadi dalam organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu
proses fisiologi yang berperan penting dalam sistem reproduksi adalah pembentukan
ovum melalui proses oogenesis. Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah
dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada
sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga
ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu
pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian
proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.

Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya
menstrusi atau peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan sebagai masa
produktif  yaitu masa untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40
tahun. Pada masa ini hormon-hormon reproduksi berkembang baik sehingga dapat
menghasilkan keturunan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita
terlihat kuat ketika masa pubertas ini. Allah telah menjelaskan keberadaan seorang
wanita dan sistem reproduksinya dalam firman-Nya Surat Ar Ruum ayat 54 sebagai
berikut : Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia

1
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa” (QS. Ar Ruum : 54).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa meskipun wanita terlihat lemah, namun


wanita tersebut dengan izin Allah dapat mengandung atau menghasilkan keturunan.
Wanita diciptakan sebagai maakhluk yang kuat karena memiliki organ-organ
reproduksi yang berperan penting dalam menjalankan fungsinya menghasilkan
keturunan dan menampung proses perkembangan rahim di dalamnya. akan tetapi
seiring dengan pertambahan usia, organ reproduksi wanita mengalami kemunduran
fungsi sehingga sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas bahwa wanita akan
lemah dan beruban. Proses ini dalam ilmu biologi disebut sebagai tanda-tanda
menopause.

Usia tua seorang wanita dalam siklus reproduksinya berubah menjadi masa
menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki arti atau makna yang
menjelaskan tentang gambaran terhentinya haid atau menstruasi. Menopause dapat
diartikan sebagai haid terakhir. Menopause disebut juga sebagai periode klimakterium
di mana seorang wanita berpindah dari tahun reproduktif ketahun nonreproduktif dalam
hidupnya, pada fase ini wanita akan mengalami akhir dari proses biologis dari siklus
menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi
hormon estrogen yang dihasilkan ovarium.  Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat
reproduksi, organ tubuh, dan kemampuan fisik (Kartono, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi


organ reproduksi. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya
maka seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh
karena itu, perlu disusun makalah ini guna mengetahui anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi wanita.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja anatomi alat reproduksi pria dan wanita?

2. Bagaimana peranan fungsi organ reproduksi pria dan wanita?

3. Bagaimana rangsangan hormone pada pria dan wanita?

4. Bagaimana fisiologi reproduksi pada pria dan wanita?

5. Bagaimana siklus menstruasi pada wanita?

6. Bagaimana terjadinya proses fertilisasi?


2
C. Tujuan masalah

1. Menjelaskan anatomi alat reproduksi pada pria dan wanita

2. Menjelaskan peranan fungsi organ reproduksi pria dan wanita

3. Menjelaskan rangsangan hormone pada pria dan wanita

4. Menjelaskan fisiologi reproduksi pada pria dan wanita

5. Menjelaskan siklus menstruasi pada wanita

6. Menjelaskan terjadinya proses fertilisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria


Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan
hormon pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.

1. Organ Reproduksi Dalam

Organ reproduksi dalam pria terdiri dari:


a. Testis

Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir
(skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian
tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat
yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. testis adalah sepasang
struktur oval , agak gepeng dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai
2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci).

Fungsi testis, terdiri dari :


1) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus
seminiferus.
2)  Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.
Bersama dengan epididimis, testis berada dalam kantung skrotum. Dinding
yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunica vaginalis. Tunica
vaginalis dibentuk dari peritoneum abdominalis yang mengadakan migrasi
kedalam skrotum saat berkembangnya genitalia internal pria.
1) Turnika albuginca adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
4
2) Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus. epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus
mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi
sperma: sel-sel Sertoli yang menompang dan memberi nutrisi sperma yang
sedang berkembang : dan sel-sel interstisial (leydig), yang memiliki fungsi
endokrin.
b. Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis,
vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
1) Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma
sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
2) Vas Deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari
epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan dimulai dari ujung bawah
epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis.
Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferen melewati chorda
spermatica menuju kedalam abdomen. Setelah menyilang ureter, vas
deferen menuju ke duktus vesikula seminalis.. Vas deferens tidak menempel
pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas
deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
3) Saluran Ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung
semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma
agar masuk ke dalam uretra.
4) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen
dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
c. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah
kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar

5
asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis,
kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
1) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar
berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula
seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma.
2) Kelenjar prostat
Kelenjar Prostat sebagian struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya
otot. Struktur ini mengelilingi urethra pria. Organ berukuran 2.5x3-5x4.5
cm. Lobus media prostat secara histologis merupakan zona transisional
berbentuk baji yang secara langsung mengelilingi urethra  dan
memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat terjadi hipertrofi, lobus
media dapat menyumbat aliran  urine. Prostat bagian anterior sebagian besar
terdiri dari jaringan fibromuskular. Semua jaringan otot pada vas deferen ,
prostat , prostat disebitar urethra dan vesicula seminalis terlibat dalam
proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15% volume total cairan
semen.
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah
kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung
kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup
sperma. Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan
vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang
memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.
3) Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah
yang bersifat alkali (basa).
2. Organ Reproduksi Luar

Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.

a. Penis

Penis terdiri dari tiga bagian akar batang dan glans penis yang membesar yang
banyak mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Penis terdiri dari tiga rongga
yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa
jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang
berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra

6
pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.

1) Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali didekat akar organ. Preposium
(kulup) adalah lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans
penis kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung
proksimal glans penis.

2) Badan penis dibentuk dari tiga masa jaringan erektil silindris dua korpus
kavernosum spongiosum vebtral di sekitar uretra.

a) Jaringan erektil adalah jaring – jaring ruang darah ireguler (vinusa


sinusoid) yang diperdarai oleh arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh
venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea

b) Korpus konvernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat disebut tunika


albugnea.

3) Mekanisme ereaksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular


korpuskavernosum dibawah pengendalian SSO.

b. Skrotum

SKROTUM

Adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menompangtestis di luar tubuh pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa.

1) Dua kantong skrotal, satiap skrotal berisi satu testis tungggal, dipisahkan
oleh septum internal.

2) Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi
untuk membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respons terhadap udara
dingin atau eksitasi seksual.

Struktur Sperma

7
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi
sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria
mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300
juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di
dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi
adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah
40-100 juta per ml.

Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,
mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal
yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.

2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.

3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai


penghasil energi untuk pergerakan sperma.

4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas


deferen dan ductus ejakulotoris.

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

1. Hormon pada Laki-laki

a. FSH : Menstimulir spematogenesis.

b. LH : Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron.

c. Testosteron : Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama


organ seks sekundernya.

Efek hormon testoteron pada pria:

Sebelum lahir:

a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna

b. Mendorong penurunan testis ke skrotum

8
Efek reproduksi : untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi, penting
dalam spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin sekunder

Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.


Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer.
Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder
berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan
spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron.
Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel,
yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-
pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus
testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus
seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih)
yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
untuk membentuk sperma.

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau


spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
9
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon


yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

 LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan


hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

 FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk


menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.

Proses Spermatogenesis :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1. Spermatocytogenesis

Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan


menjadi spermatosit primer.

Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan


reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A
membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah
beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer
yang masih bersifat diploid

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya


dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak,
yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak


dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.

10
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti
yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4


fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil
akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid
dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat
bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen


Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis
agar menghentikan sekresi FSH dan LH.

Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang


dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

C. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon
gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis–
adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ ekstragenital yang juga
dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan
sebagainya.
1. Genitalia Eksterna

11
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

b. Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.Pada masa pubertas daerah
ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

d.  Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

e.  Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.

12
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat
coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen
postpartum disebut parous.

Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak
pada wanita pernah melahirkan/ para.Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di
sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix
posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral
dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan).Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices
anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.Titik Grayenbergh (G-
spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina,
sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).Perineal body adalah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Internal

13
a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu :
 Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
 Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
 Lapisan mukosa (endometrium) di dalam.
Fungsi utama uterus :
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya
perubahan dan pelepasan dari endometrium
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang
3) Tempat melekatnya plasenta
4)  Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk
lancarnya persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
1. Serviks uteri (mulut rahim)
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen
utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan
elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri
(dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi
epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat
kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida)
berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior,
setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir
getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan

14
larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
2. Corpus uteri (batang/badan rahim)
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai
siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi
selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
3. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulo pelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.
a) Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga panggul dan
dasar panggul, seolah-olah menggantung pada tuba. Ruangan antar
kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan yang longgar disebut
parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina pembuluh limpa dan
ureter.
b) Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba,
kedua ligamen ini melelui kanalis inguinalis kebagian kranial labium
mayus. Terdiri dari jaringan otot polos dan jaringan ikat ligamen.
Ligamen ini menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
c) Ligamentum Infundibulo Pelvikum ( Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium, ligamen ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan
ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
d) Ligamentum Kardinale ( lateral pelvic ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke dinding
panggul. Ligamen ini membantu mempertahankan uterus tetap pada
posisi tengah (menghalangi pergerakan ke kanan ke kiri) dan mencegah
prolap.
e) Ligamentum Sakro Uterinum

15
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke sakrum
mengelilingi rektum.
f) Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
4. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
a. Arteri uterine
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum latum
menuju ke sisi uterus kira-kira setinggi OUI dan memberi darah pada
uterus dan bagian atas vagina dan mengadakan anastomose dengan
arteria ovarica.
b. Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen infundibulo
pelvicum dan memberi darah pada ovarium, tuba dan fundus uteri.
Darah dari uterus dialirkan melalui vena uterina dan vena ovarica yang
sejalan dengan arterinya hanya vena ovarica kiri tidak masuk langsung
ke dalam vena cava inferior, tetapi melalui vena renalis sinistra.
b. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari
ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica,
pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik
silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
2) Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum,
dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding
tuba bagian ini.
3) Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap”
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya
ke dalam tuba.
4) Mesosalping

16
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
c. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh
darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).  Berhubungan dengan
pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
“menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Fungsi ovarium adalah :
1. Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
2. Mengeluarkan telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulo
pelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
d. Vagina
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak
diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9
cm dan dinding belakang 9-11 cm. dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan
sirkuler dan disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras
disebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan
mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.
Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks
lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Suplai darah
vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria
hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna. Fungsi penting vagina
adalah :
 Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari Rahim
 Alat untuk bersenggama
 Jalan lahir pada waktu bersalin
D. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Berbeda
dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan satu sel telur saja selama waktu
tertentu(siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol
oleh hormon. Pada manusia dan primate siklus reproduksinya disebut siklus
menstruasi. Sedangkan pada mamalia lain disebut estrus.

17
Mesntruasi dapat diartikan sebagai luruhnya ovum yang tidak dapat dibuahi beserta
lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik. Darah menstruasi sering disetai
jaringan-jaringan kecil yang bukan darah.
Penjelasan proses oogenesis :
 Oogeneis terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calon sel
telur (oosit primer) yang terbentuk sejak bayi lahir.
 Ketika masa puber, oosit primer melakukan pembelahan meiosis
menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit primer).
Proses ini dipengaruhi oleh FSH (Folicel Stimulating Hormon).
Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel
folikel sekitar sel ovum.
2. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
3. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
4. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH
dan LH
Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang
(mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat
menghasilkan 400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya
seorang wanita untuk menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak
dihasilkannya hormone, sehingga berhentinya siklus menstruasi sekitra usia 45-50
tahun.
2. Siklus Menstruasi Dan Kehamilan

Apakah menstruasi itu ?

sebelum menjawab kita bahas dulu satu persatu

Setelah ovulasi maka sel ovum akan mengalami 2 kemungkinan yaitu :

a. Tidak terjadi fertilisasi

maka sel ovum akan mengalami MENSTRUASI yaitu luruhnya sel ovum
matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang
robek. Terjadi secara periodik/sikus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus
sekitar 28-35 hari setiap bulannya.

Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu :

1) Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak
dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat
diakbiatkan juga karena berhentinya sekresi hormone estrogen dan

18
progresteron sehingga kandungan hormone dalam darah menjadi tidaka
ada.

2) Fase Proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormone


progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan
FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat
hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi
folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogern
yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat
menghambat sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding
endometrium yang robek.

3) Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu


matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum
yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan
berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk
menghasilkan hormone progesteron yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

4) Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang


mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang
berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan
progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH.
Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding
endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium
mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi.

Gambar siklus fertilisasi

19
b. Terjadi Fertilisasi

yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan
menghasilkan zygote. Zygote akan menempel/implantasi pada dinding uterus
dan tumbuh berkembang menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut
dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah
berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut dengan
kelahiran.

Tahapan waktu dalam fertilisasi :

1. Beberapa jam setelah fertilisasi zygote akan membelah secara mitosis


menjadi 2 sel, 4, 8, 16 sel.

2. Pada hari ke-3 atau ke-4 terbentuk kelompok sel yang disebut morula.
Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga balstosoel berisi cairan
dari tuba fallopi dan membentuk blastosit. Lapisan dalam balstosit
membentuk inner cell mass. Blastosit dilapisi oleh throhpoblast (lapisan
terluar blastosit) yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan
calon tembuni/plasenta/ari-ari. Blastosit akan bergerak menuju uterus
dengan waktu 3-4 hari.

3. Pada hari ke-6 setelah fertilisasi throphoblast akan menempel pada dinding
uterus/proses implantasi dan akan mengeluarkan hormone HCG (hormone
Chorionik gonadotrophin). Hormon ini melindungi kehamilan dengan
menstimulasi produksi hormone progesteron dan estrogen sehingga
mencegah menstruasi.

4. Pada hari ke-12 setelah fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding
uterus.

5. Dilanjutkan dengan fase gastrula, yaitu hari ke-21 palsenta akan terus
berkembang dari throphoblast. Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio.
Lapisan dinding embrio inilah yang akan berdiferensisai menjadi organ-
organ tubuh. Organ tubuh aka berkembang semakin sempurna seiring
bertambahnya usia kandung.

20
Gambar perkembangan ovum setelah fertilisasi

Hormon yang berperan dalam kehamilan

1. Progesteron dan estrogen, merupakan hormone yang berperanan dalam


masa kehamilan 3-4 bulan pertama masa kehamilan. Setelah itu fungsinya
diambil alih oleh plasenta. Hormone estrogen makin banyak dihasilkan
seiring dengan bertambahnya usia kandungan karena fungsinya yang
merangsang kontraksi uterus. Sedangkan hormone progesterone semakin
sedikit karena fungsinya yang menghambat kontraksi uterus.

2. Prolaktin merupakan hormone yang disekresikan oleh plasenta dan


berfungsi untuk memacu glandula mamae untuk memproduksi air susu.
Serta untuk mengatur metabolisme tubuh ibu agar janin (fetus) tetap
mendapatkan nutrisi.

3. HCG (Hormone Chorionic Gonadotrophin) merupakan hormone untuk


mendeteksi adanya kehamilan. Bekerja padahari ke-8 hingga minggu ke- 8
pada masa kehamilan. Hormon ini ditemukan pada urine wania pada uji
kehamilan.

4. Hormon oksitosin merupakan hormone yang berperan dalam kontraksi


uterus menjelang persalianan.

Hormon yang berperanan dalam kelahiran/persalinan

1. Relaksin merupakan hormone yang mempengaruhi peregangan otot simfisis


pubis

2. Estrogen merupakan hormone yang mempengaruhi hormone progesterone


yang menghambat kontraksi uterus.

3. Oksitosin merupakan hormone yang mempengaruhi kontraksi dinding


uterus.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki
penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di
tandai dengan mimpi basah pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita
memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu
ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan
antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan yang akan berkembang
menjadi janin.

B. Saran
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua
orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat
menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui
dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan
tidak menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi
rangsangan dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.

22
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, John. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Jarvis, Sarrah. 2011. Ensiklopedi Kesehatan Wanita. Jakarta: Erlangga.

Heffner, Linda. 2008. Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC

Scott, J. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Syaifuddin,1997, Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.jakarta:EGC.

23
24

Anda mungkin juga menyukai