Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Gunawan

NIM : 110117A001
Program Studi : SI Ilmu Hukum
Tugas : Mata Kuliah Hukum Pidana Internasional

1. Jenis-Jenis Tindak Pidana Internasional


1) Definisi Kejahatan Internasional atau Tindak Pidana Internasional
kejahatan internasional adalah kejahatan yang menimbulkan keresahan komunitas
internasional atau perbuatan yang melanggar kepentingan mendasar yang
dilindungi oleh hukum internasional. Adapun Jenis-jenis Tindak Pidana atau
kejahatan internasional adalah sebagai berikut :
a. Kejahatan Genosida
Genosida berarti setiap perbuatan berikut ini yang dilakukan dengan tujuan
untuk menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian, suatu kelompok
nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti misalnya :
(a) Membunuh anggota kelompok tersebut
(b) Menimbulkan luka fisik atau mental yang serius terhadap para anggota
kelompok tersebut
(c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut
yang diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara
keseluruhan atau untuk sebagian
(d) Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran
dalam kelompok tersebut
(e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada kelompok
lain.
(pasal 6 statuta roma tahun 2002)

b. Kejahatan Kemanusiaan
berarti salah satu da ri perbuatan berikut ini apabila dilakukan sebagai bagian
dari serangan meluas atau sistematik yang ditujukan kepada suatu kelompok
penduduk sipil, dengan mengetahui adanya serangan itu:
(a) Pembunuhan
(b) Pemusnahan
(c) Perbudakan
(d) Deportasi atau pemindahan paksa penduduk
(e) Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan
melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional
(f) Penyiksaan
(g) Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa,
pemaksaan sterilisasi, atau suatu bentuk kekerasan seksual lain yang
cukup berat
(h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau
kolektivitas atas dasar politik, ras, nasional, etnis, budaya, agama, gender
sebagai didefinisikan dalam ayat 3, atau atas dasar lain yang secara
universal diakui sebagai tidak diizinkan berdasarkan hukum internasional,
yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini
atau setiap kejahatan yang berada dalam jurisdiksi Mahkamah
(Pasal 7 statuta Roma Tahun 2002)
c. kejahatan peran
- Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa tertanggal 12 Agustus 1949,
yaitu masing-masing dari perbuatan berikut ini terhadap orang-orang atau
hak-milik yang dilindungi berdasarkan ketentuan Konvensi Jenewa yang
bersangkutan.
- Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan yang dapat
diterapkan dalam sengketa bersenjata internasional, dalam rangka hukum
internasional yang ditetapkan, yaitu salah satu perbuatan-perbuatan berikut
ini
(a) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap sekelompok penduduk sipil
atau terhadap setiap orang sipil yang tidak ikut serta secara langsung
dalam pertikaian itu
(b) Secara sengaja melakukan serangan terhadap objek-ob jek sipil, yaitu,
objek yang bukan merupakan sasaran militer
(c) Secara sengaja melakukan serangan terhadap personil, instalasi, material,
satuan atau kendaraan yang terlibat dalam suatu bantuan kemanusiaan atau
misi penjaga perdamaian sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sejauh bahwa mereka berhak atas perlindungan yang diberikan
kepada objek-objek sipil berdasarkan hukum internasional mengenai
sengketa bersenjata
(d) Secara sengaja melancarkan suatu serangan dengan mengetahui bahwa
serangan tersebut akan menyebabkan kerugian insidentil terhadap
kehidupan atau kerugian terhadap orang-orang sipil atau kerusakan
terhadap objek-objek sipil atau kerusakan yang meluas, berjangka-panjang
dan berat terhadap lingkungan alam yang jelas-jelas terlalu besar dalam
kaitan dengan keunggulan militer keselur uhan secara konkret dan
langsung dan yang dapat diantisipasi
(e) Menyerang atau membom, dengan sarana apa pun, kota-kota, desa,
perumahan atau gedung yang tidak dipertahankan atau bukan objek
militer.
(Pasal 8bis Statuta Roma Tahun 2002)
2. Contoh Kasus Tindak Pidana Internasional dan Analisisnya
1) Pelanggaran HAM Berat yang dilakukan oleh aparat di Negara Suriah
a. Kronologi Kasus
bahwa terdapatnya suatu pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat
negara terhadap masyarakatnya, sejatinya begitu maraknya penembakan
yang dilakukan oleh aparat kepada masyarakat sehingga mengakibatkan
adanya korban tewas yang berjumlah 1.000 orang. Namun penembakan
tersebut tidak hanya itu saja, tetapi juga terjadi pada saat bentrok antara
pemerintah dengan tentara pembebasan suriah (FSA) yang mengakibatkan
korban tewas berjumlah 80 orang (perempuan dan anak-anak) di Kota
Idlib, serta pembantaian di Kota Homs yang menelan korban 104 orang
yang dilakukan oleh pemerintah Suriah Bahwasannya konflik yang terjadi
di Suriah ini yaitu pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh rezim
pemerintahan Bashar Al-Assad terhadap rakyatnya sendiri, yang mana hal
tersebut sangat bertentangan dengan asas pengakuan dan penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia. Sejatinya asas pengakuan dan penghomatan
terhadap Hak Asasi Manusia adalah asas yang dalam segala hal ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan
memulihkan HAM pada umumnya, dan hak warga negara pada khususnya.
Namun untuk dapat diadilinya suatu konflik pelanggaran HAM berat yang
terjadi di Suriah ini berdasarkan yurisdiksi Mahkamah Pidana
Internasional (ICC) harus sesuai dengan Pasal 13 Statuta Roma yang
menyatakan, bahwasannya Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dapat
melaksanakan jurisdiksinya berkenaan dengan kejahatan yang
dicantumkan dalam pasal 5 sesuai dengan ketentuan Statuta Roma Tahun
2002. Akan tetapi dalam konflik atas pelanggaran HAM berat yang terjadi
di Suriah, bahwasannya Suriah belum meratifikasi Statuta Roma. Sehingga
dalam Pasal 13 huruf b Statuta Roma telah diatur bahwa, Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan kewenangannya
menurut Bab VII Piagam PBB, berhak untuk menyerahkan kepada
Mahkamah melalui Jaksa Penuntut atas kejahatan yang terjadi di wilayah
yang belum atau tidak meratifkasi Statuta Roma. Oleh karena itu pasal 13
Statuta Roma ini menjadi landasan yuridis yang kuat dan legal untuk
melegitimasi Dewan keamanan PBB dalam mengambil kebijakan untuk
menyerahkan kasus pelanggaran HAM berat dalam konflik Suriah ke
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Suriah pun merupakan Negara
Pihak (State Party) dari beberapa konvensi HAM internasional
berdasarkan asas hukum Pacta Sun Servanda

3. Kesimpulan
Konflik yang terjadi di Suriah ini yaitu pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh
rezim pemerintahan Bashar Al-Assad terhadap rakyatnya sendiri, yang mana adanya
tindakan kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik tersebut
sangat bertentangan dengan asas pengakuan dan penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia. Kejahatan terhadap kemanusian sendiri adalah salah satu atau lebih dari
beberapa perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, etnis, ras atau agama. Selain itu tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan ini seperti pembunuhan,
pemusnahan, dan Perbuatan tidak manusiawi lainnya yang serupa, yang dengan
sedengaja mengakibatkan penderitaan yang berat, luka serius terhadap tubuh, mental
atau kesehatan fisik seseorang.

Anda mungkin juga menyukai