Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disabilitas adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan yang dapat
menghambat partisipasi dan peran serta mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Disabilitas atau yang sering juga disebut difabel dapat bersifat fisik, kognitif,
mental sensorik, dan emosional. Disabilitas bukan merupakan kecacatan semata,
namun merupakan hasil interaksi dari keterbatasan yang dialami seseorang dengan
lingkungannya [ CITATION Drs14 \l 1033 ] . Berdasarkan data PUSDATIN dari
Kementrian Sosial pada tahun 2010 yang dikutip oleh [ CITATION Int12 \l 1033 ],
jumlah penyandang disabilitas di Indonesia berjumlah 11.580.117 orang dengan
diantaranya 3.474.035 orang adalah penyandang disabilitas penglihatan (tuna
netra), 3.010.830 orang penyandang disabilitas fisik, 2.547.626 orang adalah
penyandang disabilitas pendengaran (tuna rungu), 1.158.012 orang adalah
penyandang disabilitas kronis, dan 1.389.614 orang adalah penyandang disabilitas
mental.

Jumlah Penyandang Disabilitas di Indonesia


4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
Disabilitas Disabilitas Disabilitas Disabilitas Disabilitas
Penglihatan Fisik Kronis Mental Pendengaran

Gambar 1.1 Jumlah Penyandang Disabilitas di Indonesia [ CITATION Int12 \l 1033 ]


Penyandang disabilitas dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di
lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun publik bisa dikatakan terbatas karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga penyandang disabilitas merasa
kesusahan bahkan tidak bisa mengerjakan atau menjalankan suatu kegiatan.
Faktor-faktor tersebut antara lain jenis disabilitas dari orang tersebut, kegiatan
yang dikerjakan, usia, dll. Untuk memudahkan penyandang disabilitas pihak
pemerintah sudah berupaya memberikan fasilitas-fasilitas di ruang publik secara
umum yang bertujuan memudahkan para penyandang disabilitas dalam
menjalankan aktivitas. Upaya pemerintah dalam pemenuhan hak aksesibilitas bagi
para penyandang disabilitas di ruang publik yang salah satunya di pusat
perbelanjaan adalah memberikan standar fasilitas bagi disabilitas yang sudah
diatur dalam Pasal 9 UU CRPD tahun 2011. Pada penelitian kali ini, peneliti
berfokus pada penyandang disabilitas tunadaksa yang menggunakan kursi roda di
lingkungan pusat perbelanjaan Indonesia. Seringkali terdapat permasalahan
terhadap fasilitas di beberapa pusat perbelanjaan, salah satunya adalah troli. Troli
adalah alat yang digunakan untuk membawa barang belanja agar lebih mudah
dibawa. Troli yang sudah sering dijumpai memiliki desain produk yang besar dan
berat serta didesain bukan untuk penyandang disabilitas seperti tunadaksa. Dari
permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang berfungsi untuk
membantu membawa barang bagi tunadaksa di pusat perbelanjaan belum tersedia.
Maka dari itu diperlukan fasilitas troli khusus untuk tunadaksa.
[CITATION Nev04 \l 1033 ] dalam penelitiannya menyebutkan bahwa trolley
yang memiliki faktor usabilitiy dimana dapat mempermudah pengguna dalam
melakukan tugas yang dilakukannya. Trolley yang digunakan pekerja juga harus
memiliki fitur yang dapat meringankan kerja otot serta memiliki beberapa fitur
yang membantu pekerjaan pekerja.
Mempertimbangkan permasalahan tersebut, maka peneliti berupaya
membuat sebuah troli khusus tunadaksa dengan menggunakan pendekatan metode
anthropometry dan usabilitas. Troli khusus tunadaksa tersebut memiliki sistem
assembly pada kursi roda, didesain dengan sempurna serta memiliki ukuran yang
sesuai dan mudah digerakkan bagi penyandang disabilitas tunadaksa untuk
membantu membawa barang belanja di pusat perbelanjaan. Diharapkan produk
TROLIFREN tersebut dapat membantu permasalahan yang dialami oleh
penyandang disabilitas khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana fitur-fitur desain troli yang diinginkan para penyandang disabilitas
khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan?
2. Bagaimana desain troli yang dapat digunakan bagi penyandang disabilitas
khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan?
3. Bagaimana perbandingan keefektifan menggunakan troli umum dengan
TROLIFREN saat berbelanja?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui fitur-fitur desain troli yang diinginkan para penyandang disabilitas
khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan.
2. Mengetahui desain troli yang dapat digunakan bagi penyandang disabilitas
khususnya tunadaksa di pusat perbelanjaan.
3. Mengetahui perbandingan keefektifan menggunakan troli umum dengan
TROLIFREN saat berbelanja.

1.4 Manfaat Penelitian


Peneliti berhatap penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya :
1. Bagi Penyandang Tuna Daksa
- Memudahkan penyandang tunadaksa dalam melakukan aktivitas berbelanja
di pusat perbelanjaan dengan TROLIFREN.
- Memberi kesempatan bagi penyandang tunadaksa untuk dapat melakukan
aktivitas-aktivitas seperti orang pada umumnya tanpa bantuan orang lain.
2. Bagi Peneliti
- Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam
penerapan metode antropometri dan usabilitas pada perbaikan alat kerja
berupa TROLIFREN.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajain Deduktif


2.1.1 Ruang Publik
Menurut Oxfor Learner’s Pocket Dictionary (1983), publik adalah lawan
kata dari khusus. Ruang adalah hasil rekayasa manusia untuk mengakomodasi
berbagai bentuk kegiatan, dan menjadi tempat untuk stimulasi perilaku dan
kehidupan sosial manusia [ CITATION Fir07 \l 1033 ]. Ruang publik setidaknya
memiliki tiga hal dasar yang responsif, demokratis, dan bermakna [ CITATION
Car92 \l 1033 ]. Responsif berarti ruang publik harus dapat menampung
beragam kegiatan, minat, dan keinginan pengguna. Sarana demokratis ruang
publik harus dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar
belakang sosial, budaya, dan ekonomi serta daat diakses oleh beragam kondisi
fisik manusia tanpa diskriminasi.
2.1.2 Lingkungan Hidup
Manusia merupakan makhluk sosial, di mana manusia berhubungan erat
dengan lingkungan hidupnya. Menurut [CITATION Ell \l 1033 ] Lingkungan
Hidup adalah suatu media dimana makluk hidup tinggal, mencari, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih komplek dan riil. Lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dimana terdapat benda, energi, serta makhluk hidup.
2.1.3 Difabel
Menurut [ CITATION Man98 \l 1033 ] difabel atau disability (kecacatan)
menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi yang secara
objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya kehilangan atau kelainan dari
bagian tubuh atau organ seseorang. Seperti contoh pada tubuh seseorang, salah
satu bagian tubuh yang dimiliki tidak lengkap atau memiliki kelumpuhan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dalam melakukan kegaiatan sehari-hari menjadi
terhambat.
Menurut [CITATION Noe10 \l 1033 ] dalam American with Disabilities Act
(ADA) melarang segala kegiatan diskriminasi terhadap seorang penyandang
disabilitas. Namun tidak hanya kegiatan preventif saja, tetapi juga mengambil
langkah yang tegas dalam membantu para oenyandang disabilitas berdasarkan
undang-undang yang telah berlaku.
Ada beberapa bantuan yang layak dan berkaitan dengan disabilitas,
[ CITATION Noe10 \l 1033 ] menjelaskan beberaoa bantuan tersebut diantaranya:
1. Menyediakan berbagai fasilitas yang mudah diakses seperti jalur melandai
dan/ lift bagi individu penyandang cacat agar dapat memasuki tempat
kerja.
2. Pembaca, penafsir atau teknologi untuk menawarkan bantuan membaca
kepada karyawan penyandang cacat.

2.1.4 Ergonomi
Menurut [ CITATION Sas85 \l 1033 ]Ergonomi berasal dari kata Yunani
ergos (bekerja) dan nomos (hukum alam), sehingga memiliki makna yaitu ilmu
yang meneliti tentang kaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya.
Menurut [ CITATION Tar04 \l 1033 ] Pengertian Ergonomi adalah suatu aturan
atau norma dalam sistem kerja. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup
secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Dalam praktiknya menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan
yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan
ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
meningkat, performansi menurun yang berakibat kepada penuruan efisiensi
dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomi di segala bidang
kegiatan adalah suatu keharusan [ CITATION Tar04 \l 1033 ]
2.1.5 Antropometri
Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan hidup manusia akan dipermudah
dengan berbagai macam teknologi. Teknologi tersebut tentu disesuaikan
dengan antropometri dari populasi manusia yang tinggal pada lingkungan
hidup tertentu. Dalam bukunya, [ CITATION Nur91 \l 1033 ] menjelaskan bahwa
antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapandari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Menurut
[ CITATION San87 \l 1033 ] antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau
karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu
yang dipakai orang. Sehingga dalam penerapan sebuah teklogi dalam
lingkungan hidup manusia dibutuhkan ukuran dimensi tubuh manusia sehingga
dalam pengimpelementasian teknologi tidak salah guna dan lebih mudah
digunakan kebanyakan manusia.
Data antropometri pada umumnya memiliki peranan penting dalam
perancangan produk atapun peraalatan dan stasiun kerja. Pada data
antropometri harus memiliki nilai yang akurat sehingga dalam proses
perancangan tidak mengakibatkan rasa yang tidak nyaman bagi pengguna
produk yang telah dirancang. Namun pada umunnya, data antropometri yang
digunakan menggunakan data pada orang normal dan masih jarang masyarakat
penyandang disabilitas yang diperhatikan. Hal tersebut mengakibatkan
pengimplementasian pada produk yang mendukung masyarakat penyandang
disabilitas masih minim. Dalam perancangan produk, produk tersebut juga
harus dapat digunakan oleh siapapun.
2.1.6 Usabilitas
Usabilitas adalah sebuah ukuran atau sebuah karakteristik yang
mendeskripsikan seberapa efektif seorang pengguna dalam berinteraksi dengan
suatu produk. Usabilitas juga merupakan ukuran seberapa mudah suatu produk
bisa dipelajari dengan cepat dan seberapa mudah suatu produk dapat
digunakan [ CITATION Jef04 \l 1033 ]. Sementara itu, tidak hanya terbatas kepada
“penggunaan yang mudah”, tetapi menjelaskan bahwa tujuan dimana suatu
produk digunakan harus dicapai dengan efektivitas, efisiensi, dan kepuasan.
Menurut [CITATION ISO18 \t \l 1033 ] , usabilitas dapat didefinisikan sebagai
tingkatan dimana sebuah produk dapat digunakan oleh pengguna tertentu
untuk mencapai suatu tujuan dengan efektivitas, efisiensi, dan kepuasan dalam
konteks tertentu dari penggunaan.
Menurut [CITATION ISO18 \t \l 1033 ] , usabilitas memiliki beberapa
komponen yang secara tradisional dikaitkan dengan tiga atribut usabilitas
sebagai berikut :
a. Efektivitas (effectiveness)
Merupakan tingkatan yang menunjukkan seberapa baik pengguna
mencapai tujuan mereka dengan menggunakan sistem serta kelengkapan
yang dapat diperoleh dalam menyelesaikan tugas.
b. Efisiensi (efficiency)
Merupakan tingkatan seberapa besar sumberdaya yang dikeluarkan guna
mencapai ketepatan dan kelengkapan tujuan.
c. Kepuasan (satisfaction)
Merupakan kebebasan dari ketidak nyamanan, dan sikap positif terhadap
penggunaan produk atau ukuran subjektif bagaimana pengguna merasa
puas tentang penggunaan sistem.

2.2 Kajian Induktif


Penelitian ini mengambil referensi dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dan berkaitan dengan perbaikan desain kursi roda yang
berkaitan dengan antropometri dan usabilitas. Penelitian yang berjudul “An
anthropometric study of manual and powered wheelchair user” yang disusun oleh
Victor Paquet dan David Feathers yang melakukan penelitian dengan metode
pengambilan data antropometri pada pengguna kursi roda manual dan penyandang
cacat, Desain kursi roda menggunakan CAD. Penelitian tersebut menghasilkan
sampel yang terdiri dari 75 pria dan 46 wanita pengguna kursi roda. Sampel terdiri
dari beberapa ukuran antropometri seperti tinggi mata duduk, tinggi baku/
akromium duduk, tinggi siku duduk, tinggi duduk, tinggi lutut hingga pijakan
kaki, dan tinggi popliteal. Kemudian data diolah menggunakan aplikasi untuk
dicari rata-rata, persentil 5 dan 95. Kemudian, data yang telah ditemukan akan
digunakan sebagai data ukuran pada proses pembuatan gambar 3D yang
menerapkan prinsip antropometri. Penelitian merangkum dimensi antropometri
dari 121 pengguna kursi roda laki-laki dan perempuan sebagai data kelanjutan
yang dapat digunakan dan diterapkan dalam mendesain sebuah kursi roda.
Penelitian yang berjudul “Determination of the workspace of wheelchair
users” yang disusun oleh Emilia Jarosz yang melakukan penelitian dengan metode
pengambilan data 18 karakteristik antropometri pada pengguna kursi roda dewasa,
metode grafik guna menentukan jangkauan data. Penelitian menggunakan 101 data
pria dan 60 wanita yang diukur pada 18 karakteristik antropometri yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi penentuan desain pada
kursi roda seperti tinggi duduk tegak, tinggi bahu duduk, pantat popliteal, tinggi
popliteal, tinggi siku duduk, jarak tangan kanan dan tangan kiri, rentangan tangan,
dan lain,lain. Data tersebut kemudian ditentukan persentil-5 dan persentil-95
sebagai dasar untuk menentukan ukuran desain kursi roda. Penelitian
antropometrik yang dilakukan dipelopori oleh sebuah bidang di Polandia yang
digunakan sebagai dasar untuk desain workstation dan interior rumah. Nilai-nilai
mendasar yang diaplikasikan membuat desainer dapat memperlakukan pengguna
secara keseluruhan terhadap desain yang dibuat dan dapat memudahkan para
pengguna lebih professional dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Penelitian yang berjudul “Anthropometric variability, equipment usability and
musculoskeletal paint in a group of nurse in the Western Cape” yang dilakukan
oleh Botha W.E yang melakukan penelitian dengan pengambilan data yang
dilakukan adalah dengan menggunakan 100 orang orang perawat full-time dari
sebuah rumah sakit. Mereka diberikan sebuah kuisioner tentang survei
antropometrik. Penelitian menghasilkan bahwa 30% peralatan yang pada perawat
gunaka melukai tangan mereka. Lalu 40% mengungkapkan bahwa peralatan yang
mereka gunakkan menjebak tangan mereka. 20% perawat mengungkapkan bahwa
peralatan mereka terlalu tinggi dan sisanya mengungkapkan bahwa peralatan
mereka terlalue rendah. Pada populasi perawat di Western Cape kebanyakan
bukanlah pekerja tetap. Dikarenakan ada beberapa konflik yang terjadi di Afrika
Selatan, banyak perawat yang mengalami perubahan sekiranya dalam 10 tahun.
dari sbujek yang telah didapatkan hanya 52% yang merupakan asli dari Western
Cape. Oleh karena itu perancanga harus membuat fasilitas antropometrik netral.
Penelitian berjudul “Wheelchair for Physically Disabled People with Voice,
Ultrasonic and Infrared Sensor Control” dilakukan untuk mengembangkan kursi
roda untuk orang tuna daksa dengan menambah sensor kendali suara, ultrasonik,
infra merah. Setelah tiga tahun riset dan pengembangan, kursi roda ini dapat
digunakan oleh tuna daksa dan memudahkan dalam mobilitas penggunanya

Anda mungkin juga menyukai